Hazel Oswald baru saja sampai ke apartemennya. Emily juga memutuskan untuk menginap di sana. Setelah menghabiskan waktu hampir satu hari di studio pemotretan tak membuat Hazel merasa lelah.
Kini dirinya tengah berbaring di atas ranjang sembari menonton drama korea favoritnya. Di jaman sekarang, drama korea memang banyak sekali peminatnya, termasuk seorang Hazel Oswald.
"Kau tau kemarin aku bertemu dengan salah satu wanita." ujar Emily yang tiba-tiba saja bercerita.
"Siapa?" tanya Hazel.
"Aku tidak tau,"
"Bodoh! Jika kau tidak tahu kenapa mengatakannya?"
"Dia benar-benar menyebalkan, sialan! Sombong juga."
"Lebih sombong mana denganku?" tanya Hazel.
"Kau bukan sombong, tapi angkuh!" sulut Emily dengan cepat.
"Bukannya sama saja, Em?"
"Terserah!"
Hazel memilih diam tak menanggapi ocehan dari Emily. Dirinya fokus menonton drama yang sedang tayang di layar laptopnya. Lalu saat Emily mengatakan sesuatu, Hazel dengan cepat menoleh.
"Kau bilang apa tadi?"
"Apa?" tanya balik Emily yang bingung.
"Tadi kau mengatakan apa? Yang CEO muda jika tidak salah."
"Oh itu. Andrew tadi bilang jika besok dia ada meeting dengan klien baru. Katanya sih CEO muda."
"Iya siapa namanya?"
"Da.. Daren Cyrill kalau tidak salah. Ya, itu namanya!”
Bola mata Hazel sukses melotot saat mendengar nama itu. Pikirannya melayang beberapa hari yang lalu di malam panas itu. Hazel tak menyangka, dunia bisa sesempit ini.
"Kenapa kau? Kumat?" tanya Emily.
"T-tidak! Memangnya aku kenapa?" elak Hazel.
Emily memicingkan mata penuh kecurigaan.
"Kau mengenalnya?" selidik Emily.
"Aku tidak mengenal Daren Cyrill." sahut Hazel cepat. “Siapa juga dia?”
Emily hanya mengangguk-anggukan kepala dan mengulum bibir bawahnya sendiri. Entahlah apa yang dipikirkan oleh Emily saat ini. Sedangkan Hazel berusaha keras menutupi kegugupannya.
"Ah gerah sekali. Aku mau berendam." gumam Emily dan berjalan cepat menuju kamar mandi.
Hazel melirik kearah Emily yang berjalan. Saat sahabatnya itu telah masuk kedalam kamar mandi, dengan segera Hazel mengambil Ipadnya.
Dengan terburu-buru Hazel mengetik kan nama Daren Cyrill dan muncul berbagai artikel yang memuat sang pria. Hazel membacanya begitu teliti. Dia sedikit shock saat tahu siapa Daren itu.
"s**t! Bagaimana bisa aku tak mengetahuinya?" umpat Hazel.
Hazel memang tidak pernah menonton berita atau membaca majalah dan koran. Meskipun dia seorang model, percayalah dia bahkan jarang melihat potret dirinya sendiri di dalam majalah. Dia memang tidak suka sekali membaca.
"Kenapa dunia bisa sesempit ini?" monolognya.
Beberapa detik kemudian, senyuman mengembang disudut bibir si gadis pemilik mata indah. Senyuman yang sulit untuk diartikan.
+++
Emily benar-benar naik darah sepanjang bersama dengan Hazel. Ini sudah masuk jam tengah malam dan gadis itu nekat makan makanan berlemak. Bukan apa-apa, Emily hanya khawatir soal kesehatan Hazel nantinya. Tapi Hazel bersikap bodo amat.
"Harusnya kau memesan salad sayur saja. Atau buah. Bukan makanan berlemak seperti ini." omel Emily.
Hazel hanya diam tak menanggapi. Mulutnya sibuk mengunyah makanannya. Pun Emily terus saja mengoceh dan ikut juga menghabiskan makanan yang dia bilang berlemak dan tidak sehat.
Ingin rasanya Hazel menyumpal mulut Emily yang seperti kaleng rombeng. Tapi sayangnya tidak bisa. Tersumpal makanan saja Emily masih bisa terus mengomeli dirinya, apalagi disumpal yang lain? Pasti masih bisa mengomel kan?
"Sok menasehati untuk makan sayur dan buah saja. Tapi kau malah yang lebih banyak menghabiskannya." sindir Hazel.
"Aku hanya menyelamatkanmu, sialan!" bentak Emily yang tidak terima disindir.
"Itu bukan menyelamatkan, tapi kau memang kelaparan bodoh." umpat Hazel dan Emily tertawa dengan mulutnya yang masih sibuk mengunyah menghabiskan sisa-sisa makanan yang belum habis.
"Kau masih lapar?" tanya Emily yang menyandarkan punggungnya ke kursi.
"Tidak." sahut Hazel singkat.
"Sayang sekali, padahal aku ingin berbaik hati padamu." kata Emily , sedangkan Hazel mulai memicingkan matanya curiga.
"Aku serius, tapi tidak jadi karena kau sudah tidak kelaparan." terang Emily.
"Kau memang tidak punya niat serius." sungut Hazel.
"Memang." jawab Emily cepat yang membuat Hazel Oswald menunjukkan jari tengahnya kearah Emily.
Emily hanya mengedikkan bahunya acuh seolah tak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Hazel.
"Kau ini memang pantasnya jadi ibu tiriku bukan sahabatku!" ucap Hazel tiba-tiba.
"Ya sudah, besok akan aku nikahi ayahmu, beres!" sahut Emily.
"Ayahku sudah tiada. Kau ingin ke makamnya? Menikahi jasadnya?"
"Sialan! Aku tidak mau. Mana bisa diajak bercinta jika begitu." sahut Emily yang membuat Hazel menganga tak percaya.
"Oh, kalau begitu pergi saja dan panggil gigolo untuk menuntaskan hasratmu."
"Sialan! Bukankah itu kau? Sudah berapa banyak pisang yang memasukimu hah??" sahut Emily yang membuat Hazel langsung melayangkan bantalnya ke arah Emily yang terus saja mengejek dirinya.
Emily berusaha menghindar tapi tetap saja usahanya sia-sia. Karena Hazel memukulnya dengan bantal secara brutal. Bukan marah atau emosi, keduanya malah tertawa terbahak-bahak.
+++
Sementara itu di salah satu kamar mewah yang ada di dalam apartemen milik Daren mendadak berubah menjadi panas dan gerah. Aktivitas di dalamnya begitu liar dan menuntut. Satu wanita dan dua pria bersama-sama sedang meraih kepuasan.
Ketiganya saling berbagi kenikmatan dan desahan. Berulang kali sang wanita melenguh panjang akibat puncak orgasmenya.
"Sekarang giliranku," ujar Ellard menarik kaki Iris kembali membuka lebar pahanya dan melesakkan miliknya kedalam liang surgawi wanita itu.
"Uhhh.." lenguh Iris saat Ellard menerobos masuk. Sedangkan Jeff tengah mengurut kejantanannya sendiri. Tepat di samping Iris yang berbaring.
Desahan-desahan kembali keluar dari bibir sang Ovilette. Tangan Ellard pun tidak dibiarkan menganggur sama sekali. Tangan kirinya mencengkeram leher jenjang iris cukup kuat yang menyebabkan wajah gadis itu mendadak memerah. Sedangkan tangan kanannya meremas d**a iris yang begitu pas di genggamannya. Pun pinggulnya tidak berhenti untuk menghentak.
Jeff turun dari ranjang dan meneguk segelas wine berwarna merah pekat. Kemudian sebuah ide muncul di benaknya. Si pria Levon mengisi gelas yang kosong dengan wine kembali. Lalu dirinya mendekat kearah iris yang sedang menjerit-jerit keenakan. Di tumpahkannya segelas wine itu ke seluruh permukaan dadaa Ovilette.
Ellard menarik tangannya yang semula mencengkeram leher Iris, karena Jeff mulai memposisikan diri untuk kembali menikmati tubuh molek Ovilette. Jeff menjulurkan lidahnya untuk menyusuri d**a iris hingga ke pucuknya lalu berubah mengulum dan menghisapnya. Rasa wine bercampur dengan aroma tubuh iris membuat Jeff berkali-kali memejamkan mata untuk menikmati.
"Ahh..." desah Iris yang mendapat dua perlakuan sekaligus yang membuat dirinya sampai hilang akal begini. Iris terus diserang atas dan bawah. Ellard juga menggempurnya begitu dalam dan cepat.
"Aku keluar! Oh, Ellard..." jerit Iris yang membuat Jeff memajukan miliknya tepat di depan wajah Iris, kemudian menjejalkannya ke dalam mulut yang baru saja mengeluarkan desahan itu.
Jeff begitu menikmati kuluman, jilatan dan juga hisapan dari mulut Iris. Lidah Iris benar-benar begitu lihai memanjakan miliknya. Hingga Jeff kembali merasakan miliknya berkedut.
Bersamaan dengan itu, Ellard juga mencapai puncaknya. Segera pria Walton itu menarik keluar miliknya dan menyemburkan cairannya keatas permukaan perut rata Iris Ovilette.
Si pria Levon juga mengeluarkan cairannya ke dalam mulut Iris. Dan iris menerimanya dengan suka rela, bahkan menelan cairan Jeff. Sang empu tersenyum lalu beralih memposisikan diri lagi menggantikan Ellard.
Jeff kembali memasuki liang surgawi Iris, namun kini bedanya dia bak seperti orang kesetanan. Suara persenggamaan mereka juga sangat terdengar begitu nyaring ditelinga. Iris Ovilette benar-benar pasrah di bawah kendali dua pria tampan ini.
+++
Mike berusaha menutupi kedua telinganya yang mendadak panas. Pun telinganya juga memerah menahan sesuatu. Dirinya sudah kembali ke kamarnya sendiri karena Daren mengirimkan pesan padanya untuk kembali beristirahat.
Namun karena kamar Mike begitu dekat dengan kamar tamu , membuat dirinya menjadi susah tidur. Ini sudah hampir 2 jam kamar itu saling mengeluarkan desahan dan erangan nikmat. Hingga tanpa sadar milik Mike ikut berkedut.
Mike sangat tahu jika dikamar itu tengah ada pergulatan panas. Threesome antara Ellard Walton, Iris Olivette dan Jeff Levon.
Saat lenguhan panjang dari Olivette terdengar, mike nampak mencengkram spreinya yang berwarna putih bersih. Lalu terdengar pekikan Iris lagi, yang tentu saja pasti tengah dimasuki lagi.
Daren sungguh tidak peduli apa yang terjadi di luar. Kamar Daren memang kedap suara, jadi dirinya bisa tidur lelap tanpa gangguan suara-suara laknat dari para sahabatnya.
Sebelumnya Daren sudah memastikan hal itu pada Mike. Lalu Mike menjelaskan semuanya yang terjadi di luar. Hingga sampai mereka bertiga memasuki kamar tamu. Daren tahu apa yang terjadi selanjutnya tanpa mike menjelaskannya sekalipun.
Di sisi lain, Mike mulai berjalan keluar dari kamarnya. Tangannya mengepal, saat hendak menggedor pintu kamar tamu. Tapi karena mendengar suara iris yang begitu menikmati akhirnya dia menghentikan niatnya.
"Ahh nikmat Jeff... Oh Ellard!" desah Iris dan kemudian memekik saat tiba-tiba Ellard menggigit pucuk dadaa Iris dengan kuat dan gemas.
Mike mulai berbalik dan masuk ke kamarnya. Dia merasa kasihan pada Iris yang dijadikan sebagai bahan pelampiasan nafsu saja. Tapi apa boleh buat, ternyata gadis Ovilette itu begitu menikmati dan terus-terusan mendesah.
"Sepertinya aku sudah gila!" gumam Mike yang saat ini tengah berbaring di ranjangnya. Jemarinya memijat keningnya yang mendadak pusing tujuh keliling. Pening sekali mendengar desahan-desahan laknat yang saling bersahutan itu.