Saat ini anggota Byun sedang berkumpul di kamar tuan muda mereka. Laki - laki mungil itu tidak melepaskan sedikitpun pelukan nya dari tubuh Chanyeol membuat laki - laki tinggi itu tidak bisa pergi kemanapun dengan cara berbaring diatas tubuhnya.
"Bagaimana keadaan Sehun?"
"Sudah diobati dan sekarang sedang beristirahat di kamarnya"
Sehun terluka di bahu kanannya akibat terkena tembakan setelah berlari menghampiri Luhan tanpa melihat pergerakan musuh.
"Maafkan aku. Aku lalai dan membuat Sehun terluka" Krystal menundukkan kepalanya tidak berani menatap laki - laki tinggi itu.
"Luhan?" Suara lirih itu mengalihkan perhatian mereka pada laki - laki mungil itu.
"Dia sedang menemani Sehun"
"Umm.. Maaf aku menyela, tapi apa yang sebenarnya terjadi pada tuan muda?" Tanya Yixing ragu -ragu.
Pertanyaan dari laki - laki China yang sejak tadi berada di dalam kamar itu membuat semua yang ada di dalam ruangan terdiam. Tidak ada yang menjawab bahkan mengeluarkan suara mereka.
"Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi padanya. Jika saja aku salah satu anggota BlackFrost, aku pikir cara seperti itu adalah hal pertama yang muncul di kepalaku untuk melukai tuan muda. Mereka bisa memanfaatkan hal itu untuk membuatnya lemah tanpa bisa melakukan apapun sebelum mereka menyerangnya"
Semuanya terdiam, Jongin menatap laki - laki itu tajam sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Tutup mulutmu Zhang Yixing!"
Yixing langsung mengulum bibirnya tanpa mengucapkan apapun lagi.
"Dia benar"
Semua mata menatap kearah satu-satunya laki -laki mungil di ruangan itu.
"Aku bahkan bisa mati karena hal konyol seperti ini"
"Tuan muda!"
"Aku benar bukan?"
Jongin menghela nafas kesal dengan tangan terkepal kuat. Dia melangkah cepat untuk pergi dari dalam kamar itu, membanting pintu kuat tanpa mengatakan apapun. Laki - laki tan itu berjalan menuruni tangga tanpa mengindahkan siapapun yang ada di hadapannya. Dia benar-benar marah saat ini, semua yang dikatakan tuan mudanya tadi adalah benar. Tapi dia tidak bisa menerima fakta itu. Jongin kembali mengingat bagaimana dirinya bisa sampai menginjakkan kaki di rumah itu.
×flashback×
Dulu dia terlahir tanpa seorang ayah. Ibunya adalah wanita malam yang menjajahkan dirinya kepada siapapun yang mau membayarnya. Suatu hari dirinya dinyatakan hamil dan tidak ada seorangpun laki -laki yang ingin bertanggung jawab. Jongin tumbuh dalam penyiksaan fisik dan batin oleh ibunya. Pada suatu hari saat ibunya pulang dari bekerja, Jongin menghampiri ibunya yang terlihat sangat mabuk.
"Ibu?"
Perempuan itu menatap tajam bocah berumur 10 tahun itu dan tanpa aba-aba dia langsung menampar wajah anaknya hingga terjatuh di lantai.
"Anak sialan! Semua ini kesalahanmu! Aku benar-benar menyesal telah melahirkanmu"
Jongin memegang pipinya yang memerah, kedua matanya berkaca-kaca menahan sakit dari pukulan ibunya itu.
"Jika saja kau tidak lahir! Jika saja kau tidak ada di perutku! Hidupku tidak akan seperti ini!!"
"I..Ibu.."
"Kau anak sialan!" Perempuan itu mendekati Jongin dan memukulnya bertubi-tubi. Anak kecil itu hanya bisa menangis memohon ampun agar ibunya berhenti memukulinya.
"Lebih baik kau mati!" Perempuan itu bergegas berlari kearah dapur dan mengambil sebuah pisau. Jongin yang melihat apa yang dilakukannya mulai menangis histeris.
"I..Ibu jangan..Ibu.."
"Jika kau mati. Semua akan selesai!"
Jongin menegakkan tubuhnya dan melangkah mundur menjauh dari jangkauan ibunya itu.
"Kemari kau akan sialan!"
"Ti..Tidak bu.. Ibu..."
Perempuan itu sudah kehilangan akal sehatnya dan langsung berlari kearah Jongin. Bocah itu menangis keras lalu berlari meraih pintu dan keluar dari dalam rumah itu. Ibunya terus berteriak memanggilnya tapi anak berumur 10 tahun itu terus berlari tanpa tujuan.
Sejak hari itu Jongin tidak pernah kembali ke rumahnya, dia hidup di jalanan dengan cara mencuri. Dia beberapa kali tertangkap oleh para pedagang yang dia curi tapi selalu berhasil melarikan diri.
Suatu hari Baekhyun yang saat itu baru berusia 3 tahun di bawa jalan-jalan oleh ibunya. Bocah kecil itu berlarian dengan senyuman di wajahnya membuat nyonya Byun tertawa gemas sambil mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba seseorang pemuda tidak sengaja menabrak nya.
"Maafkan aku. Aku sedang terburu-buru jadi.."
"Tidak masalah" Nyonya Byun mengambil buku yang dijatuhkan pemuda itu lalu menyerahkan padanya.
"Terima kasih"
Nyonya Byun hanya tersenyum tapi seketika wajahnya berubah panik saat tidak melihat anaknya dimanapun.
"Baekhyun!"
__
Bocah kecil itu masih melangkah riang sambil menatap takjub sekelilingnya. Biasanya dia hanya bisa melihat semua ini dari dalam mobil. Tapi hari ini ibunya mengajak nya berjalan-jalan di sekitar pertokoan yang selalu dilewatinya.
"Lotiii...."
Baekhyun kecil memekik girang saat berhenti di depan toko roti. Dia menatap jejeran roti yang tersaji di etalase toko.
"Kemari kau pencuri! Jangan lari!!"
Bocah kecil itu menatap bingung dua orang laki - laki berbeda usia yang sedang bertengkar di hadapannya. Laki - laki yang lebih kecil sedang memeluk beberapa potong roti di tangannya sambil melarikan diri sedangkan laki - laki lainnya sedang mengejar anak kecil itu. Baekhyun tanpa sadar mengikuti langkah bocah yang melarikan diri itu.
Dia berhenti di sebuah gang sempit yang sangat gelap. Untuk beberapa saat kakinya tertahan untuk memasuki tempat itu, dia takut gelap dan ibunya sedang tidak berada disini bersamanya. Tapi saat matanya menangkap sosok bocah tadi, dia tanpa sadar melangkah memasuki gang itu.
Anak kecil tadi berhenti melangkah sambil menghela nafas lelah. Dia mendudukkan tubuhnya di tanah sambil menatap beberapa potong roti yang berhasil dicuri nya.
"Lotiiiii.."
Anak kecil itu terkejut saat mendengar suara teriakan disebelah nya. Dia mengernyit bingung saat melihat bocah berumur 3 tahun itu tersenyum riang kearah nya. Dia memperhatikan penampilan bocah itu dan langsung mengetahui jika dia bukannya anak jalanan yang terlantar sepertinya. Tapi apa yang dilakukannya disini seorang diri?
"Apa yang kau lakukan disini? Pergilah!"
"Lotiii.."
Dia menatap roti yang ada di tangannya lalu kembali menatap Baekhyun kecil.
"Baek.. Baek .. mau"
"Ini milikku! Pergi!!"
"Tapi Baek mau.."
"Pergilah bocah!"
Kedua mata Baekhyun berkaca-kaca setelah mendapatkan bentakan dari anak laki-laki itu.
"Hueeee Baek mau.. Baek mau.."
Anak laki-laki itu menghela nafas kesal lalu memberikan sepotong rotinya pada Baekhyun. Bocah berumur 3 tahun itu langsung menghentikan tangisan nya dan mengambil potongan roti itu. Dia tersenyum dengan sangat manis membuat anak laki-laki itu ikut tersenyum .
"Telima kacih"
Anak laki-laki itu menghapus aliran air mata di wajah mungil itu lalu memintanya untuk duduk disebelah nya sambil memakan roti tersebut.
"Baekhyun!"
Baekhyun menolehkan kepalanya dan melihat ibu dengan beberapa orang pria berlari kearah nya.
"Maaaaaaaa!!!" Teriaknya riang lalu segera menghampiri ibunya itu.
"Sayang bagaimana kau bisa disini?"
Baekhyun tersenyum gembira didalam gendongan ibunya itu.
"Baek.. loti.." Baekhyun menunjuk kearah anak laki - laki yang hanya diam ditempat nya. Nyonya Byun beralih kearah nya dan tersenyum manis.
"Terima kasih sudah menjaganya. Siapa namamu?"
"Jongin"
"Ongiiiiiiin~"
Nyonya Byun terkekeh kecil melihat tingkah putranya itu.
"Terima kasih Jongin"
Anak laki - laki itu hanya tersenyum kecil sebelum melangkah menjauh tapi nyonya Byun segera menahannya.
"Tunggu, dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang"
Jongin menghentikan langkahnya, tanpa membalikkan tubuhnya dia menjawab "Tidak ada"
"Tidak ada?"
"Aku tidak memiliki rumah"
Nyonya Byun mendekat kearah Jongin sambil mengelus lembut rambut anak itu.
"Kau ingin ikut bersamaku dan Baekhyun?"
"Ongin ikut Baek.."
Jongin menatap perempuan itu dan Baekhyun bergantian lalu dengan mata berkaca-kaca dirinya menganggukkan kepala.
×flashback end×
Jongin tidak mengerti, siapapun itu yang ingin mencelakakan tuan mudanya yang manis dan menggemaskan yang dulu merengek ingin meminta roti miliknya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, untuk Baekhyun untuk kedua orangtuanya yang sudah membawanya pulang kerumah ini, dia berjanji akan menjaga Baekhyun bahkan dia rela menukarkan nyawanya untuk melindungi tuan muda nya itu.
Jongin memasuki kamar Sehun dan tidak menemukan Luhan disana.
"Kau sendiri?"
Sehun hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Kau tidak menghubungi ibuku bukan?"
"Tidak"
"Tapi mengapa mereka menghubungiku"
"Tidak tau, merindukanmu?"
Jongin terkekeh kecil yang hanya dibalas Sehun dengan dengusan sebal.
"Sehun, aku membuatkanmu sup abalone" Tiba-tiba Luhan masuk kedalam kamar itu dengan nampan di tangannya dan segera duduk disebelah Sehun. Laki - laki yang terbaring di atas ranjang itu mengenyitkan dahinya saat melihat bagaimana tampilan dari sup yang bawa oleh Luhan.
"Anda membuatnya sendiri?"
"Yup, aku membuatnya sendiri. Cobalah" Karena bahu kanan Sehun terluka dan belum bisa digerakkan terlebih dahulu, Luhan mengambil potongan abalone dari dalam sup itu dan menyuapkannya kearah Sehun.
Sehun langsung mengenyit saat makanan itu masuk kedalam mulutnya. Dia beralih menatap kearah Jongin meminta tolong tapi laki - laki tan itu hanya diam berusaha menahan tawa nya.
"Sebaiknya aku pergi" Sehun langsung menyumpahi Jongin yang sudah berlari keluar kamarnya.
"Apa anda sudah mencoba sup ini?"
"Kenapa? Tidak perlu mencobanya, aku yakin masakanku pasti enak"
Sehun langsung menatapnya datar.
"Bisakah anda mencobanya?" Luhan mengerjap dua kali sebelum mencoba sup buatannya itu.
"Yuck! Benda apa itu yang masuk kedalam mulutku?"
Dan Sehun hanya menatapnya malas lalu mengabaikan laki - laki cantik yang masih menyumpahi masakannya sendiri itu.
**
Tok Tok
Chanyeol mengenyitkan dahinya setelah mendengar suara ketukan pintu. Baekhyun yang masih berbaring dengan nyaman di atas tubuhnya merengek pelan mendengar suara itu.
"Tuan?"
"Ya?"
"Ada seseorang yang mencarimu"
"Siapa?"
"Seorang anggota kepolisian"
Baekhyun langsung mengangkat kepalanya dari d**a Chanyeol lalu menatap laki - laki tinggi itu.
"Aku akan segera menemuinya"
Baekhyun bangkit dari atas tubuh Chanyeol dan segera merapikan penampilannya.
"Apa yang diinginkan seorang polisi kemari"
"Kurasa ini berhubungan dengan kejadian kemarin. Istri seorang perdana menteri tewas tentu saja akan membuat kepolisian bertindak"
"Sial!"
Chanyeol bangkit dari atas tempat tidur diikuti oleh tuan mudanya itu. Mereka melangkah keluar kamar dan turun menemui anggota kepolisian yang sudah menunggu mereka.
"Maaf menunggu"
Polisi itu langsung berdiri dan menundukkan kepalanya.
"Maaf mengganggu waktu anda"
Chanyeol dan Baekhyun duduk dihadapan polisi itu.
"Ya?"
Laki - laki itu mengeluarkan lencana polisi miliknya.
"Saat ini saya sedang bertugas menyelidiki kasus yang menewaskan istri perdana menteri, dan menurut informasi yang kudapatkan, kalian berada di tempat kejadian malam itu"
Chanyeol melirik name tag yang tergantung di leher laki - laki tinggi itu.
"Maaf Kris-ssi, tapi kami tidak memiliki keterlibatan apapun dengan kejadian yang terjadi kemarin"
"Saya hanya ingin meminta keterangan sedikit mengenai apa yang terjadi kemarin mengingat jika anda berada ditempat kejadian"
Baekhyun mendengus malas melihat laki - laki tinggi itu. Polisi ini sangat keras kepala, dia tidak akan pergi sebelum berhasil mengorek informasi dari mereka.
"Hanya sedikit pertanyaan umum. Jika anda tidak keberatan"
Baekhyun bangkit dari duduknya lalu memilih meninggalkan kedua laki - laki tinggi itu. Dia melangkah menuju dapur dan menemukan Krystal dan Tao disana.
"Dasar bodoh! itu garam bukannya gula"
Baekhyun terkejut mendengar teriakan perempuan itu saat ingin membuka lemari pendingin.
"Apa yang kalian lakukan?"
Mereka langsung berbalik "Tuan muda"
"Aku memintanya untuk membuat minuman untuk polisi tampan disana tapi dia bahkan tidak bisa membedakan mana gula dan garam"
Laki - laki disebelah Krystal itu hanya menundukkan kepalanya takut.
"Kalian terlalu berisik"
Baekhyun berlalu meninggalkan dapur setelah mengambil sekotak s**u dari lemari pendingin. Dia masih dapat mendengar sumpah serapah Krystal yang ditujukan untuk laki - laki bermata panda itu tapi Baekhyun memilih untuk mengabaikannya dan pergi menuju belakang rumah. Dia duduk di salah satu kursi yang mengarah pada kolam renang.
"Yo, wassup"
Baekhyun sedikit terkejut saat menerima tepukan pelan dari Luhan. Laki - laki cantik itu duduk disebelah Baekhyun dan menyambar kotak s**u laki - laki mungil itu. Baekhyun menatapnya tajam yang hanya di balas cengiran lebar dari Luhan.
"Aku keracunan kau tau, jadi harus banyak minum s**u"
"Bukankah itu masakanmu sendiri?"
"Itu salah abalone nya! Kenapa masih mentah"
Baekhyun memutar bola matanya malas dan memilih mengabaikan temannya itu.
"Aku mendengar ada seorang polisi datang kemari. Apa yang dia inginkan?"
"Kejadian kemarin"
"Ah.. perempuan jelek itu? Kenapa mereka repot-repot mengusut nya? Dia sudah sepantasnya mati"
Baekhyun menolehkan kepalanya kearah Luhan.
"Apa? Kau tidak melihat bagaimana tingkah menjijikkan nya kemarin? Dia bahkan menggoda Chanyeol-mu"
Baekhyun mengedikkan bahunya acuh sambil membaringkan tubuhnya.
"Tapi ngomong - ngomong.." Baekhyun melirik kearah namja cantik itu "Polisi itu tampan juga hihi"
Jika saja ada sesuatu di genggaman nya, mungkin benda itu sudah dia lempar ke wajah laki - laki cantik itu.
"Baek.."
"Hn?"
"Apa kau tidak ingin menyembuhkan penyakitmu?"
"Aku sudah mencoba dan tidak berhasil"
Luhan menghela nafas pelan.
"Setidaknya minum obatmu, kau selalu saja menyusahkan Chanyeol" Luhan berdiri dari duduknya dan membuka kaos yang dikenakannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Berenang!"
"Di jam segini?"
"Kenapa? Apa masalahmu? Kau saja yang lemah!" Luhan menyeringai mengejek kearah Baekhyun sebelum berlari dan menceburkan dirinya kedalam kolam renang.
Baekhyun bangkit lalu berdiri di pinggir kolam. Luhan memunculkan wajahnya sambil menyiramkan air kearah Baekhyun.
"Ayolah Baek"
Baekhyun membuka kaos yang dikenakannya dan langsung disapa oleh angin malam. Laki - laki mungil itu ikut menceburkan dirinya kedalam air.
"Sialan! Ini dingin sekali"
Luhan hanya tertawa dan berenang menuju sisi lainnya. Sudah satu jam kedua laki - laki mungil itu berada di dalam air, Chanyeol menuruni tangga menuju dapur tapi matanya menangkap tuan mudanya sedang berenang bersama dengan Luhan. Dia melangkah kebelakang rumah dan berdiri di pinggir kolam itu. Luhan yang menyadari kehadiran laki - laki tinggi itu langsung berhenti.
"Chanyeol.."
Baekhyun seketika berhenti dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari laki - laki tinggi itu. Laki - laki mungil itu menggigit bibirnya gugup dan hanya bisa terdiam di tempatnya.
"Kau tau ini jam berapa?"
"Umh.. kurasa jam sembilan"
"Dan kau masih akan bermain-main disana?"
"Hanya sebentar Chanyeol"
"Kemari!"
Baekhyun segera mendekatkan tubuhnya dan tanpa aba-aba Chanyeol langsung mengangkat keluar tubuh mungil itu dari dalam air.
"Chanyeol!"
Laki - laki tinggi itu melangkah mencari bathrobe dan segera memakaikan nya di tubuh Baekhyun. Laki - laki mungil itu bisa mendengar tawa Luhan dari pinggir kolam. Dia ingin menghampiri laki - laki cantik itu sebelum tangan Chanyeol menahannya dan langsung mengangkat tubuhnya.
"Chanyeol! Ada apa denganmu?!"
"Diam atau aku akan menjatuhkanmu!"
Baekhyun langsung melingkarkan kedua lengannya di bahu Chanyeol dan menatap sebal laki - laki tinggi itu sebelum dirinya dibawa menuju kamarnya.
Chanyeol menurunkan Baekhyun di kamar mandi lalu menyiapkan air panas untuk tuan mudanya itu. Baekhyun membuka bathrobe yang menutupi tubuhnya sambil mendekati kaca.
"Apa yang diinginkan polisi itu?"
"Dia bersikeras kita harus mau menjadi saksi"
"Jangan lakukan apapun yang berhubungan dengan kepolisian"
"Aku tau"
Chanyeol menarik Baekhyun mendekat kearah bathtube.
"Kau tidak ingin memandikanku?"
Chanyeol menyentuh hidung Baekhyun dengan telunjuk nya lalu tersenyum kecil.
"Aku tau apa yang kau pikirkan. Jadi jawabanku tidak"
Baekhyun langsung mengerucutkan bibirnya lalu Chanyeol beranjak meninggalkan kamar mandi itu. Laki - laki mungil itu menurunkan celananya sebelum masuk kedalam bathtube. Air aroma terapi yang disiapkan Chanyeol membuat tubuhnya rileks, dia ingin menutup mata menikmati mandi nya sebelum...
"Jika kau terlalu lama. Aku menolak tidur bersamamu malam ini" Teriakan Chanyeol membuatnya bergegas untuk menyelesaikan mandi nya.
__
"Kau belum tidur juga?" Chanyeol mengusap lembut kepala yang bersandar dengan nyaman di dadanya. Baekhyun menggeleng pelan sambil mengeratkan pelukan nya di tubuh Chanyeol.
"Ini sudah larut. Kau harus sekolah besok"
"Aku belum mengantuk"
Chanyeol bersenandung kecil sambil mengusap punggung namja mungil itu. Baekhyun perlahan merasa kantuk mulai menyerangnya. Suara Chanyeol benar-benar membuat tenang dan usapan lembut laki - laki tinggi itu membuatnya nyaman. Dia mengeratkan pelukan nya di tubuh Chanyeol sebelum menutup kedua matanya.
Tok Tok
Chanyeol melirik Baekhyun yang tidur di atas tubuhnya dan memastikan jika dia sudah tidur sebelum berdehem pelan mempersilahkan orang yang mengetuk pintu tadi untuk masuk.
"Aku sudah menyelidiki nya"
"Apa yang kau dapatkan?"
"Tidak ada"
Chanyeol langsung menatap tajam laki - laki tan itu.
"Aku memang melihatnya bersama seseorang waktu itu. Tapi aku bahkan tidak melihat wajahnya, aku juga tidak menemukan petunjuk apapun dari kamarnya dan Zhang itu bahkan hanya bermain-main bersama Krystal dan Tao"
"Aku tidak ingin mendengar ini lagi. Lakukan apapun untuk mencari siapapun yang berbicara dengannya waktu itu"
Jongin menundukkan kepalanya sebelum melangkah meninggalkan kamar itu. Chanyeol menghela nafas kasar, dia meraih ponsel nya diatas nakas lalu mencari kontak seseorang yang ingin dihubungi nya.
"Cari tau latar belakang laki - laki bernama Zhang Yixing dan segera serahkan semua itu pada Jongin"
Chanyeol meletakkan ponsel nya diatas nakas lalu menghela nafas lelah. Dia melirik tuan mudanya yang sudah terlelap dengan nyaman di pelukan nya itu. Dia menyentuh lembut pipi laki - laki mungil itu menggunakan ibu jarinya lalu tersenyum kecil saat Baekhyun bergumam pelan dalam tidurnya.
"Kau harus tetap kuat. Untuk dirimu, untuk orang yang menyayangimu dan untuk diriku" Chanyeol mendekatkan wajahnya kearah Baekhyun lalu mengecup lembut dahi yang lebih mungil sebelum mengeratkan pelukan nya.
**