8

1955 Words
Kabar tentang kembalinya Dewa itu sudah tersebar dimana-mana, apalagi di SMA Garuda yang notabene merupakan sekolah Dewa dulu. Semuanya sedang heboh akan kabar itu, bahkan guru-guru pun juga ikut penasaran karena seharusnya Dewa masih mendekam di jeruji besi hingga satu tahun lagi tapi saat ini Dewa sudah keluar dari jeruji besi tersebut. Kabar yang seprtinya menjadi kabar paling menghebohkan pada semester ini. Mungkin jika terdapat kabar lain tentang Dewa, contohnya Dewa yang masuk kembali sekolah atau Dewa pindah sekolah akan menbuat kabar yang saat ini sedikit tersingkir. Namun tetap saja semua berita akan kalah dengan berita tentang Dewa. Apa pun yang terjadi kepada Dewa seolah-olah ditunggu oleh banyak orang. "Eh udah tahu belum? Dewa udah keluar dari penjara. Gua kaget banget karena ini baru satu tahun kan ya. Kayak bisa cepat gitu ya." ujar Ravi hebohnya sudah seperti cewek-cewek yang mengajak ngerumpi bersama. "Hah? Bukannya masa tahanan dia masih satu tahun lagi? Lo serius? Tahu darimana emangnya Lo? Salah kali kabar yang lo dapat." tanya Axel yang mempertanyakan berita itu. Axel belum mendengar berita apa pun pad ahari ini. "Gua serius woy, semuanya juga lagi pada ngomongin itu kok. Gua tahu dari instagramnya kakak-kakak kelas. Lo mah kurang update sih, lihat tuh i********: atau media sosial yang lain pasti lagi pada ngomongin tentang Dewa deh." ujar Ravi kepada Axel tersebut. Memang mereka tidak pernah menggunakan embel-embel kakak atau bang jika mereka tidak menemui langsung atau memanggil orang yang disebut. "Wah gila juga ya bisa keluar cepet gitu." ujar Axel yang sedang heran. "Tapi kayaknya emang bukan Dewa sih yang ngelakuin itu." ujar Keenan mengatakannya dengan sangat lugas seperti ia memang mengetahu bagaimana ceritanya. Padahal Dewa pun juga tidak tahu karena ia tidak berada di tempat tersebut saat kejadian terjadi. Perkataan Keenan pun membuat Axel dan Ravi langsung menatap kearahnya. "Hah? Maksudnya gimana Nan?" tanya Axel dan Ravi yang menatapnya dengan pandangan meminta penjelasan Keenan. "Ya ga tahu aja gua cuman mikir kalo bukan dia, jadi kayak dia cuma di jebak aja. Tapi ya terlepas dari itu ga usah deh deket-deket sama dia kalo dia balik ke sini. Nyeremin." ujar Keenan kepada kedua temannya tersebut. “Emang lo semua percaya gitu kalo Dewa yang ngelakuin itu semua? Kalo gua fifty fifty sih. Kan juga masih belum jelas semuanya.” ujar Keenan menambahkan lagi penjelasannya itu. "Iya sih emang nyeremin dia, ga tahu lagi deh apa ada orang di sekolah ini yang berani sama dia. Maksud gua siswanya ya, eh tapi guru juga kayaknya pada takut sih sama dia." ujar Axel yang mendengar bahwa beberapa guru ternyata juga sedang membicarakan tentang bebasnya Dewa dari penjara. Mereka pun membicarakan Dewa yang mengagetkan dunia persekolahan. Sementara itu, sekarang Bagas menemani Nayara di kantin. Nayara masih tidak bisa melupakan, mantan kekasihnya yang belum lama ini memutuskan dirinya. Sampai sekarang Rangga masih menguasai pikiran Nayara, beberapa kali juga Nayara mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri dengan benda-benda tajam yang mampu melukai dirinya tapi beberapa kali juga Bagas datang diwaktu yang tepat dan membuat Nayara pun berhenti. Bagas baru saja kembali dari warung tempat dimana dirinya tadi membeli makanan untuknya dan untuk Nayara. Nayara masih terdiam saja sejak mereka tadi datang ke kantin sekolah. Apalagi setelah mereka melihat genk Rangga masuk ke dalam kantin dengan Rangga dan teman-temannya yng tampak tertawa bahagia entah menertawakan apa. Nayara hanya berpikir setelah ia melihat Rangga yang bahagia itu. Ia memikirkan apakah memang selama ini Rangga tidak bahagia bersama dengan dirinya? Entah ia pun juga masih memikirkan tentang hal itu karena setelah putus dari Nayara beberapa waktu yang lalu sama sekali tidak ada kesedihan yang terlihat dari wajah Rangga. Rangga malah terlihat lebih lepas dalam hal apapun setelah putus. Kamu bahagia banget ya putus sama aku Rangga? Batin Nayara sekarang ini. "Nayara, kok ga makan?" tanya Bagas dengan lembut sekarang ini. Bagas selalu memikirkan Nayara setelah Nayara putus dari lelaki yang ia cintai. Ia selalu ingin menghajar lelaki yang tega meninggalkan Nayara tapi ia sealu tak bisa karena Nayara selalu mencegahnya. Lagi pula ini juga sudah menjadi pilihan hidup dari mereka. "Gas, gua mati aja kali ya? Kayaknya semuanya bakalan lebih indah kalo gua ga ada Gas. Kayaknya semua rasa sakit ini bisa sembuh kalo gua hilang dari dunia ini Gas." ujar Nayara yang membuat Bagas lagi-lagi terdiam. "Nayara, please jangan kayak gitu. Jangan pergi, masih banyak orang yang sayang sama Lo. Lo harus inget ada gua ya Nayara. Lupain Rangga, jangan hiraukan Rangga karena dia ga penting juga buat Lo." ujar Bagas. "Bagas, kayaknya selamanya ga akan ada yang mau nerima gua jadi perempuan pilihan mereka deh. Lo tahu sendiri tiap gua punya lelaki yang gua cintai mereka bakalan kabur setelah mereka tahu kalo gua ternyata sakit. Ga ada yang bisa nerima gua. Ini ga akan berubah dan akan terus kayak gini Gas." ujar Nayara yang sudah mulai overthingking dengan dunianya sekarang. Nayara takut bertambah dewasa, ia takut jika masa menuju kedewasaannya itu ia lalui sendirian karena ia pasti tidak akan sanggup. Untuk itu, ia mulai memikirkan hal-hal yang menyakitkan dalam hidupnya dan ia ingin segera mengakhiri semua yang ada di hidupnya agar ia tidak bertambah dewasa dan melalui kesakitan sendiri nantinya. "Gas, gua kayaknya ga bakalan dapat pasangan gua ga bakalan nikah. Gua akan selalu sendiri ya Gas?" ujar Nayara yang sekarang ini keluar dari kantin meninggalkan makanannya yang sama sekali belum tersentuh. Bagas langsung menyusul Nayara. Apa yang dilakukan oleh Nayara dan Bagas itu membuat beberapa mata yang ada di kantin menjadi menatap ke mereka. Mereka semua penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan dua orang yang mengaku bersahabat tapi mereka selalu melihat bahwa apa yang terjadi kepada Bagas dan Nayara itu seperti berpacaran, lebih dari sahabat. "Rangga, sebenarnya Lo putus sama Nayara karena orang ketiga kan? Karena Bagas kan pasti?" tanya Gino yang diangguki teman-temannya lain. Mereka semua sebenarnya sudah penasaran dari kemarin-kemarin tapi timmingnya belum pas saat mereka akan bertanya kemarin. Saat ini pun merupakan timming yang pas untuk bertanya pertanyaan yang sedari kemarin hanya mereka simpan di dalam kepala. "Iya gua sih yakin pasti karena Bagas, emang ga ngotak deh mereka berdua tuh. Katanya aja sahabat tapi nyatanya pelukan, gandengan beuh udah deh kalo kayak gitu siapa juga cowok yang ga cemburu kan? Iya ga sih?" tanya Leo yang juga setuju karena beberapa kali sudah Bagas dan Nayara terlihat bersama. Mereka terlihat dekat tapi memang jika ditanya hanya sahabat. Namun siapa sekarang yang percaya bahwa ada persahabatan antara cowok dan cewek? Sepertinya sudah tidak ada karena pasti salah satunya memiliki perasaan kepada sahabatnya itu. "Udah lah ga usah dipikirin, lagi pula gua juga udah ga ada hubungan apa-apa sama Nayara. Ga usah diperpanjang." jawab Rangga kepada mereka. Ga usah diperpanjang karena gua malu. Gua terlalu pengecut buat ngakuin kalo sebenarnya semua kesalahannya ada di gua. Gua yang ga berani ambil resiko Nerima Nayara dengan segala kurangnya, gua cowok b******k yang ninggalin Nayara cuma karena penyakitnya. Batin Rangga sekarang ini. "Ya tapi kan tetep aja, mereka berdua meresahkan." ujar Gino itu. Rangga tidak membahas itu lagi. Pembahasan mereka untung saja setelah itu berganti dengan pembahasan mengenai Dewa yang sudah keluar dari penjara. Mereka memang bukan anak SMA Garuda tapi siapa sih yang tidak mengenal Dewa. Sepertinya tanpa tahu tentang SMA Garuda mereka pasti tahu Dewa. Dewa memang sudah terkenal dimana-mana jadi saat ada kabar terbaru tentang Dewa, semuanya pun membicarakan tentang Dewa tersebut. Termasuk juga dengan Rangga dan teman-temannya yang membicarakannya. Sementara Nayara sekarang sudah sampai di kelasnya, ia membereskan tasnya. Bagas mencoba bertanya Nayara ingin pergi kemana tapi tidak dijawab oleh Nayara. Akhirnya Bagas mengambil tasnya juga dan menyusul Nayara karena iantidak mungkin membiarkan Nayara pergi sendirian juga. "Nayara sejak putus dari Rangga jadi aneh ga sih? Lagi pula kenapa ya mereka bisa putus. Padahal kayaknya ga ada masalah apa pun." ujar Niken. "Iya, jadi aneh menurut gua. Tapi ga cuman sama Rangga aja kabarnya. Maksud gua tiap Nayara putus sama cowoknya itu, Nayara jadi berubah kayak depresi gitu loh." ujar Lia yang mana ia pernah mendengar hal itu sebelumnya. "Oh ya? Tapi apa pun itu Lo semua ga usah lah ngomongin dia. Kasihan, dia udah ga punya temen. Okay maksudnya ada, tapi cuma Bagas aja terus Lo pada temen kelasnya mas mau bully dia. Udah kalo pun ada pembicaraan tentang Nayara lebih baik Lo pada simpan aja." ujar Keyla kepada mereka. "Ya kan namanya juga penasaran Key. Lagi pula emangnya ga ada yang penasaran sebenarnya ada apa sama Nayara dan Rangga karena mereka putus tiba-tiba. Terus juga Bagas jadi makin dekat sama Nayara. Kan aneh, atau jangan-jangan Bagas orang ketiga kali ya." ujar Niken yang lamis. "Hush, hati-hati Lo kalo ngomong. Temennya Bagas pada ngomel nanti. Udah lah ganti pembicara aja Lo pada. Ga usah ngurusin kehidupan orang lain deh lo. Ribet bener Lo pada." ujar Keyla kepada teman-temannya tersebut. "Nay, kamu mau kemana Nay?" tanya Bagas yang masih mengikuti Nayara keluar dari gerbang sekolahnya. Sebenarnya mereka tidak bisa keluar begitu saja tapi Bagas memang sudah menyiapkan surat ijin keluar jadi ia bisa memberikan kepada satpam. Setiap hari ia selalu membawa surat ijin karena guru pun juga sudah mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh Nayara. "Gas, aku mau mati aja Gas." ujar Nayara dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya itu. Bagas tidak menjawab, ia hanya perlu mengikuti Nayara terus menerus. Mereka sampai di dekat jembatan yang dibawahnya terdapat aliran sungai yang sangat deras. Tampak Bagas menatap Nayara, ia tidak mau Nayara berkahir seperti ini. Bagaimana pun juga ia harus menghentikan hal negatif yang akan dilakukan oleh Nayara sekarang ini. "Aku mau loncat boleh ya Bagas. Kayaknya emang hidupku sampai disini aja Gas." ujar Nayara sembari menatap ke arah mata Bagas yang teduh. "Nayara, jangan. Semuanya belum berakhir Nya. Perjalanan kamu masih panjang. Please stay with me." ujar Bagas meminta kepada Nayara tersebut. "Ga bisa, kayaknya kamu juga lebih bahagia kalo ga ada aku Gas. Kamu pasti terbebani kan dengan adanya aku?" tanya Nayara sembari menunduk. "Sedetik pun aku ga pernah mikir kalo kamu itu beban buat aku Nayara. Kamu itu orang yang aku sayang, kamu orang yang mau aku jaga. Tolong jangan biarin aku gagal jaga kamu." ujar Bagas sembari menatap Nayara. "This is ending for my story Bagas. But your story still go on. You will have beautiful story." ujar Nayara kepada Bagas tapi Bagas menggeleng. "I'm happy with you. I will to make my happiness story with you. So, don't leave me Nayara. Please." ujar Bagas tapi kali ini Nayara menggelengkan kepala. Saat ini Nayara sudah maju ke dekat tiang jembatan itu membuat Bagas pun ikut maju. Sepertinya akan susah untuk menghentikan Nayara. Maka dari itu Bagas akan menghentikan Nayara dengan caranya sendiri. Bagas pun sekarang melihat Nayara yang sudah melihat air di bahwa jembatan. Air dibawah mengalir sangat deras, Nayara sedang memikirkan bahwa mungkin ia akan langsung meninggal ketika ia menjatuhkan diri. "Kalo kamu tetap mau loncat, bahwa aku sekalian Nay." ujar Bagas membuat Nayara sangat terkejut dan kini Nayara menatap ke arah Bagas. Nayara sontak menggelengkan kepala tanda bahwa ia tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Bagas. Ia tak mau membawa Bagas bersamanya. "Gas, hidup kamu masih panjang. Jangan sia-siain hidup kamu." ujar Nayara dan saat itu juga Bagas hanya diam. Namun tak lama kemudian terdengar suara Nayara tadi, Bagas memang merekam suara Nayara itu. Ia sengaja memutarnya agar Nayara sadar bahwa hidup Nayara pun juga masih panjang dan Nayara tidak boleh menyia-nyiakan hidupnya tersebut. "Nay, ini kamu yang bilang sendiri Lo. Jangan siakan hidup kamu Nay. Kamu masih mau lulus, terus masih mau kuliah kan? Hidup kamu masih panjang, jangan cuma melihat hidup kamu di beberapa tahu aja karena bisa aja hidup kamu berubah dalam satu waktu Nayara." ujar Bagas dan Bagas lega karena ia berhasil menghentikan Nayara kali ini. Nayara memeluk erat Bagas di pinggir jembatan itu, Nayara menangis di dalam pelukan Bagas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD