“Apa pun yang terjadi tidak akan mengubah keputusanku. Aku hanya mencintainya bahkan sekalipun keadaan termasuk takdir mempersulit semuanya. Aku tetap tidak membutuhkan yang lain. Cukup dia, benar-benar tak ada yang lain.” Tiga hari berlalu, semuanya masih sama. Ferro tetap tidak bisa memiliki Diana bahkan sekadar simpati. Apakah yang Diana maksud Willy? Ferro menunduk kecewa. Bagaimana mungkin ia kalah oleh keponakannya sendiri yang baru berusia sembilan belas tahun? Bahkan sekadar menatapnya, hingga detik ini Diana belum melakukannya. Seburuk itukah aku di matanya? “Aku akan memintamu pada orang tuamu. Aku akan mendapatkan restu mereka.” Ferro sungguh-sungguh dengan ucapan berikut niatnya. Diana menunduk sedih, makin tak bersemangat. Diana tak mungkin berkata kasar apalagi mengamuk.