5. Bomb

1562 Words
Case 5  “Aksi teror katamu!” “Benar Pak! Saya belum dapat melaporkan apa pun dengan pasti untuk saat ini, namun kecurigaan saya adalah pihak musuh yang menjadi dalang semua kejadian ini. Hal ini sudah direncanakan.” Begitu isi laporan Chung Ryeol pada atasannya. “Perioritas utamamu adalah tetap menjaga keamanan dokumen rahasia dan kembali dengan kesuksesan misi. Jangan terlibat, segera mundur!” Perintah atasan Chung Ryeol tegas. Keselamatan penumpang dan kru kapal bukanlah urusan mereka. Lagi pula Chung Ryeol sudah mendapatkan chip berisi file dokumen yang dicarinya dan menjadi tujuan misinya. Nada suara Chung Ryeol berubah, lebih berat dan rendah dari biasanya. Menunjukkan betapa seriusnya ia saat ini. “Pak, ada yang ingin saya sampaikan...” Baru kali ini terdengar Chung Ryeol mengintrupsi perintah atasannya. Chung Ryeol harus menyampaikan semua pemikiran dari hasil pengamatan dan analisis tentang situasi saat ini serta dugaannya secara singkat, jelas tanpa informasi terlewat sekecil apa pun. Chung Ryeol tidak bisa mundur menutup misi dengan PR yang masih tersisa. Rasanya pekerjaan Chung Ryeol hari ini semakin bertambah dengan adanya saksi mata yang kabur dan aksi teror terjadi di atas lautan samudra. “Lakukan yang terbaik! Kau adalah perwira andalan dan kepercayaanku. Aku akan kirimkan tim bantuan segera.” “Siap!” *** Markas besar pangkalan militer Korut. Di ruang rapat itu telah duduk mereka-mereka pejabat militer berpangkat tinggi hingga pangkat dibawahnya. Semakin tinggi pangkat mereka semakin jauh tempat duduknya dari layar proyektor. Atasan langsung Chung Ryeol turut hadir dalam rapat itu, dengan pangkat Mayor Jenderal di angkatan bersenjata Korut. Semua wajah terlihat tegang dan gelisah menanti kehadiran pimpinan tinggi di kemiliteran. Rapat ini untuk melaporkan dan membuat strategis atas situasi terkini dari perkembangan operasi rahasia Chung Ryeol yang masih berjalan di lapangan. Panglima militer sampai memanggil jajaran pejabat beserta stafnya karena mulai merasa gusar. Misi yang seharusnya diharapkan selesai sejak lalu terkendala berbagai masalah yang bermunculan hingga situasi berubah setiap saatnya. Oleh sebab itu Komandan Jenderal harus melaporkan langsung di hadapan Panglima. “Kenapa kita harus melibatkan diri pada ancaman teror?” Tanya orang paling berkuasa dan berpangkat paling tinggi dalam rapat itu pada mereka yang duduk di hadapannya. “Berdasarkan laporan kamerad Chung Ryeol kemungkinan besar dokumen rahasia memiliki salinan yang keberadaannya sampai saat ini belum bisa dipastikan.” Terang ajudan yang berdiri di depan layar bertugas menyampaikan laporan. Tidak ada yang berani buka suara karena mereka tahu laporan mereka saat ini terdapat banyak kekurangan dan mereka bisa meramalkan apa yang selanjutnya akan terjadi. Pemimpin pasti merasa tidak puas bahkan marah mendengar  laporan seperti itu. “Jadi maksud kalian, salinan dokumen itu berada di kapal dengan atau tanpa kepastian pada siapa dan di mana salinan itu berada?” Raut wajah Panglima mengeras akibat emosi, mendengar isi laporan konyol yang membuatnya kecewa. Seolah orang-orang di bawahnya tidak bisa bekerja dengan becus. “Benar Pak!” Tangan mulai mengepal, Panglima harus meredam amarah karena rapat masih berjalan dan ia belum mendengar keseluruhan isi laporan. “Lalu bagaimana dengan pihak asing yang membuat kesepakatan jual-beli itu? Pihak swasta atau negara mana?” “Kami juga belum bisa memastikan hal itu Pak!” “Lalu apa saja kerja kalian! Kau bilang yang seperti ini sebagai laporan. HAH!!” Map di meja yang berisi lembar laporan situasi terkini itu diangkatnya lalu dihantamkan keras ke meja. “Pak, kami telah mengirimkan unit bantuan.” Akhirnya Komandan atasan Chung Ryeol angkat suara. “Situasi pasti akan segera kami kendalikan sebelum permasalahan menjadi besar.” Janjinya melihat betapa emosional atasannya itu. “Kamerad Chung Ryeol adalah kapten andalan kami, kemampuan di pasukan nomer satu terbaik dalam segala hal. Saya bisa menjamin itu!” Panglima tidak punya pilihan selain percaya pada orang-orang yang bekerja untuknya. “Segera bereskan ini semua sebelum pimpinan diatas menyadari! Kalau sampai pemimpin besar mendengar dan tahu hal ini, akan kuakhiri karir dan nyawa kalian semua!!” “Laksanakan Pak!” Sementara itu kembali pada pembajakan kapal di atas laut lepas. Chung Ryeol  bergerak dengan planning yang baru saja dibuat dalam waktu singkat di pemetaan otaknya. Untuk mengambil kendali Chung Ryeol harus menaklukkan satu persatu komplotan teror itu tanpa terlihat atau pun disadari lawan. Karena itu Chung Ryeol sepenuhnya dalam mode sikap profesional perwira pasukan khusus. Chung Ryeol menyisiri setiap area deck kapal guna membuat gambaran medan pertarungannya. Saat ini ia hanya seorang diri melawan komplotan teror yang pada setiap lantai kapal dikuasi komplotan mereka. Butuh waktu 10-15 menit hingga tim bala bantuan datang. Chung Ryeol harus memanfaatkan waktu, membuat strategi serangan balik jika ingin mengambil alih keadaan saat ini. Dengan hanya ia sendiri mungkin Chung Ryeol bisa melumpuhkan 2-3 orang musuh tanpa disadari, tapi setelah itu rekan komplotan mereka yang lain pasti akan segera menyadari kejanggalan dan perlawanan Chung Ryeol. Ketika menyisiri kapal, betapa kagetnya Chung Ryeol ketika menemukan bomb aktif yang terpasang di bagian deck terbawah kapal. Komplotan teror tidak bermaksud mengambil penumpang sebagai sandera tapi mereka lebih gila dari pada itu. Keberadaan bomb aktif ini jelas menunjukkan maksud mereka yang ingin membuat kapal karam. Chung Ryeol sedikitnya tahu mengenai jenis dan rangkaian bomb meski bukanlah seorang ahli dalam menjinakkannya. Tapi tetap saja bukan bearti Chung Ryeol dengan semberononya mengutak-atik bom aktif sendirian dengan tangan kosong untuk menjinakkan. Waktu yang dijanjikan untuk mendatangkan pasukan bantuan semakin dekat, Chung Ryeol harus bergegas menyisir keseluruhan kapal agar menguasai medan sepenuhnya sehingga rekan yang tiba nanti bisa bergerak secara efisien dan terarah. Dan Chung Ryeol juga harus meminta tim khusus penjinak bomb diterjunkan ke lapangan. “Benar, jenis high explosive dengan pengaturan timer.” Terang Chung Ryeol mencoba untuk tidak panik dan berpikir tetap tenang. “Tidak banyak waktu lagi tersisa. Tindakan pencegahan akan saya serahkan pada unit penjinak bomb. Masih ada hal lain yang perlu saya tangani.” Pangkas Chung Ryeol pada orang disambungan telepon. Chung Ryeol harus segera menemukan salinan dokumen dan menangkap seorang saksi mata, di saat bersamaan ia juga harus menaklukkan komplotan teror yang menguasai kapal saat ini. *** Waktu terus berjalan, dua orang dari komplotan teror berhasil Chung Ryeol kalahkan. Dalam kurun waktu itu tim bala bantuan tiba di lokasi sesuai perkiraan waktu yang disampaikan. Unit pasukan khusus yang mana adalah rekan Chung Ryeol itu menggunakan strategi dan penyamaran sebagai regu penyelamat utusan pihak berwenang. Tugas pertama yang harus mereka lakukan adalah melumpuhkan musuh, mengambil alih kapal dan di saat bersamaan tim lain akan fokus pada penjinakan bomb. Sampai saat ini keberadaan bomb memang sengaja dirahasiakan demi mencegah kepanikan semakin luas di antara penumpang kapal. Di sisi lain pada waktu yang sama ketika tim bala bantuan tiba. Chihaya melihat sebuah kapal datang semakin mendekat ke arah kapal yang ditumpanginya hingga akhirnya kapal itu merapat. Lalu barisan orang terlihat kuat dan bertubuh besar dengan pakaian nuansa serba hitam keluar dari kapal. Bergerak cepat, lincah dan terkoordinir dengan baik. Satu persatu berpindah melompat masuk ke dalam kapal yang tengah dibajak itu. Sejak awal Chihaya berada terpisah dari kumpulan penumpang lain yang menjadi tawanan, bergerak seorang diri mengikuti intuisi liarnya. Kedatangan regu penyelamat terbilang cepat di tengah kepanikan dan upaya dirinya untuk mencari cara menyelamatkan Keita. Walau bukan Chihaya sendiri yang membuat laporan dan meminta bantuan. Saat itu Chihaya tidak banyak ambil pikir apalagi merasa curiga mengapa regu penyelamat datang begitu cepat dan siapa orang yang telah membuat laporan tentang aksi teror di kapal ferry itu. Sebaliknya Chihaya menaruh harapan tinggi  dan percaya mereka akan selamat dari situasi ini dengan hadirnya tim penyelamat sekarang. Chihaya bergegas turun untuk meminta bantuan. “Cepat merapat! Tetap merunduk! Kedua tangan di belakang kepala!” Teriakan dan hardikan komplotan teror pada seluruh penumpang dan awak kapal yang dikumpulkan di deck utama. “Cepat! Cepat!” Tidak ada yang berani melakukan perlawanan pada komplotan teror yang memiliki persenjataan. Setelah jatuh satu korban mereka semakin takut bahkan untuk mengangkat wajah. Di deck utama sebagian besar komplotan teror berpusat, hal ini mempermudah pasukan khusus untuk melakukan penyergapan dan melumpuhkan lawan. Sungguh strategi yang buruk berkumpul pada satu tempat, menunjukkan komplotan itu adalah amatiran yang senang meniru aksi laga dalam film dan pamer senjata api. Dalam selang waktu yang cukup singkat, terjadi baku tembak antara pasukan elit angkatan senjata sungguhan dan badut pertunjukkan komplotan teror. Penumpang dan awak kapal meringkuk ketakutan tidak bergeming di tempat masing-masing. Bahkan ada yang sampai tiarap karena ngeri terkena peluru liar. Perbedaan kemampuan yang tidak setanding membuat penaklukan komplotan teror berjalan mudah, kemenangan telak bagi regu penyelamat. “Para penumpang sekalian dimohon kerjasamanya! Kami regu penyelamat yang diutus pihak berwenang untuk mengevakuasi kapal.” Siaran informasi yang disampaikan regu penyelamat. Keseluruhan dari mereka yang masih gemetar takut dan panik tidak mengerti mengapa mereka harus dievakuasi dari kapal, begitu juga dengan awak kapal. Tapi mengingat diri yang masih belum dapat berpikir jernih, awak kapal menerima saja setiap ucapan tim penyelamat. “Kepada awak kapal kami minta batuan untuk mengarahkan seluruh penumpang sesuai instruksi evakuasi! Sekali lagi, kepada awak kapal―” Tepat pada saat itu, “BHOOOOM!!” Terdengar suara ledakan besar dari deck paling bawah berserta gucangan hebat di seluruh badan kapal. Disusul suara sirene berderu keras tanda emergency atau kerusakan fatal pada kapal tersebut. Di tempat lain Chung Ryeol menyadari bahwa bomb gagal dijinakkan dan itu berarti tidak akan lama lagi kapal bisa karam. Batas waktu yang dimiliki Chung Ryeol untuk menyelesaikan misinya semakin sempit. Keputusan yang diambil Chung Ryeol pada waktu yang tersisa adalah bergerak secara terang-terangan mengahadapi musuh. Kali ini tanpa menahan diri menggunakan persenjataan yang ia miliki. ***unsolved
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD