Siapa wanita itu?

1243 Words
Pov Bella. "Kita mau kemana?" tanya Bella pada seorang laki-laki yang kini sudah berada di sampingnya. "Aku kira kamu tidak datang. Maaf, aku datang sedikit terlambat. Aku tadi masih sibuk dengan pekerjaanku." Bella menakutkan kedua alisnya. "Kamu kerja?" tanya Bella. "Iya, kerja!" ucap Deon. Bella mengerutkan bibirnya. Sembari mengaggukkan kepalanya. Tanda dia mengerti apa yang Deon katakan. "Ya, udah! Ayo segera pergi," ucap Bella. "Kamu naik apa?" tanya Deon. Kedua matanya berkeliling mdliaht sekitarnya. Tidak ada seorangpun disana. Hanya ada dirinya dan Bella. Deon menghela napasnya. Dia meraih salah satu tangan Bella. Mengenggamnya sangat erat. Perlahan dia mulai mengangkat tangan Bella sampai ke atas. Dengan badan sedikit menunduk. Deon memberikan sebuah kecupan di punggung tangan Bella. "Jangan seperti itu, Bella menarik tangannya dari pegangan Deon. "jika Kamu jalan silahkan tolong jangan menyentuhku dari tubuhku bahkan jari tangan." tegas Bella. Deon tersenyum. tipis. dia menganggukan kepalanya. "Baiklah, tidak masalah!" ucap Deon. "Ayo, jalan!" perintahnya. Bella segera melangkahkan kakinya. Dia bergegas untuk segera pergi lebih dulu. Menuntun Bella pergi dari sana. Bella mengikuti kemana Deon pergi. Deon berhenti di sebuah mobil hitam. Dia sengaja membukakan pintu lebih dulu pada Bella. Kedua matanya berkedip. Meminta Bella untuk masuk lebih dulu. Bella melirik sekilas wajah Deon. Dia segera menatap kedepan. Dan, melangkah masuk ke dalam mobil tanpa sekali saja curiga pada Deon. Deon segera masuk ke dalam mobilnya. Dia melirik ke arah Bella. Melihat sabuk pengaman itu masih di tempatnya. Sementara Bella sudha duduk dengan santainya Menyandar di jok mobil sampingnya. Pandangan mata menatap kedepan. Deon menghela napasnya. Dia sedikit beranjak, tangan itu meraih sabuk pengaman di samping Bella. Seketika membaut Bella terkejut. Dia menarik tubuhnya ke belakang. Menyandar sangat erat pada jok mobil. Dengan kedua tangan kedepan. Menjaga bagian depannya agar tak tersentuh oleh tangan Deon. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Bella. Menyulitkan matanya. Tatapan matanya smekaian menajam. Mengamati tangan Deon. "Diam saja, aku tidak akan menyentuhmu!" ucap Deon. Dia menarik sabuk pengaman itu. Dan, segera memakaikan pada Bella. Tanpa sekali melirik ke arah Bella. Jantung Bella berdetak lebih cepat. Dia terlihat sangat gugup dan sedikit was-was laki-laki di depannya akan menyentuhnya. Tapi, dia sadar. Percuma juga bilang seperti itu. Dia dulu sangat dekat dengannya. Bahkan sering memeluknya. "Kenapa kamu selalu peduli akan hal kecil," ucap Bella. Tepat di telinga Deon. Deon melirik sekilas ke arah Bella. Kedua nata mereka saling tertuju. "Karena aku masih ingat jelas. Apa yang pernah kita lakukan dulu," jawab Deon. Dia melayangkan senyuman tipis pada Bella. Bella menelan salivanya susah payah. Dia menggertakkan rahangnya sangat kuat. Menahan rasa gugup yang kini merasuki dirinya. Napasnya terasa sesak. "Kamu masih sama seperti dulu." ucap Deon. Bella mengerjaokan kedua matanya berkali-kali. "Sama gimana?" tanya Bella. "Kamu selalu malu, bahkan gugup saat aku menatapmu." kata Bella. "Tidak, siapa juga yang gugup." Setelah memasang sabuk pengaman yang menyilang di tubuh Bella Deon segera duduk kembali di samping Bella. Bersiap untuk segera menyalakan mesin mobilnya. Melaju dengan perlahan keluar dari parkiran taman. Mobil Deon perlahan mulai melaju ke jalan raya. Dalam perjalanan Bella masih saja diam. Dia masih terlihat sangat gugup. Tanpa berani menatap ke arah Deon. Meski hanya meliriknya. Deon melirik ke arah Bella. Dia hanya diam, sembari memegang jemari tangannya sendiri. "Ada apa?" tanya Bella. Dia merasa Deon terus memperhatikannya. "Kamu cantik!" ucap Deon. Sesekali dia melirik ke arah Bella. Lalu kembali fokus pada jalan di depannya. Bella menarik sudut bibirnya tipis. Dia terlihat salah tingkah di buatnya. "Enggak! Aku masih sama. Seperti yang dulu. Tidak ada perubahan sama sekali dalam hidupku." kata Bella. "Oh, ya! Aku pernah tanya pekerjaan kamu. Memangnya kamu bekerja dimana?" tanya Deon. Bella seketika menoleh ke arah Deon. Menakutkan kedua alisnya. Kedua mata mulai menajam. "Memangnya penting tanya pekerjaan?" tanya Bella. "Em.. Nggak, juga sih! Maaf jika aku salah tanya." kata Deon. Dia terlihat begitu santainya mengemudi mobilnya. Bella memutar matanya malas. "Apa yang kamu katakan?" tanya Bella. "Memangnya aku tanya apa?" tanya Deon. Bella menghela napasnya. "Lupakan saja!" kata Bella. Sedikit kesal. "Kamu bekerja dimana?" tanya Bella. "Aku bekerja di dekat sini." jawab Deon. "Sudah lama bekerja disini?" tanya Bella. "Lumayan!" "Kamu kembali ke negaramu atau tetap disini." "Aku akan kembali ke china nanti. Tapi, tidak untuk bulan-bulan ini. Banyak sekali hal yang harus aku kerjakan." "Apa? Membunuh?" tanya Bella. Deon yang terkejut. Dia seketika menghentikan mobilnya. Kaki menginjak rem sangat kuat. Hingga mobil itu terhenti kebetulan tepat di sebuah club malam yang akan mereka datangi. Bella membentur dasboar mobil itu. Ia mengerutkan wjaganya menahan rasa sakit di keningnya. "Deon, apa yang kamu lakukan?" geram Bella. "Maaf! Maaf! Aku tidak sengaja." ucap Deon. "Aku hanya tanya itu kenapa kamu terkejut?" tanya Bella. "Lagian, aku juga tidak akan pernah bilang pada siapapun. Percaya padaku! Kamu kenal aku sudah lama. Aku bukan wanita yang suka umbar kesalahan orang lain." Deon menghela napasnya. Wajahnya mulai sedikit tegang. Dia bahkan tidak berani menatap Bella. "Lagian kenapa kamu bisa berbicara seperti itu?" tanya Deon. "Aku penasaran saja. Disini kebanyakan permaianan malam. Kalau bukan wanita yang permainan pria saat taruhan." ucap Bella. Dia kembali menatap ke arah Deon. Melayangkan senyuman tipis padanya. "Disini banyak sekali kriminal." lanjut Bella. "Memangnya kamu pikir aku seperti itu?" Deon menatap kedepan. Dia menghela napasnya. Melihat mobilnya ternyata sudha berhenti tepat di parkiran club malam. "Waktu bisa merubah sifat seseorang. Bahkan baik bisa jadi buruk, kelihatan lemah dulunya bisa jadi tangguh. Semuanya butuh proses kedewasaan. Sifat seseorang bisa di semuanya butuh proses. Tidak ada manusia yang akan terus menjadi baik. Dan, tidak ada manusia yang akan terus jadi jahat. Hanya pola pikir orang watak dan sifat tidak bisa berubah. Semuanya bisa di kendalikan. Tapi, butuh kedewasaan yang benar-benar dari pikiran dan hatinya. Ada niat dalam dirinya." ucap Bella panjang lebar. Membuat deon hanya bisa diam. Dia tidak bisa berkata apapun. Kedua mata Deon tidak berhenti menatap ke arah Bella. "Iya, benar!" kata Deon. Deon segera memalingkan wajahnya dari tatapan mata Bella. Dia segera beranjak turun. Tak lupa membukakan pintu mobil untuk Bella. Mempersilahkan Bella untuk segera keluar dari mobil. Bella menggerakkan kepalanya. Dengan kedua mata berkedip. Dia sengaja untuk meminta Deon jalan lebih dulu. Deon tahu maksud Bella. Tapi, bukanya jalan lebih dulu. Deon melangkahkan kakinya mundur. Dia berdiri tepat di belakang Bella. "Kamu duluan!" ucap Deon. "Aku tidak bisa biarkan wanita jalan di belakang sendiri tanpa ada yang mengawasi!" kata Deon. Bella hanya tersneyum dia segera melangkahkan kakinya. Kedua kaki jenjang itu melanggar lenggok di atas lantai. Kedua mata berkeliling melihat sekitarnya. Dan, memang banyak sekali orang yang ada di sana. Mereka menikmati musik dj. Menikmati minuman yang di sajikan. Bahkan ada yang sibuk dengan wanita yang menemani mereka minum. Bella terlihat begitu anggun. Tubuh seisinya jadi pusat perhatian orang yang ada di sana. Bella hanya diam menggenggam tas dompet berwarna coklat. Dia menarik dua sudut bibirnya. Terlihat seperti tersenyum. Bella menghentikan mobilnya. Dia menatap ke arah bartender wanita yang ada di depannya. "Aku wine dua botol!!" ucap Bella. "Dua?" kedua mata orang-orang di sampingnya tertuju pada Bella. Mereka membuka sedikit bibirnya tak percaya wanita mampu minum wine dua botol. "Kamu pesan apa?" tanya Deon yang kini berdiri sangat dekat dengannya. Hanya berjarak satu jangka tangan. Bahkan hembusan napas Deon terasa sangat dekat di leher Bella. Bella hanya bisa diam, sembari terus menelan salivanya hingga melegakan tenggorokannya yang terasa kering. "Deon, dia pacar kamu?" tanya seorang wanita di depan. Deon hanya tersneyum tipis. Seketika Bella langsung menatap ke arah Deon. Siapa wanita itu? Apa hubungannya dengan Deon? Kenapa Deon sangat kenal dengannya? Apa dia juga bekerja di bar itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD