22

1590 Words
“Lo beneran okay kan Wa? Gua masih ga nyangka Lo udah keluar. Gua ikut happy, Lo sama yang lainnya kenapa ga ada yang bilang ke gua sih?” Tanya Baron dengan kesal. Padahal dia selalu menunggu kabar tentang keluarnya Dewa karena ia tahu bahwa Dewa memang tidak salah. “Ya, gua okay bang. Santai dong. Marahin aja deh nanti mereka yang di basecamp. Masa iya Lo tega marahin gua yang lagi kayak gini.” Ujar Dewa dan Baron kini tertawa. Dewa ini memang selalu ajaib anaknya menurutnya. “Sialan Lo, makek keadaan Lo yang lagi kayak gini. Untung aja Lo lagi kayak gini sekarang ini.” Ujar Baron dan Dewa masih tertawa. “Lo belum lupa arah basecamp kan bang? Lagi pula juga kenapa Lo ga pernah datang ke basecamp bang? Kalo Lo datang ke basecamp mah Lo pasti tahu kalo gua masih hidup hahaha.” Ujar Dewa tersebut. “Heh omongan Lo ya. Ya sorry, gua ngerasa kayak ada yang kurang dan jadinya malah sedih anjir kalo gua ke basecamp tapi disana ga ada Lo. Berasa hampa banget basecamp tanpa lo tuh Wa. Anyep gitu lah.” Ujar Baron. “Tetep aja sih temen-temen Lo tuh pada sialan emang.” Ujar Baron masih marah-marah sekarang. Baron tentu saja masih sangat kesal. “Mereka aja sebenarnya waktu gua keluar pun juga ga tahu bang. Bahkan gua hampir adu jotos sama Arhan dan yang lainnya karena gua datang tiba-tiba gitu aja hahaha.” Ujar Dewa dengan tertawa. “Wah gila mereka tuh ya, untung aja ga jadi adu jotos. Bisa kalah telak tuh mereka. Lagi pula kenapa mereka bisa kayak gitu sih? Maksud gua kenapa Lo bisa ga dikenali sama mereka?” tanya Baron. “Iya soalnya waktu itu gua tuh pakek motor kan, nah pakek helm jadinya mereka ga tahu. Lagi pula harusnya gua masih di dalam tahu bang. Tapi bokap gua ngeluarin gua.” Ujar Dewa yang memang sudah sangat terbuka ketika dengan Baron. Baron menjadi tempat ceritanya saat dulu. “Baru tahu dia makanya baru ngeluarin Lo?” tanya Baron yang sedikit kesal sebenarnya dengan Papa Dewa. Bahkan tidak sedikit tapi banyak. “Ya gitu lah Bang, tahu sendiri kan gimana bokap gua. Udah lah lagi pula juga ga penting karena yang penting gua udah keluar sekarang.” Ujar Dewa kepada Baron. Dewa tak mau membahas papanya terlebih dahulu. “Btw Lo udah ngomong ke yang di basecamp belum nih?” tanya Baron. “Belum bang, udah ga usah di kasih tahu. Pasti udah banyak yang tidur. Gua ga mau bikin keributan dan ganggu tidur mereka. Biarin yang masih bangun aja nanti yang ngurus.” Ujar Dewa lagi dan Baron mengangguk. “Santai aja lagi pula gua bisa di sana nanti sampe pagi juga kok. Gua bakalan ngine0.di basecamp malam ini sama Lo dan yang lain.” Ujar Baron. Sekarang mobil Dewa sudah masuk ke dalam basecamp, penyok masih terlihat dan karena itu satpam bertanya ada apa. Dewa pun menjelaskan bahwa tadi ia kecelakaan tapi ia mengatakan bahwa ia sudah tidak apa-apa. Mobil itu pun masuk lebih dalam lagi dan akhirnya mobil Dewa sudah sampai di depan rumah. Ia langsung dibantu keluar oleh Baron dan Angga untuk masuk. Dimas dan yang lainnya yang ada di dalam pun mendengar suara mobil datang. Mereka melihat dari balkon dan terlihat dua mobil, mobil yang pertama mereka ketahui merupakan mobil dari Dewa. Namun mobil yang satunya belum diketahui siapa orang yang memiliki mobil tersebut. “Siapa Dim yang datang?” tanya Mada yang tidak ikut melihat. “Kayaknya Dewa deh. Tapi ada satu mobil lain yang gua ga tahu.” Ujar Dimas membuat Mada langsung berjalan untuk melihatnya karena ia khawatir itu merupakan musuh yang akan menganggu ketentraman basecamp ini. “Itu mah Bang Baron, kenapa ya dia kesini. Eh bentar deh, mobil Dewa kenapa depannya kayak penyok gitu?” tanya Mada yang langsung membuat mereka kini turun ke bawah. Mereka tentu saja sangat khawatir dengan Dewa. Sekarang ini mereka sudah berada di lantai bawah dan mereka melihat Dewa baru saja masuk dengan di bantu oleh Bang Baron dan satu temannya yang lain. Namun mereka melihat seperti ada yang berbeda pada diri Dewa. Sepertinya Dewa sedang tidak baik-baik saja sekarang. “Dewa Lo kenapa? Woi lo habis kecelakaan ya?” Tanya Aaroon melihat Dewa dengan dahi yang mengeluarkan darah tapi untuk tak banyak. “Tanyanya yang nanti aja woi sekarang mana kotak P3K nya? Ini harus segera di obatin.” Ujar Baron membuat Mada langsung mengambil kotak P3K. Mereka semua kini benar-benar gelisah ketika melihat Dewa seperti ini. Mereka tidak tahu apakah Dewa ini murni kecelakaan atau diganggu oleh musuh. Mereka ingin segera tahu dan bertanya tapi mereka takut jika nanti Baron akan marah kepada mereka. Jadi sampai sekarang mereka masih menahannya untuk tidak bertanya apa pun kepada Baron atau Dewa. “Oh iya, Dimas tolong ambil di mobil gue ada kresek itu isinya kue-kuean sama martabak. Gue tadi mampir buat beli itu ntar diangetin aja di microwave kalau udah dingin.” Ujar Dewa dan Dimas bingung harus bagaimana. Aaroon pun mengatakan padanya untuk mengambilnya saja sekarang. Saat ini Baron sedang mengobati Dewa. Dewa pun dari tadi terlihat diam saja karena ia sendiri juga tidak merasakan sakit. Rasa sakit ini sudah kalah dengan rasa sakit hatinya karena perkataan dari papanya tadi. Akhirnya Dewa sudah diobati dan kini mereka semua langsung bertanya kepada Dewa sebenarnya ada apa dan kenapa kondisi Dewa seperti ini. Jika ini karena musuh mereka akan langsung membalasnya malam ini juga karena jika Dewa tersakiti atau salah satu dari anggota mereka tersakiti mereka harus segera membalasnya. Itu lah hal yang sering mereka lakukan. “Sebenarnya ada apa sih Dewa? Kenapa kok lo jadi kayak gini pulang-pulang? Ini bukan karena ada musuh kita kan?" tanya Mada. “Kalau lo semua mikir ini gara-gara musuh bukan kok guys. Ini mungkin karena kesalahan gue sendiri karena gue tadi kayaknya ngantuk dan akhirnya hampir nabrak truk tapi untung aja gue bisa banting setir dan akhirnya nabrak pohon jadinya.” Ujar Dewa menceritakan hal yang ia alami tadi. “Astaga Dewa lagi pula juga kenapa lo nyetir mobil malam-malam gini. Lagipula kalau lu nggak balik ke sini juga nggak apa-apa kok jadi nggak perlu dipaksa gitu jadinya mah kayak gini kan.” Ujar Arhan. Mendengar Arhan mengatakan hal tersebut Dewa hanya bisa diam saja. Ia tidak tahu harus menjawab apa karena lagi pula ia juga tidak mau tinggal di rumah tadi. Hatinya terlalu sakit jika memaksa untuk tinggal di rumah, makanya ia memilih untuk pergi. Jika ia bertahan akan lebih sakit. “Udah guys gue udah nggak papa kok santai aja. Lo pada kenapa belum tidur sih? Mau pada begadang ya lo semua. Oh iya, tapi gara-gara gue kayak gini gue jadi ketemu nih sama bang Baron dan bang Angga. Udah lama banget kan lo semua nggak ketemu sama bang Baron sama bang Angga juga?” tanya Dewa pada mereka. Mereka pun sekarang hanya diam saja dan saling tatap karena sebenarnya mereka takut kepada Baron. Pasalnya sudah dari tadi barang sudah menatap mereka dengan pandangan tajamnya. Mereka semua sudah tahu kenapa Baron seperti itu kepada mereka. Satu-satunya alasan bagi Baron marah kepada mereka adalah karena Baron sama sekali tidak diberitahu tentang kepulangan dari Dewa. Pasalnya bukan mereka tidak mau memberitahu tapi memang mereka semua lupa dengan hal itu. Mereka bisa lupa karena Baron memang sudah lama sekali tidak pergi ke basecamp dan sudah lama juga tidak saling berhubungan dengan mereka. “Kenapa di antara lo semua yang ada di sini nggak ada satupun yang ngasih tahu gue kalau Dewa udah keluar?” tanya Baron. Benar saja apa yang mereka pikirkan dan bicarakan tadi tentang Baron. “Benar-benar udah keterlaluan ya Lo semua sama gue. Jadi lo pada anggap gue ini apa? Masa iya gue yang deket sama Dewa nggak tahu kalau dia udah keluar sih. Keterlaluan bener dah.” Ujar Baron. “Sorry bang, kita benar-benar lupa buat ngasih tahu Lo karena kita pun juga kaget Dewa udah keluar. Tapi kita semua juga seneng, saking senengnya sampai lupa buat ngasih tahu Lo juga.” Ujar Aaroon menjelaskan. “Ya udah lah, lagi pula udah lewat. Besok lagi kalo ada apa-apa disini kasih tahu gua. Meskipun gua udah lama ga kesini tapi hati gua masih ada disini.” Ujar Baron dan mereka semua mengangguk dengan patuh. “Lo dari mana deh Wa? Kok bawa makanan kayak gini banyak banget?” tanya Mada sembari membawa beberapa roti yang sudah di panaskan lebih dahulu tadi. Dewa meminta mereka untuk memakan kue tersebut. “Gua tadi mampir bentar, ada pasar malam jadinya gua beli itu deh.” Ujar Dewa dan mereka mengangguk saja sekarang. “Ya udah deh Lo tidur deh Wa. Di bawa istirahat tubuh Lo, nanti malah kenapa-kenapa lagi kan.” Ujar Baron dan Dewa mengangguk. Dewa pun sudah tiduran disana, ia tiduran di sofa bed yang ada di ruang TV. Sementara yang lainnya masih disana dan mengobrol mengenai berbagai hal. Namun tentu saja mereka tidak hanya mengobrol disana tapi mereka juga mengobrol di balkon luar karena ada yang sambil merokok juga. Baron sedang mengobrol dengan Aaroon, Angga dan Mada di balkon. “Gua tadi lihat ada orang baru. Mereka anak SMA Garuda juga?” Tanya Baron yang belum pernah melihat mereka sebelum hari ini. “Oh maksud lo mungkin Dimas, Alfa sama Raka ya bang? Mereka tinggal di sini dan belum lama juga sih. Jadi mereka tuh temennya Dewa waktu Dewa ada di penjara bang. Mereka juga bakalan masuk ke SMA Garuda sih tapi nggak tahu kapan. Mungkin bareng sama Dewa besok.” Ujar Aaaroon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD