Menunggu, itulah yang Diana lakukan. Bukan menunggu kedatangan orang tuanya atau Romi untuk mengantarnya pulang, bukan juga menunggu sebuah keajaiban datang dan akan memberinya kebahagiaan. Karena yang Diana tunggu justru ajal. Ajal yang Diana yakini akan menjadi akhir kisahnya di kehidupan. Diana masih menatap tak percaya surat cerai yang ia pegang menggunakan kedua tangan. Sesekali, air matanya berlinang dan tak jarang terjatuh membasahi surat cerai hingga tinta hitam di sana ternoda. Ketika seseorang membuka pintu kamar hotel keberadaannya, Diana langsung terjaga dan beranjak dari tepi kasur tempatnya duduk. Jantung Diana berdetak lebih cepat mengiringi rasa tegang yang sampai membuat wanita sederhana itu gemetaran takut. “Anda …?” Diana tak kuasa berkata-kata. Suaranya tertahan di t