Bab 9

1012 Words
Dengan cepat Kiran merebut ponsel Daniel, dan bersamaan dengan itu juga Kiran dan Daniel terkejut mendengar suara seorang pria yang baru saja tiba di rumah. "Apa yang kalian lakukan, hah?" tanya Jovi dengan nada teriaknya, membuat Daniel dan juga Kiran berjingkrak kaget mendengar suara Jovi menggelegar di rumah. Dengan cepat Kiran mengembalikan ponsel Daniel, dan melihat ke sumber suara. "Kak, Jovi… "Ngapain kamu berdekatan seperti ini dengan Uncle? Apa yang kalian lakukan?" tanya Jovi dengan raut wajah yang sudah terlihat tak bersahabat. Kiran yang mendapat pertanyaan tersebut dari Jovi gemetaran, berbeda dengan Daniel yang retak bersikap santai seperti tak terjadi apa-apa. "Memangnya kamu melihat kita ngapain? Kita tidak melakukan apa-apa, dan tentunya kamu melihatnya." Ujar Daniel santai, lalu pergi begitu saja. Daniel pergi, rasanya Kiran juga ingin pergi tapi merasa kesulitan karena melihat tatapan menakutkan dari Jovi. Jovi yang melihat Kiran ketakutan sedikit curiga, apa yang Kiran sembunyikan kenapa Kiran terlihat ketakutan. Jovi mendekati Kiran lalu mencengkram kuat lengan Kiran, hingga Kiran meringis kesakitan. "Awas ya, kalau sampai kamu coba-coba menggoda atau merayu Uncle!" ujar Jovi sambil mencengkram kuat lengan Kiran, membuat Kiran harus berusaha menahan sakit. Jovi langsung pergi begitu dan melepas tangannya dari lengan Kiran dengan kasar, hingga membuat Kiran kesakitan. Kiran mengusap air matanya yang tidak sengaja jatuh begitu saja karena sakit atas perlakuan buruk Jovi pada dirinya. Kiran jadi semakin merasa takut, takut kalau sampai Jovi tau kalau dirinya sudah bertukar Saliva dengan Daniel. Jam 07.00 malam, Kiran mulai menyiapkan makan malam untuk Jovi dan Uncle Daniel. Saat Kiran di sibukkan dengan urusan makan malam di meja makan, tiba-tiba Ella datang dan menggebrak meja makan hingga membuat Kiran terkejut. "Ella, apa yang kamu lakukan?" tanya Kiran datar "Kamu itu sebagai pengganti Mama disini, harusnya jam segini sarapan sudah siap. Ini malah masih disiapkan!" bentak Ella kasar. Kiran mendesah kasar karena Ella masih saja belum berubah. "Ini sudah siap. Maaf kalau aku lalai. Kamu bisa sarapan duluan, nanti aku panggilkan Kak Jovi buat sarapan bersama." Ujar Ella berusaha sabar. Kiran yang sudah menyiapkan makanan pun beranjak untuk memanggil Jovi. Belum sempat Kiran memanggil Jovi, Jovi sudah datang dan duduk di samping Ella. Setelah Jovi datang, Daniel juga datang dan duduk dimana tempat dimana tempat biasanya. Mereka mulai menyantap sarapan mereka bersama dengan tanpa suara. Jovi melihat kening Kiran masih terdapat perban kecil, dan itu tidak membuat Jovi merasa tertarik untuk bertanya apa yang terjadi pada Kiran. Setelah selesai dengan urusan sarapan, Kiran bersiap untuk ke kampus di kamarnya. "Kak, kita berangkat bersama ya." Kata Kiran saat melihat Jovi sedang memakai jam tangannya. Jovi yang mendengar ajakan kira seketika menghentikan pergerakannya, lalu menoleh pada Kiran. Jovi tidak mengatakan apapun pada Kiran. Jovi membuka laci nakas lalu mengambil kunci mobilnya, dan menyerahkan pada Kiran. "Kamu bisa memakai mobilku yang lain. Aku buru-buru." Kata Jovi datar "Tapi aku tidak bisa nyetir sendiri Kak. Kepalaku pusing. Tiga hari yang lalu aku kecelakaan." Ujar Kiran mencoba untuk memberi tahu Jovi kalau dirinya juga kecelakaan bersamaan dengan Tisa. Jovi yang mendengar ucapan Kiran tadi langsung mendesah kasar. "Jangan jadikan karena adanya perban di kepala kamu, kamu bisa membodohi ku dengan mengatakan kalau kamu juga kecelakaan. Tidak percaya!" ujar Jovi sinis, membuat Kiran benar-benar merasa sangat kecewa, kecewa pada Jovi. "Kak, aku bener-bener kecelakaan. Aku tidak pernah mempermainkan yang namanya kecelakaan. Kata kecelakaan itu berupa musibah, Aku tidak mungkin bermain-main dengan kata kecelakaan. "Ujar Kiran dengan raut wajah penuh kesedihan, dan juga ketidak terimaan, karena Jovi menganggap dirinya berakting seolah-olah dirinya benar-benar kecelakaan. Padahal, Sebenarnya Kiran memang benar-benar kecelakaan, dan Kiran juga tidak pernah mempermainkan kata kecelakaan, karena sebuah kata-kata kecelakaan itu berupa sebuah musibah. "Sudahlah. Kamu bisa bawa mobil sendiri itu. "Ujar Jovi, lalu keluar dari kamarnya dan memilih pergi. Kiran tidak lagi menghalangi jalan Jovi untuk keluar dari kamarnya. Kiran membiarkan Jovi pergi dan mencengkram kuat kunci mobil yang diberikan oleh Jovi. "Aku yakin, pasti dia ingin menemui Tisa." Gumam Kiran pelan, sampai Menatap Jovi yang sudah tidak terlihat lagi dari pandangan matanya. Setelah cukup lama Kiran hanya diam saja, Kiran mulai membawa langkahnya keluar dari kamarnya. Kiran terpaksa ke kampus membawa mobil sendiri, karena itu juga Kiran tidak mendapat tumpangan dari Jovi, sementara Kiran melihat jam sudah terlambat untuk ke kampus. Jadi Kiran terpaksa ke kampus dengan menyetir sendiri. Kiran Mengeluarkan mobil Jovi dari garasi, dengan cepat Ella menahan atau menghalangi jalan Kiran hingga mobil yang ditumpangi Kiran kesulitan untuk keluar dari garasi mobil. "Berani sekali ingin ke kampus dengan membawa mobil kakakku!" seru Ella dengan wajah penuh ketidak sukaan. Kiran yang Mendengar ucapan Ella langsung keluar dari mobil, dan membalas tatapan Ella, dengan tatapan yang terlihat begitu sangat berani pada Ella. "Aku juga tidak sudi memakai mobil kakakmu kalau bukan kakakmu yang memintanya, dan sekalipun kakakmu yang memintanya aku juga tidak Sudi membawa mobil ini ke kampus kalau tidak karena aku terlambat." Ujar Kiran membalas kata-kata Ella, karena sebenarnya Kiran juga tidak berharap untuk membawa mobil Jovi ke kampus. Ella yang mendengar ucapan Kiran langsung tertawa, karena merasa tidak mungkin kalau Kiran mengatakan sangat tidak sudi untuk membawa mobil sang kaka yang begitu sangat mewah untuk ke kampus. "Mana mungkin orang miskin sepertimu memiliki ketidaksukaan untuk membawa mobil mewah hingga ke kampus. Aku yakin, pasti kamu bersorak gembira saat kakakku mengatakan kalau kamu membawa mobilnya ke kampus. Dengan begitu kamu bisa memamerkan mobil mewah kakakku sebagai milikmu pada teman-teman kampus kamu." Ujar Kiran, membuat Kiran tidak percaya kalau Ella Setega itu mengatakan hal yang tidak ada sekalipun niatan di hati Kiran untuk memamerkan kekayaan orang lain. "Sudahlah. Aku tidak mau berdebat. Aku kembalikan kunci mobil Kak Jovi." Ujar Kiran mengalah dan memilih menyerah daripada nantinya ada masalah besar karena dirinya terus melawan Ella. Kiran melempar kunci mobi Jovi pada Ella yang langsung ditangkap oleh Ella. Kiran pun pergi ke kampus dengan memilih cari angkot, dan menyerah walaupun dirinya terlambat. Ella yang melihat Kiran sudah pergi ke kampus dengan jalan kaki langsung tertawa kecil, lalu kembali keluar untuk berangkat ke kampus juga, namun kampus yang berbeda dengan kampus Kiran. Saat Kiran ada di tengah jalan, ada sebuah mobil yang berhenti di samping Kiran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD