Chapter 5

1238 Words
Happy Reading ***** Zombie adalah istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk mengerikan dalam film horor ataupun film fantasi itu. Nyatanya zombie sendiri selalu digambarkan sebagai mayat yang tidak berpikiran dan bernafsu memangsa manusia, khususnya otak manusia yang dijadikan target santapan utamanya. Lagi, orang yang tergigit oleh zombie _tidak pada otaknya_ akan ikut terinfeksi virus tersebut dan berubah menjadi kawanan mereka. Ya benar, awalnya semua penjelasan itu hanya ada dalam film maupun cerita fantasi saja. Tapi kenyataannya sekarang Zombie benar ada di dunia ini. Dan jelas hal itu membuat shock banyak orang termasuk Bitna sendiri. Mengingat hidup mereka akan sangat menderita dengan adanya Zombie. Tapi meski begitu, Bitna akan tetap tegar dalam mencari jalan keluar, terutama demi keluarganya. Ibu dan bayu _adiknya. Apapun caranya ia harus segera bertemu mereka. Seperti saat ini, Bitna dan Raden tengah mempersiapkan barang-barang yang mereka bawa untuk pergi menuju rumah Bitna. Mereka membawa makanan dan senjata yang cukup banyak, karena mereka sendiri tidak tahu, situasi buruk apa yang akan menimpa nanti. Sambil mempersiapkan, Bitna menyalakan televisi mencoba melihat berita-berita lokal yang masih menayangkan tentang kabar terbaru Zombie. Karena itu akan menjadi referensi mereka dalam mengambil langkah perjalanan. "Para Zombie telah menyebar luas memenuhi semua kota juga desa-desa sekitar. Diduga Zombie berpusat pada salah satu tempat di pinggir kota, karena banyak sekali Zombie berada di sana, dan karena itu pemerintah mau tak mau me-lockdown daerah tersebut agar tidak memperparah Virus Zombie pada daerah lain. Pemerintah juga menghimbau agar masyarakat dapat berdiam diri di rumah terlebih dahulu, dan menunggu bala bantuan yang datang menyelamatkan. Masyarakat diharapkan dapat bersabar dan tenang, karena mungkin saja hal buruk juga terjadi seperti jaringan internet dan aliran listrik yang terputus. Saya Adi sutomo, melaporkan." Bitna memejamkan matanya sejenak mendengar berita tersebut. Tanpa listrik dan internet ia tak yakin orang-orang yang masih selamat di rumah bisa bertahan. Apalagi orang yang tidak mempersiapkan makanan dalam rumah, pasti sulit bertahan. "Ini Na." Raden menyodorkan sebuah setelan pakaian hitam tebal, lengkap dengan sarung tangan dan sepatu boot. Bitna lagi-lagi terkagum, tidak menyangka Raden sampai menyiapkan barang-barang hingga sejauh ini. Tanpa pikir panjang Bitna segera mengambil pakaian itu, dan memakainya di salah satu bilik kamar milik Raden. Di ikuti Raden yang juga berganti di kamar yang lain. Lima menit berlalu mereka telah siap dan keluar dari kamar bersamaan. Bitna segera mengikat rambut sepunggungnya itu kuat-kuat, agar tidak mengganggu pergerakannya nanti. Sedangkan Raden meletakkan beberapa pistol dan benda-benda bulat _yang Bitna sendiri tidak tau apa_ di dalam saku juga gesper yang memang di peruntukkan untuk meletakkan senjata. "Ini." Raden menyerahkan sebuah pistol pada Bitna. "Jangan tembakin apapun, sebelum gue kasih aba-aba. Karena suara keras bisa mancing Zombie-zombie lain dateng." Bitna mengangguk paham, dengan apa yang di jelaskan Raden. Bitna memang ahli dalam bidang tembak menembak, sejak kecil ia memang sering berlatih olahraga tembak dan itu berlanjut hingga dewasa. Dan Bitna tak menyangka, hobbynya tersebut akan sangat berguna dalam keadaan genting seperti ini. Setelah semuanya siap, Raden memakai ransel besar di punggungnya. Dan mereka pun berjalan menuju pintu keluar. Raden memimpin langkah. Sebelum membuka pintu, Raden lebih dulu mengecek ke arah monitor lcd yang terhubung dengan area unit apartement-nya, untuk memastikan di depan pintu tidak ada Zombie yang menghadang. Jujur saja jantung Bitna berdegup sangat kencang, belum apa-apa saja ia sudah sangat takut, bahkan kakinya sampai gemetar. Apalagi nanti. Tapi sebisa mungkin Bitna menahannya dan tak membicarakannya dengan Raden. "Lo takut?" Tanya Raden saat tangannya sudah memegang handle pintu. Ia melihat Bitna yang terlihat cemas dengan tubuh gemetaran. Raden harus memastikan karena setelah mereka keluar akan ada banyak rintangan yang menghadang, dan jika mereka takut bahkan sebelum melakukan, sudah dipastikan mereka akan gagal. Malah-malah berakhir menjadi santapan Zombie-zombie itu. "Na." Ucap Raden lagi sebab Bitna tak kunjung menjawab. "Shh, sedikit, Den. Serius cuma dikit." Bitna tak mau jujur kalau sebenarnya ia sangat-sangat takut. "Na, lo tau setelah kita keluar, nggak akan ada jalan kembali kecuali kita maju terus. Jadi lo harus putusin sekarang, karena jelas di luar sangat berbahaya." Raden tak habis pikir, padahal tadi Bitna yang menggebu-gebu ingin keluar dan pulang ke rumah, tapi dia sendiri yang sangat ketakutan. Bitna menghembuskan nafasnya berat, "Enggak Den, gue yakin. Gue harus ketemu Mama dan Bayu." Ya Bitna harus melawan rasa takutnya ini. "Hm, okay." Tak ada pilihan lain, meski takut, Bitna sudah memutuskan. Cklekkk.. Pintu unit apartemen Raden terbuka pelan, hawa dingin nan mencekam mulai melingkupi tubuh mereka. Kepala Raden ia majukan untuk melihat keadaan sekitar. Sepi, lorong di depan unit apartemen nya sangat sepi. Saking sepinya malah membuat Bitna makin merinding ngeri. Raden memberi instruksi pada Bitna, dan mereka pun berjalan pelan menyusuri lorong, hendak menuju lift. Bitna tiba-tiba tersentak kaget. Hanya karena Raden yang menggandeng tangannya itu sudah membuatnya panik, mungkin karena ia sangat ketakutan sehingga sentuhan kecil membuatnya terkejut. Padahal Raden menggandeng karena hendak meyakinkan gadis itu kalau dia akan aman. Srett.. Bersamaan dengan Raden yang membulatkan mata, ia langsung menarik tubuh Bitna untuk bersembunyi di balik dinding lorong kecil _yang terhubung pada pusat listrik_ bersamanya. Mereka terkejut melihat adanya seseorang dengan langkah pincang muncul dari tikungan 5 meter di depan sana. Dan untung saja Raden ber gerak cepat bersembunyi, kalau tidak Zombie itu pasti sudah menyerang. Raden mengintrupsi kan Bitna untuk segera menahan nafas, Karena Zombie tadi sudah berjalan semakin dekat ke arah mereka. "Grhh, arrrh." Suara geraman dari Zombie itu benar-benar mengerikan. 1 detik 2 detik 3 detik Hingga berlanjut sampai di detik ke 10, Bitna mulai tidak kuat menahan nafasnya. Dan syukurnya, Zombie sudah berjalan melewati mereka. Bitna bernafas lega seraya mengangguk pelan pada Raden, memberi tahu kalau ia baik-baik saja. "Graa." Si*l. Tanpa di sangka-sangka ternyata Zombie itu kembali dan melihat Raden dan Bitna lapar. Menyeramkan, dengan mulut penuh darah, mata putih, dan kulit ber-ruam hitam, sungguh lebih menyeramkan dari pada yang pernah Bitna mimpikan. “Graa...” 'Dor' Tembakan itu berbunyi setelah Bitna menarik pelatuk pistolnya tanpa sadar. Zombie perempuan itu langsung terjatuh. Tapi hal itu malah membuat Raden melotot lebar, panik bukan main. "Na." Raden tidak percaya dengan apa yang dilakukan Bitna. Karena jelas tembakan itu menimbulkan suara nyaring, yang pasti malah akan memancing zombie lain datang. Bitna meringis merasa bersalah, sebelum menarik tangan Raden untuk pergi dari sana. Jika mereka tidak cepat pergi, Zombie akan mengepungnya. "Mampus, Den. Di belakang." Dan benar saja, Zombie sudah mulai berlari berdatangan dari kejauhan. Bitna dan Raden pun segera menambah kecepatan larinya. "Lift Na, masuk Lift." Teriak Raden makin panik. Berhasil. Mereka berlari sampai kedalam lift. Meski panik, Raden masih memiliki kesadaran untuk segera menekan tombol lift, agar tertutup. Mata Bitna membulat, salah satu Zombie berlari kencang ke arah mereka, sudah dipastikan jika Zombie itu menahan lift tertutup, mereka berdua tidak akan selamat dari gigitan banyak Zombie di sana. 'Dor' 'Dor' Raden menembak kan dua peluru, di kepala juga d**a Zombie hingga sang empu terjatuh ke lantai. Ting.. Dan lift pun berhasil tertutup. Bitna dan Raden menghembuskan nafas lega bersama-sama. Tidak di sangka baru permulaan ternyata sudah menegangkan serta melelahkan seperti ini. "Huft, gilak sih Den jantung gue." "Ini belom apa-apa Na. Bakal ada yang jauh lebih__" Ting.. “Berbahaya.” Suara Raden melemah. "Den!!" Karena saat lift terbuka, bertepatan dengan Bitna yang ikut berteriak, telah menampakkan sosok-sosok zombie yang kelaparan. Si*l, ternyata di Basement banyak sekali Zombie. "Graa." Dan salah satu Zombie yang dekat dengan lift berhasil masuk ke dalam, sedangkan yang lain mulai berbondong-bondong berlari menuju dalam lift. “Graaa...” “RADEN!!” ***** Tbc . . . Kim Taeya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD