"Apa yang kamu lakukan?" tanya Deon.
Bella hanya tersneyum tipis. Kedua matanya tidak bisa terbuka sempurna. Pandangannya masih terlihat buram. Dia tidak tahu siapa yang ada di depannya.
"Felix," ucap Bella. Dia memegang kedua lengan deon. Dia mengira di depannya adalah Felix. Membuat Deon mengerutkan keningnya bingung. Dia memincingkan salah satu matanya. Dan, dalah satu bibir tertarik ke atas.
"Felix? Siapa dia?" tanya Deon pada dirinya sendiri. Deon menghela napasnya kesal. Dia mencengkeram semakain erat lengan tangan Bella. "Aku bukan Felix," tegas Deon.
"Felix, apa yang kamu katakan?" tanya Bella.
"Aku sudah bilang aku bukan Felix, aku Deon. Sadarlah!" kesal Deon.
"Deon?" Bella menyipitkan kedua matanya. Dia menciba mengingat siapa Deon.
"Deon, sepertinya aku kenal denganmu. Kenapa kamu ada disini? Kenapa aku bisa denganmu?"
"Kenapa dia jadi lupa ingatan?" gerutu Deon dalam hatinya. Dia masih bisa diam. Merasa kesal dengan Bella yang terus mengingat Felix bahkan lupa dirinya datang bersama siapa. Deon membuka pintu mobilnya Mempersilahkan Bella untuk masuk. Dia membantu Bella duduk secara paksa.
"Oh, kamu Deon mantanku?" tanya Bella. Deon hanya diam memasangkan sabuk pengaman untuknya.
"Iya, kenapa?" tanya Deon. "Kamu lupa denganku?" Deon menatap kedua mata sayu Bella. Dia hanya tersneyum tipis. Dan, segera beranjak. Menutup pintunya. Dan, masuk ke dalam mobil duduk di kursi pengemudi tepat di samping Bella.
"Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Bella.
"Aku merasa tadi kamu mirip dengan Felix," lanjutnya.
"Felix siapa?" tanya Deon.
"Teman!" Bella terdiam. Dia tertunduk seketika.
"Teman rasa apa?" tanya Deon.
"Maksud kamu?" Bella menggekrkan kepalanya cepat menoleh ke arah Deon. Salah satu mata menyipit bingung dengan pertanyaan Deon.
"Kamu suka dengannya?"
"Tidak!" tegas Bella. Dia menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkan secara perlahan. Bella hanya diam, menarik bibir bawahnya ke dalam. Bella menggigit bibir bawahnya. Memikirkan bagaimana Felix tidak pernah menganggapnya. Kata sayang yang dia katakan semuanya palsu. Dia tidak benar mencintaiku. Gerutu Bella dalam hatinya. Dia hanya tersenyum tipis. Jemari tangan saling bersentuhan.
"Ada apa?" tanya Deon.
"Kamu suka dengannya?" lanjutnya. Deon memegang pundak Bella. Memeluknya dua kali.
"Jangan pikirkan lagi. Wanita jangan memulai cintanya lebih dulu. Itu pasti akan menyakitkan. Apa kamu akan mengulanginya untuk kedua kali dengan kisahmu dulu?" tanya Deon.
"Iya, tapi.."
"Hilangkan ego di hatimu untuk mencintainya. Jangan biarkan ego itu merasuki pikiranku. Kamu seperti ini, dia tidak akan peduli. Kamu memikirkan dia, dia juga tidak akan peduli. Jadi jangan terlalu berharap banyak. Berulah terlihat cuek dan jadilah wanita yang tidak mudah fi tebak sifatnya. Agar dia selalu penasaran denganmu. Jangan tunjukan kamu suka dengannya. Dia akan menjadi gila menyakitimu." kata Deon sok bijak. Dia bahkan juga terluka karena wanita. Dia juga pernah patah hati. Tapi semuanya di jadikan pengalaman yang dan pembelajaran untuk memilih cinta nantinya.
"Setelah kamu meninggalkanmu, kamu sudah bisa punya laki-laki lain. Sementara aku tersiksa sendiri sampai aku bertemu dengan Felix, dan aku merasa ada yang beda darinya. Tapi ternyata dia sepertinya sama saja denganmu." ucap Bella. Dia hanya bisa diam. Menundukkan kepalanya. Tidak mau banyak lagi berkata tentang perasaanya.
"Ya, sudah! Sekadang, kamu aku antarkan pulang!" ucap Deon. Dia mulai menyalakan mesin mobilnya. Dan, berjalan keluar perlahan dari parkiran club malam itu.
"Oh, ya! Tempat kamu menginap di mana?" tanya Deon. Dia melirik sekilas ke arah Bella. Kedua matanya menyipit saat melihat Bella sudah tertidur pulas di sampingnya. Dengan kepala menyandar ke pintu. Deon mencoba untuk menarik tangan Bella. Untuk tidur dengan benar. Dia membenarkan posisi tidur Bella. Sebelum melbu drngan kecang.
"Kau harus bawa dia kemana?" tanya Deon bingung.
**
Sementara Yuan dia menakutkan kedua alisnya saat dia melihat Bella pergi entah kemana. Dia melacak kepergian bella dari ponselnya.
"Kemana dia pergi?" tanya Yuan pada Felix.
"Dia sama siapa?" tanya Felix.
"Entahlah!"
"Sepertinya dia naik mobil?" ucap Deon.
"Aku yakin pasti dengan pria. Lagian kalau memang dia punya pasangan disini. Kita berhenti mengikutinya. Aku yakin dia bisa jaga diri. Dan, pacaranmya juga akan mengantarkan dia pulang!" kesal Felix. Wajahnya terlihat snagat kecewa. Felix berkacak pinggang sembari berdesis pelan. Memalingkan wajahnya. Lalu menarik lagi kedua tangannya turun dari pinggang.
Dia melangkahkan kakinya pergi, "Kamu mau kemana?" tanya Yuan membalikkan badannya. Menoleh menatap Felix yang pergi meninggalkannya. Sementara Yuan masih membawa laptopnya. Mengikuti Kemana Bella pergi.
"Aku mau tidur," ucap Felix.
"Bukanya kamu menyewa orang tadi?" tanya Yuan.
"Iya, aku suruh mereka berhenti. Dia bersama dengan laki-laki. Bahkan dia saling menyentuh bibir di samping mobil," ucap Felix lirih. Sembari terus berjalan. Tanpa menghentikan langkahnya yang penuh kekecewaan.
"Aku yakin sebentar lagi dia akan berhenti di hotel. Jadi sudah jangan ikut campur urusan pribadi dia. Biarkan saja, asalkan dia tidak buat masalah!" ucap Felix. Dia segera masuk ke dalam kamarnya. Membanting pintunya sangat keras. Hingga Yuan yang masih duduk terbongkar dari duduknya. Tangan memegang dadanya. Yuan menelan ludahnya susah payah. Menggelengkan kepalanya menatap Felix yang begitu marah.
"Ada apa dengannya?" tanya Yuan bingung. Dia kembali menatap melatar laptopnya. Dan, benar ponsel Bella sudah tidak bisa di jangkau. Dia kehilangan jejak Bella sekarang.
"Apa ponsel Bella mati?" tanya Yuan. Dia segera melacak kembali. Menggunakan berbagai cara. Dan, benar saja ternyata dia masih di jalan. Keahlian Yuan dalam hacker tida di ragukan lagi.
"Saat melihat mobil itu berhenti di sebuah hotel, Yuan menghela napasnya. Dia tidak mau melihat lebih. Dia menutup laptopnya. Dan, memikirkan apa yang di katakan Felix tadi. Untuk tidak ikut campur dengan urusan pribadi Bella.
"Cukup sampai disini!" ucap Yuan. Dia menghela napasnya kesal.
**
Back Bella.
Deon membawa Bella masuk ke dalam hotel. Dia memasak satu kamar untuk Bella. Setelah selesai memesan kamar Deon mengangkat tubuh Bella yang masih tertidur di dalam mobilnya masuk ke dalam hotel. Dia segera naik ke lift. Menuju kamar hotel yang dia tuju. Setelah sampai, Deon membandingkan tubuh Bella di atas ranjang.
Bella yang masih tertidur pulas. Dia tertidur dengan gaun yang tersingkap. Deon melebarkan matanya. Dia baru kali ini melihat body seksi Bella.
"Jangan pergi!" Bella meraih tengkuk leher Deon. Menariknya untuk mendekat ke arahnya.
"Temani aku tidur," ucap Bella. Deon seketika mengerutkan keningnya.
"Bukanya kamu dulu pernah tidur denganku?" tanya Bella. Dia mengerjaokan kedua matanya yang masih menyipit. Dia melihat sambar wajah Deon. Bella tersneyum tipis. Mengingat keuangannya bersama Deon. Bella perlahan membuka kancing kemeja Deon. Lalu melepaskannya.
Deon hanya diam Kamu menatap wajah Bella tanpa sepatah kata yang kekuar dari bibirnya.
"Kita pernah melakukan ini, setelah itu kamu meninggalkanmu!" ucap Bella. Dia mengingat semuanya. rasa sakit hatinya masih sama. Bella merangkul leher Deon. Menariknya mendekat. Hanya beberapa detik saja bibir mereka saling menyatu. Deon yang tidak bisa menolaknya. Dia terbawa gairah. Deon menyentuh sekujur tubuh Bella membaut wnaita itu tidak berdaya tanpa sehelai benang pun yang menyentuh kulitnya. Deon terus mengecup Bella, perlahan kecupan itu semakin panas.
Gairah malam yang panas terjadi pada dua tubuh yang kini saling menyatu di tengah gelapnya malam. Suara deshaan keluar dari bibir Bella. Bella terlihat menikmati itu semuanya. Dia memeluk tubuh Deon Mencengkeramnya. Lalu memberikan tanda merah di lehernya beberapa kali.
Gempuran itu terjadi hingga beberapa menit. Hingga saat mereka keluar bersamaan. Suara mereka jadi satu dalam sunyinya malam. Deon berbaring di samping Bella, sembari memeluk tubuh Bella. Bella kembali tertidur lagi. Deon mengerutkan keningnya. Dia bingung dengan pikirannya sendiri.
Apa Bella sadar melakukan ini? Apa nanti dia akan marah dengan siapa dia melakukan ini?