12. Intervensi

1343 Words
Case 12  Pencarian keberadaan Chihaya kembali Rei mulai. Kali ini diawali dari titik saat terakhir Chihaya terlihat di atas kapal.  Berdasarkan keterangan yang berhasil dikumpulkan lewat investigasi lapangan, didapatkan kesaksian seorang yang melihat dan mengingat ciri-ciri Chihaya saat evakuasi kapal berlangsung karena keributan yang Chihaya buat sesaat sebelum naik perahu penyelamat. Kesaksian itu menyebutkan bahwa Chihaya seharusnya selamat karena berhasil naik ke sekoci. Lalu berbekal dari titik itu area pencarian diperluas untuk menemukan jejak ke mana sekoci yang dinaiki Chihaya pergi. “Lanjutkan pencarian, dapatkan informasi sekecil apa pun. Aku ingin kau menemukan jejaknya sebelum hari berakhir!” Rei tetap bekerja di dalam ruangannya, sementara orang suruhan ia sebar sebanyak mungkin bekerja di lapangan. Batas yang diberikan tidak banyak tersisa, Rei berpacu dengan waktu. Bila saja lokasi kejadian bukan di perairan luas mungkin akan lebih mudah untuk mencari jejak, karena bila terjadi di daratan pastilah saat ini Rei sudah memanfaatkan bakat dan keahliannya meretas sistem komputer untuk mendapatkan informasi, seperti jejak rekaman kamera pengawas yang terfasilitasi dengan baik di Korsel misalnya. Hanya bisa membuang waktu menunggu dalam gelisah di ruang kerjanya membuat Rei benar-benar frustasi. “Bagaimana dengan bocah itu?” Tanya Rei pada keadaan Keita yang masih dikurung dalam ruangan, keberadaan Keita di sana adalah sebagai jaminan Rei agar Chihaya dapat dikendalikan. “Pastikan kalian jaga dia. Jangan sampai kabur!” “Baik Bos.” Pria yang bertugas selalu berdiri menjaga di depan pintu ruangan Keita itu menjawab. Pintu hanya dibuka sehari 2 kali untuk memberi jatah makan dan minum Keita. Laporan hasil penyelidikan yang Rei tunggu-tunggu datang. Ditemukan campur tangan Korut saat evakuasi kapal terjadi dan dugaan mengarah pada hilangnya Chihaya adalah juga perbuatan Korut. Meski tidak diketahui alasan mengapa Korut sampai harus membawa Chihaya. “Korut katamu?” Wajah Rei mengeras, kening berkerut. “Apa mungkin ini masih berkaitan dengan orang Korut itu!” Rei teringat pria yang dilawannya di atas kapal. Sekarang rasanya Rei bisa mengerti dan menarik gambaran dari semua puzzle. “Aha. Begitu rupanya... Kenapa aku tidak terpikirkan sebelumnya.” Tentu saja ini masih berkaitan satu sama lain. Karena orang yang Rei temui di atas kapal menghalangi jalannya dan begitu juga Chihaya pun demikian. Seringai Rei mengembang lebar, merasa puas dengan hasil penemuan penyelidikannya. Saat bersamaan merasa tertantang karena urusannya dengan pria yang ia lawan di atas kapal itu belum berakhir. Rei saat ini sangat bersemangat untuk membalas perbuatan intel? Tentara bayaran? Orang Korut? Apa pun sebutannya dan siapa pun dia identitas aslinya, Rei tidak perduli. “Pak, saya rasa anda harus melihat ini.” Tangan kanan atau orang kepercayaan Rei membawa tab ke hadapannya untuk menunjukkan apa yang baru saja ia temukan. Pada layar tab menampilkan informasi Chihaya yang dikeluarkan interpol Jepang. Di sana tertulis intinya adalah keterangan status Chihaya sebagai orang penting yang kini keberadaannya sedang dicari. Di wilayah negara atau bagian mana pun ia berada, keselamatannya harus menjadi perioritas. Bila sesuatu terjadi, pihak interpol Jepang akan melakukan penyelidikan khusus dan hal itu bisa memicu konflik serius. Begitu yang tertulis pada dokumen resmi yang dikeluarkan interpol. “Apa-apaan ini!” Sesaat Rei bingung siapa yang telah melakukan hal itu tanpa sepengetahuan dan izinnya. Lalu satu sosok terbayang dalam benak, seorang yang mungkin untuk melakukan itu semua dan selalu berhasil membuat emosi Rei terpancing. Lebih lagi karena setiap pergerakannya selama ini berarti selalu dalam pantauan orang itu. Tidak mungkin dia yang berada jauh di sana mengetahui detail kemajuan pekerjaan Rei sekarang bila tidak mendapat laporan dari orang dalam, dengan kata lain orang yang bekerja di sampingnya. “Siapa! Siapa orangnya?  Siapa di antara kalian yang bekerja untuknya mengawasiku!!” Geram Rei hilang kendali. “P-Pak?” Sekretaris pribadi Rei tidak bisa melakukan apa pun bila tempramen atasannya sudah pada tahap ini. “Keluar kau! Cepat mengaku dihadapanku!! Tidak ada gunanya bersembunyi!” Rei menatap satu persatu orang yang selalu berada di sisinya. Mereka yang berdiri sejajar merapat pada dinding di sudut ruangan. “M-Maafkan saya Pak...” Seseorang maju menampakkan diri dengan takut. Dia adalah orang yang Rei minta untuk mengaku alias mata-mata dalam pekerjaannya. Pria yang sejak Rei melakukan perjalanan bisnis ini selalu berada bersamanya ke mana pun ia pergi, setia dan patuh mengikuti semua perintah Rei tanpa banyak protes dengan sangat sabar. Dia adalah orang suruhan Ken dan bekerja padanya untuk memata-matai tugas Rei. Ken sengaja menaruh orang bekerja dibawah Rei agar dengan mudah mengetahui situasi terkini proses kerja Rei, termasuk dengan cara itu Ken bisa tahu kendala atau masalah yang Rei hadapi dalam pekerjaannya. Dan dengan cara itu Ken bisa mengubah status kenegaraan Chihaya dalam waktu singkat. Hanya ken orang yang Rei kenal bisa melakukan semua itu, hal yang diluar batas kapasitas dan kekuasaannya. *** Rei tidak pernah cocok bila dipasangkan bekerja bersama Ken, meski mereka adalah saudara kembar tapi personal keduanya terlalu berbeda. Begitu juga dengan bidang pekerjaan yang mereka geluti. Sejak usia belia Rei dididik, dilatih dan sengaja diarahkan untuk menjadi pewaris dari kerajaan raksasa bisnis keluarganya. Sementara Ken sengaja dipersiapkan untuk menjadi orang besar yang memiliki kedudukan tinggi atau kursi penting baik itu di pemerintahan atau pun pertahanan nasional. Rei lebih memilih jalan terjal berduri dari pada harus meminta bantuan pada Ken untuk menyelesaikan pekerjaannya. Mereka memang selalu berselisih baik itu dalam pekerjaan atau pun permasalahan pribadi yang ujungnya sentimen itu dibawa ke dalam pekerjaan juga. Padahal mereka menggeluti sektor yang berbeda tapi persaingan tidak pernah padam dimulai ketika mereka menerima pendidikan dini, masa sekolah, kuliah hingga sekarang dunia pekerjaan. Ken sangat hafal itu, sifat Rei yang lebih mendahulukan ego dan gengsi. Sementara Ken menginginkan semua pekerjaan dapat selesai di atas apa pun. “b******k!” Maki Rei saat menunggu panggilan videonya terhubung dengan Ken. Ruang kerjanya sudah berantakan berbagai barang di lantai, hasil pelampiasan amarah. Di sudut ruangan tetap berdiri siaga orang-orang bawahannya yang sudah tidak asing dengan pemandangan itu. Pada layar muncul wajah seorang yang ingin sekali Rei hujani pukulan bogem mentah bila ada di hadapan mata secara fisik. Mengingat perangai Rei, Ken tahu apa yang terjadi hanya dari ekspresi wajah saudaranya itu. “Kau yang melakukannya. Hah! Kau mencampuri pekerjaanku?” Geram Rei tidak terima, Ken melakukan sesuatu pada urusannya tanpa bicara atau diskusi lebih dulu. “Itu demi kebaikanmu sendiri.” Rei hanya diberi waktu tambahan dua hari untuk menutup pekerjaannya di sana. “Kenapa kau selalu marah pada kebaikan hati dan perhatianku yang ingin membantu tugasmu?” “Sialan! Diam kau berengsek!!” Pukul Rei pada meja sangat keras hingga komputernya bergetar. “Aku bisa mengurusnya, bisa menyelesaikan semua sendiri! Berhenti ikut campur pada pekerjaanku!” “Pekerjaanmu?” Nada bicara Ken tidak sepakat dengan Rei yang berpikiran dangkal. “Ini menyangkut banyak hal, demi kepentingan organisasi! Banyak orang yang terlibat. Jika sampai gagal, apa kau sanggup menanggung konsekuensinya? Kau ingin kehilangan kepercayaan organisasi untuk selamanya!” Peringatan Ken pada Rei agar ingat betapa pentingnya situasi ini. Segera membereskan pekerjaan akan lebih baik untuk kebaikan semua. Ken tahu selain desakan ketua yang memberinya batas waktu hanya dua hari, Rei juga sudah mendapat peringatan dan caci makian orang dalam organisasi. Rei terdiam, mencerna semua yang Ken ucapkan di mana semua poin itu memang benar adanya. “Dengar! Aku sengaja menaikkan status wanita itu di database interpol untuk mencegah sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi. Setidaknya untuk sementara waktu nyawa dan keselamatannya bisa kita tangguhkan. Mengerti?” Lagi Rei hanya diam tak menunjukkan reaksi. Meski amat sangat kesal lagi-lagi Ken benar, keputusannya tepat dan beralasan kuat. Mau tak mau Rei harus mengakui itu, lawan mereka adalah Korut yang bisa melakukan apa saja. “Waktumu hanya tersisa besok. Apa pun hasilnya kau harus kembali. Camkan itu!” Lalu sambungan komunikasi berakhir tanpa Rei bisa melakukan perlawanan atau pun argumen balasan. Posisi Rei sebagai wajah dari pewaris kerajaan bisnis keluarga tidak sepenuhnya bisa bergerak secara luas dan bebas, ia harus selalu berhati-hati dalam segala hal dan memilih bergerak dalam bayangan. Banyak mata terpasang mengawasi setiap keputusan atau pekerjaannya, dari mulai mereka yang berada di organisasi, rekan bisnis diberbagai negara kuat, pemerintah dan publik internasional. Karena itu orang-orang yang bekerja dibawah arahannya sangat diperlukan untuk membereskan semua pekerjaan kotor. ***unsolved
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD