9

1955 Words
Sudah seminggu sejak kabar Dewa keluar dari penjara berhembus tapi sampai sekarang belum ada kabar kembalinya Dewa ke SMA Garuda. Tentu banyak yang membicarakan hal itu sampai sekarang karena mereka pikir Dewa akan kembali ke sekolah setelah seminggu ia bebas dari penjara. Namun ternyata mereka salah karena sampai sekarang tak ada kabar apapun. Padahal mereka sudah menantikembalinta Dewa ke sekolah. Apalagi para perempuan yang sangat menantikan Dewa karena mereka melihat bahwa setelag keluar dari jeruji besi dapat mereka lihat di setiap video dan foto yang beredar bahwa Dewa terlihat semakin tampan dengan badannya yang semakin jadi. Namun semua itu baru bisa mereka lihat lewat handphone saja karena bagaimana Dewa secara nyara masih belum mereka lihat juga. Hal itu dapat terjadi karena selain mereka yang merupakan teman dekat Dewa dan yang bisa masuk ke basecamp Garuda, tidak ada yang pernah bertemu dengan Dewa. Mereka semua berpikir bahwa mereka akan bertemu Dewa lagi ketika Dewa kembali ke sekolah. Namun ternyata Dewa tak kembali, jadinya mereka penasaran. Pasalnya mereka menjadi tidak yakin apakah Dewa beneran keluar atau tidak. Hal itu membuat beberapa orang membicarakan hal itu tapi sama sekali belum ada yang berani menanyakan hal itu kepada Mada, Aaroon atau teman-teman dekat Dewa yang lainnya karena mereka takut. “Chika, lo ga penasaran kemana perginya Dewa?” tanya Manda memgompori Chika agar Chika menjadi penasaran dan akhirnya bertanya. “Penasaran sih gua, kenapa emangnya? Lo pada udah dapat info tentang Dewa?” tanya Chika tersebut saat mereka berada di kantin. “Nah itu, kita sama sekali belum tahu. Justru kita mau tanya sama lo, kali aja lo tahu kan.” ujar Maura juga. “Bener tuh kata Maura karena kan lo deket sama circle mereka. Sekali-kali bantuin kekepoan kita gitu. Tanya sama Mada atau siapa kek Chik. Kita semua penasaran abis deh karena Dewa ga balik ke sekolah.” ujar Manda lagi. “Iya juga sih, ya udah deh gua setelah makan nanti tanya sama Mada. Kalo sama Aaroon ga berani gua. Yang ada kena semprot nanti.” ujar Chika kepada mereka berdua. “Nah gitu dong Chik.” ujar Manda dengan senang. Kini mereka bertiga melanjutkan makan mereka. Sampai akhirnya makanan mereka habis, Chika duduk sebentar agar makanannya turun. Setelah sudah, ia pun berjalan menuju ke tempat dimana Mada dan Aaroon berada di kantin itu. "Mada, gua mau tanya deh sama lo. Sebenarnya Dewa beneran udah keluar atau belum sih?" tanya Chika yang merupakan salah satu orang yang berani bertanya pada Mada, Aaroon dan teman-teman Dewa yang lainnya karena mereka berada di circle yang sama juga sekarang ini. Mada menatap ke arah Chika yang menanyakan hal itu. Ia sudah menduga akan seperti ini. Namun Mada sama sekali tidak mengira bahwa Chika yang akan menanyakan hal ini kepada mereka. Sepertinya Chika dihasut oleh dua orang temannya itu untuk mencari tahu kepada dirinya dan yang lainnya. "Kepo Lo kayak Dora." jawab Mada membuat Chika merasa kesal. Bagaimana pun juga ia sudah sampai disini jadi Chika harus mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ia tanyakan itu. "Ah elah tinggal jawab aja kenapa si Mada. Ribet amat hidup Lo, mau jawab ga nih? Kalo ga gua mau tanya sama Putra aja." tanya Chika kepada Mada dengan sedikit keras karena kesal. "Ya beneran keluar lah, kenapa sih pertanyaan Lo ga jelas kayak gitu? Kalo Dewa belum keluar dari sana ya ga mungkin lah ada foto gua sama Dewa. Aneh emang ya pertanyaan Lo. Lagi pula Chik, ga usah deh lo kemakan hasutan dua temen lo itu. Hidup urus hidup lo sendiri jangan urus hidup orang lain deh." ujar Mada kepada Chika tersebut sekarang ini. "Eh enak aja Lo, gua ini mewakili pertanyaan netizen-netizen yang pada kepo ya. Jadi kalo Lo bilang pertanyaan gua aneh ya ga cuman gua aja yang aneh tapi semua orang yang nanya hal itu." ujar Chika kepada Mada tersebut. "Terus kalo Dewa udah keluar kenapa dia belum keliatan di sekolah?" tanya Chika lagi karena sebenarnya ini lah pertanyaan utama yang ia siapkan dan ia ingin dengar jawabannya. "Chik, udah deh ga usah ngurusin Dewa. Ntar kalo Dewa mau keluar ya keluar sendiri kok. Ga usah kepo gitu, lagi pula Dewa mau lanjut sekolah dimana juga bukan urusan Lo atau semua orang yang bisanya cuma nanya karena penasaran aja. Sekarang aja Lo semua tanya dimana Dewa, kemarin waktu dia kena masalah Lo semua sama sekali ga ada yang percaya sama dia. Bahkan gua juga yakin nih kalo sekarang Lo pada masih ga percaya sama dia juga." ujar Aaroon yang sudah cukup kesal mendengar banyak pertanyaan itu. Ya, Aaroon akhirnya mengeluarkan perkataannya karena ia sudah muak mendengar semua orang membicarakan dan menunggu Dewa, mereka tidak ingat dulu bagaimana. Bukannya gimana, tapi ia sangat kesal pada semua orang yang sekarang sok-sokan mau tanya kabar dari Dewa padahal saat Dewa kemarin tertuduh mereka percaya pada tuduhan itu. Padahal tuduhan itu semuanya tak benar. "Udah deh Chik, Lo balik ke habitat Lo sana. Ga usah cari masalah Chik, balik aja sebelum semuanya tambah ribet ntar." ujar Mada karena ia melihat Aaroon yang sudah kesal setengah mati kepada Chika. Chika pun langsung ngacir pergi ke mejanya lagi karena ia takut kepada Aaroon yang marah. "Sabar lah Roon, jangan gitu sama cewek ntar mereka semua pada takut lagi sama lo." ujar Mada dan Aaroon tak menjawab, ia hanya diam saja. Tak beberapa lama kemudian Putra tampak mendatangi meja mereka dengan keringat yang membanjiri. Putra tadi memang habis tanding bersama anak-anak lain. Mereka melakukan pertandingan futsal di lapangan futsal. "Hadeh bagi minum sini. Gila panas banget deh." ujar Putra yang sekarang sudah menegak minuman yang entah itu milik Aaroon atau Mada ia juga tak tahu karena minuman itu berada di antara Aaroon dan Mada. "Btw kenapa muka Lo kok asem gitu Roon?" tanya Putra karena ia melihat Aaroon yang mukanya masam padahal biasanya Aaroon selalu biasa dengan wajah datarnya tapi tidak terlihat masam seperti ini. "Gua kesel banget kalo ada orang yang sok tahu terus sok-sokan banget mau tahu tentang Dewa. Mereka aja pas Dewa ketangkep diem aja dan percaya kalo Dewa pelakunya. Muka dua emang mereka semua, ga tahu malu anjing." ujar Aaroon yang tidak sadar mengatakan itu dengan suara kerasnya. Beberapa orang yang ada di kantin menatap ke arah meja dari Aaroon. Mereka takut jika nanti Aaroon ngamuk disini, tapi mereka tidak bisa memungkiri bahwa apa yang dikatakan oleh Aaroon itu sepertinya benar. Memang mereka masih belum percaya jika ada yang bilang bukan Dewa yang melakukan itu. Namun mereka juga ada alasan tersendiri, itu semua karena mereka sering sekali melihat Dewa yang terlihat sangat menyeramkan. "Woy Aaroon kalo lagi marah nyeremin juga ya." bisik Ravi ke mereka. "Iya weh, sebelas dua belas sama Dewa. Nih semua gara-gara Chika nih pasti, ga ngotak emang dia berani-beraninya nanya ke Mada sama Aaroon. Harusnya ga usah tanya meskipun penasaran." ujar Axel lagi kepada Ravi. "Udah woy jangan ngomongin Dewa lagi, kena batunya Lo pada ntar." ujar Keenan kepada Ravi dan Axel. Kini mereka pun melanjutkan makan mereka sembari mereka juga melihat Aaroon akhirnya ditarik keluar oleh Mada dan Putra karena jika dibiarkan disana terus nanti akan ada masalah. Bisa-bisa nanti Aaroon akan ngamuk melanjutkan perkataannya tadi itu. Sementara itu hari ini Nayara tidak berangkat sekolah, Bagas takut jika terjadi apa-apa dengan Nayara tapi ia sudah mengabari Bibi dan katanya Nayara masih aman sampai sekarang. Bagas pun terlihat sangat lega, kini ia menjalani hari sekolahnya tanpa Nayara. Meskipun ia tidak bisa tenang tapi ia tetap harus menjalani hari sekolahnya sampai nanti jam pulang sekolah. Rangga sendiri juga tampak khawatir dengan ketidakhadiran Nayara di sekolah. Ia takut jika Nayara kenapa-kenapa karena saat itu Bagas pernah berkata kepada dirinya bahwa Nayara sering menyakiti dirinya sendiri. Setelah Rangga tahu tentang penyakit Nayara, ia baru tahu apa yang dimaksud dengan Bagas tersebut. Makanya ia takut jika terjadi apa-apa kepada Nayara. Ia tahu bahwa ia tak tahu malu karena dirinya sudah berani mengkhawatirkan Nayara padahal jika ada yang patut disalahkan atas Nayara yang sekarang ini kambuh menyakiti dirinya sendiri adalah Rangga sendiri. Maaf Nay, aku emang ga baik buat kamu. Aku lebih mentingin masa depan aku di basket daripada kamu. Maaf Nay tapi asal kamu tahu kalo aku sayang banget sama kamu, bahkan sampai sekarang aku juga masih sayang sama kamu Nay. Perasaan ku belum berubah. Batin Rangga tersebut. "Ga, gua lihat Nayara ga masuk hari ini tapi Bagas masuk." ujar Gino. "Gin, itu bukan urusan gua lagi ya. So, please ga usah ngomongin hal itu lagi ke gua karena gua sama sekali ga ada pikiran untuk ngurusin hidup mereka berdua lagi. Biarin gua fokus basket." ujar Rangga kepada Gino itu. Biarin gua fokus basket biar gua berkembang dan jadi atlet basket yang bisa membanggakan karena hanya dengan itu gua ga akan merasa menyesal udah ninggalin Nayara karena gua mau fokus ke basket ini. Batin Rangga. "Okay sorry, gua ga akan ngomongin mereka lagi." ujar Gino padanya. Sementara itu Nayara sekarang ini hanya tiduran saja, ia tak ada niat untuk menyakiti dirinya karena lagi pula ia juga sangat lemas sekarang ini. Ia tak bertenaga untuk melakukan apa pun. Makanan yang tadi pagi sudah disajikan oleh Bibi pun tak disentuh olehnya karena ia terlalu lemas dan lemah. "Apa gua pindah sekolah aja ya? Gua ga bisa kalo terus menerus harus ada di sekolah dan ngelihat Rangga." ujar Nayara yang kini memikirkan itu. Mungkin saja dengan dirinya yang pindah sekolah akan menjadikan ia melupakan Rangga meskipun tidak bisa sepenuhnya dan tidak mudah tapi setidaknya ia tak terus menerus bertemu dengan Rangga setiap harinya. Mungkin hanya itu hal yang bisa ia lakukan untuk menjauh dari Rangga. Menjauh dari Rangga adalah sesuatu yang harus ia lakukan supaya ia sedikit lebih tenang lagi. Ia akan membicarakan ini kepada Bagas nantinya, karena biasanya keluarga Bagas yang mengurus kepindahannya. Mama dan Papanya entah lah mereka seperti tak mau juga mengurus Nayara yang sakit ini. Nayara pun mengirimkan pesan kepada Bagas agar Bagas nanti ke rumahnya. Kini bel pulang sekolah sudah berbunyi, Bagas langsung mengambil tasnya dan ia pergi ke parkiran. Ia pun langsung keluar dan mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Nayara. Sekarang ini ia memikirkan apa yang akan dikatakan oleh Nayara nanti atau ada apa dengan Nayara. Bagas hanya berdoa supaya Nayara tidak apa-apa dan tidak melakukan hal negatif juga. "Semoga semuanya baik ya Nayara." ujar Bagas saat masih di jalan. Sekitar dua puluh menit kemudian akhirnya mobil Bagas sudah parkir di depan rumah Nayara. Ia langsung keluar dan masuk ke dalam rumah. Ia melihat Bibi yang baru saja turun dari kamar Nayara membawa makanan yang sepertinya sama sekali tidak dimakan oleh Nayara karena masih utuh. "Nayara ga makan bi?" tanya Bagas kepada Bibi dan Bibi menggeleng. "Iya mas, belum makan dari pagi. Keliatan lemes juga." ujar Bibi tersebut. "Bagas bawa soto kesukaan Nayara tolong dikasih ke mangkok ya Bi, biar Bagas bawa ke atas." ujar Bagas dan Bibi melakukan hal yang diminta oleh Bagas. Kini Bagas sudah me.bawa mangkok berisi soto ke atas. Bagas masuk ke kamar Nayara dan ia melihat Nayara hanya tiduran saja dengan lemas. Nayara harus segera mengiri tenaganya karena ia bisa sakit nanti. Bagas mendudukkan Nayara dan Nayara menatap ke arah Bagas. "Gas, gua mau ngomong penting sama Lo." ujar Nayara tersebut saat ini. "Nanti, sebelum Lo ngomong Lo harus makan dulu. Gua beliin soto kesukaan Lo nih. Makan ya Nay, gua suapin." ujar Bagas dan Nayara mengangguk. Sekarang ini tampak Nayara bersama dengan Bagas disana. Bagas menyuapi Nayara yang makan dengan lahap, tentu Bagas sangat lega dan ia merasa bahwa tadi ia tidak membuang-buang waktu saat mampir sebentar untuk membeli soto kesukaan Nayara ini karena Nayara mau makan. Entah Lo nanti mau ngomongin apa ke gua tapi gua sekarang benar-benar lega Nay, gua lega karena Lo mau makan dan Lo makan dengan lahap. Semoga makanan ini nanti bakalan habis ya Nay. Batin Bagas saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD