Daniel yang melihat kulit mulus dari bahu Kiran langsung menarik tubuh Kiran untuk tidur di ranjang, dan…
Ceklek
Dengan cepat Kiran dan juga Daniel kembali bangun dan duduk, lalu melihat ke arah pintu yang ternyata di pintu sudah ada orang yang sudah mengeluarkan keringat dinginnya sambil menatap Kiran dan juga Daniel dengan tatapan terkejutnya.
Daniel berdiri setelah membantu membenarkan pakaian Kiran. Dengan gagahnya Daniel berdiri dan membenarkan jasnya sendiri.
"Apa peraturan di rumah ini sudah tidak berlaku kalau masuk ke kamar majikan harus ketuk pintu." Ujar Daniel dengan nada dinginnya, membuat pelayan tersebut langsung menunduk ketakutan.
"Keluar dari sini, jangan lagi masuk ke kamar ini kalau kamar ini sedang tertutup. Kamu bisa menunggu di luar sampai pintu terbuka." Ujar Daniel penuh ketegasan, yang langsung di patuhi dengan anggukan kepala oleh pelayan.
Daniel pun mendesah kasar saat melihat pelayan itu keluar.
Kiran yang melihat pelayan itu keluar langsung mendekati Daniel.
Kiran membuka pintu kamarnya, lalu melihat ke luar untuk melihat apakah pelayan itu masih ada di sekitar kamarnya, atau sudah pergi.
Daniel yang melihat tingkah Kiran pun mengerutkan keningnya bingung.
"Cari apa?" tanya Daniel dengan raut wajah bingungnya.
"Uncle, aku takut pelayan tadi akan mengatakan pada Kak Jovi. Kalau sampai Kak Jovi tau, pasti…
"Kenapa harus takut? Tidak ada yang harus kamu takuti. Pelayan itu tidak akan membuka suara apapun." Ujar Daniel dengan santainya, namun tidak membuat Karin merasa tenang, karena Karin yakin, kalau sampai pelayan itu mengatakan apa yang baru saja ia lakukan dengan Uncle Daniel, Jovi pasti akan menceraikan dirinya.
"Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan pernikahanku." Kata Kiran sedih
"Kalau kamu mau percaya sama Uncle, maka kamu akan merasa tenang." Ujar Daniel tegas. Kiran yang mendengar ucapan tegas Daniel Mendesah kasar, lalu menganggukkan kepalanya pasrah, mencoba untuk yakin meski sebenarnya Kiran merasa ragu, takut kalau sampai pelayan tadi akan menceritakan apa yang ia lakukan dengan Daniel tadi pada Jovi.
Daniel keluar dari kamar Kiran, dan membiarkan Kiran terbengong sendirian.
Baru aja Daniel keluar, pelayan rumah dengan orang yang berbeda masuk ke dalam kamar Kiran setelah mengetuk pintu kamar Kiran.
Pelayan tersebut masuk ke kamar Kiran dengan membawa nampan yang berisi menu makan malam buat Kiran.
"Nyonya, makan malam anda…
"Taro saja disana." Kata Kiran cepat sebelum pelayan tersebut selesai mengucapkan kalimatnya.
Pelayan tersebut melekatkan makan malam Kiran di atas nakas, lalu mulai undur diri setelah Kiran mengatakan kalau Kiran sudah tidak butuh apa-apa lagi.
Kiran masih diam saja meski pelayan itu sudah keluar dari kamarnya. Kiran masih kepikiran dengan pelayan tadi, takut kalau pelayan tadi akan buka mulut atau melaporkan kelakuan dirinya dengan papa mertuanya pada Jovi.
"Aku harus mengatakan atau memberi peringatan pada pelayan tadi. Aku harus memastikan kalau pelayan tadi tidak membuka mulut." Gumam lirih Kiran, lalu berdiri untuk keluar dari kamarnya.
Kiran menuruni anak tangga dan langsung menuju ke dapur dan sekitarnya untuk mencari keberadaan pelayan tadi.
Daniel yang melihat Kiran celingukan seperti mencari seseorang di dapur langsung mendekatinya dan terus melihat Kiran sampai Kiran terkejut saat mendapati dirinya.
"Apa makanan tadi masih kurang?" tanya Daniel yang membuat Kiran terkejut karena mendengar pertanyaan Daniel, pasalnya Kiran sendiri tadi sudah memastikan kalau tidak ada orang lain selain dirinya, tapi dan tiba-tiba ada suara yang datang tiba-tiba, tentu saja itu membuat Kiran terkejut.
Kiran menoleh dan langsung memperlihatkan senyum polosnya.
"Uncle disini? Mau ngapain?" Kiran malah melempar kalimat tanya, bukan jawaban seperti harapan Daniel.
Kiran sendiri juga tidak sadar kalau dirinya melempar pertanyaan seperti pada Daniel, karena pertanyaan Kiran refleks, keluar begitu saja.
Daniel sendiri malah melangkah mendekati Kiran, dan tetap menatap Kiran tanpa henti.
"Uncle tadi ingin makan, tapi karena Uncle liat tikus besar di dapur, tapi tidak melihat keberadaan ku meski tikus itu sudah besar, akhirnya Uncle langsung kesini saja untuk melihat tikus itu." Ujar Daniel sebagai jawaban atas pertanyaan Kiran, membuat kedua bola mata Kiran seketika membola sempurna, pasalnya secara tidak langsung Kiran tersindir akan kata-kata Daniel, dimana Daniel menganggap dirinya sebagai hewan menggelikan, yaitu tikus.
"Kalau begitu, aku bantu Uncle untuk nyiapin makanan buat Uncle." Ujar Kiran yang langsung mendapat gelengan kepala dari Daniel.
"Istirahatlah." Kata Daniel tegas.
Kiran pun mulai membawa langkahnya untuk kembali ke kamar. Daniel menangkap raut wajah keraguan di wajah Kiran. Entah apa yang diinginkan Kiran, dan apa yang akan dilakukan Kiran, Daniel juga tidak tau.
Kiran masuk ke kamarnya, dan menutup pintu kamarnya secara kasar.
"Huft. Semoga saja pelayan itu tetap bisu dan tidak buka suara sama Kak Jovi. Takut banget aku." Kata Kiran lirih.
Kiran melihat ke atas nakas dimana makanannya masih utuh, tapi sudah dingin.
Kiran memilih naik ke atas ranjang dan mengabaikan keberadaan piring yang sudah dipenuhi oleh nasi dan lauk. Kiran pun tidur tanpa makan.
Keesokan harinya, Kiran memutuskan untuk ke kampus. Jangan pikir Kiran sudah baikan Kiran bisa pergi ke kampus, sebenarnya kepala Kiran masih sangat pusing, hanya saja karena Kiran ingin menghindari keberadaan sang papa mertua, akhirnya Kiran terpaksa ke kampus.
Pagi-pagi sekali Kiran sudah rapi. Kiran menuruni anak tangga dengan dress navy yang panjangnya hanya sampai pada lututnya.
Daniel yang sedang menyantap sarapannya langsung melihat ke anak tangga saat melihat suara tapak kaki menuruni anak tangga.
"Mau kemana pagi-pagi?" tanya Daniel dingin. Kiran yang baru saja ingin melewati ruang tamu seketika menghentikan langkahnya saat mendengar suara Daniel.
"Ke kampus, Uncle." Jawab Kiran sopan.
Daniel yang mendengar jawaban Kiran langsung meletakkan sendoknya secara kasar hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring saat piring dan sendok bertabrakan.
Daniel berdiri dan membawa langkahnya mendekati Kiran yang masih berdiam diri.
Daniel berdiri tepat di depan Kiran sambil memandang Kirana dari atas sampai bawah.
"Kalau pergi ke kampus hanya untuk menghindari ku, lebih baik masuk ke kamar sekarang." Titah Daniel dengan penuh ketegasan, membuat Kiran terkejut saat mendengar ucapan Daniel yang sangat sesuai dengan tujuannya pergi ke kampus.
"Aku emang ada kuliah pagi, Uncle." Kata Kiran mencoba untuk tetap santai.
Daniel yang mendengar ucapan Kiran langsung merogoh ponselnya dari saku celananya.
"Apa dia ada kuliah pagi?" tanya Daniel datar setelah meletakkan ponselnya di telinganya, membuat Kiran terkejut.
Dengan cepat Kiran merebut ponsel Daniel, dan bersamaan dengan itu juga Kiran dan Daniel terkejut mendengar suara seorang pria yang baru saja tiba di rumah.