Kumpulan Pria Tampan?

1258 Words
Berbicara soal ketampanan pasti semua orang akan langsung memahami hal itu. Ketampanan bisa dikatakan bonus untuk semua para lelaki. Sebenarnya, ketampanan itu memang bersifat universal. Semua orang mempunyai ciri khas dan ketampanan sesuai porsinya masing-masing. Seperti kumpulan para pria yang saat ini berada di sebuah apartemen mewah milik Daren Cyrill. Kumpulan para pria-pria tampan. Daren sengaja mengundang kedua sahabatnya, yaitu Ellard Walton dan Jeff Levon. Ellard Walton merupakan seorang pengusaha muda dan juga seorang model terkenal. Sedangkan Jeff Levon sendiri adalah seorang pengusaha. Sudah lama mereka tak berkumpul seperti ini, maka dari itu saat malam ini ada waktu, Daren mengundang keduanya. Tak banyak yang dilakukan, mereka hanya berbincang sambil minum bersama. "Bagaimana project mu yang di Kanada?" tanya Jeff pada Daren yang tengah menyandarkan punggungnya. "Berjalan lancar." sahut Daren dengan singkat. “Tapi aku ada projek baru dengan salah satu pengusaha di Berlin.” “Oh ya? Lalu sudah sampai mana progresnya?” “Baru juga dibicarakan. Perencanaannya akan dibahas lagi saat dia datang kemari. Kemungkinan minggu depan dia akan ke New York,” jawab Daren dengan santai. Jeff sontak menganggukkan kepalanya mengerti. Berada di bidang yang sama membuat Jeff sedikitnya mengerti. “Bagaimana dengan yang di Mexico?” tanya Jeff lagi, dan terdengar suara tawa dari Ellard. Daren berdehem dan itu membuat kedua sahabatnya saling bertemu tatap. “Aku hanya memastikan jika kau masih dengan yang di Mexico,” lanjut Jeff. “Masih,” jawab Daren singkat. Bahkan terkesan malas untuk menjawabnya. “Jeff, harusnya jangan kau tanya soal yang di Mexico. Tanyakan soal yang di New York saja,” seru Ellard yang mulai mengompori. Jeff sontak mengajukan tanya kembali, sebab ia mendadak teringat seseorang. “Oh ya, bagaimana dengan wanita itu?" "Siapa?" tanya Daren, sembari menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. “Haruskah aku perjelas namanya?” “Aku tidak tahu siapa yang kau maksud—” "Siapa lagi jika bukan Iris Olivette?" sela Ellard, yang mana tak sengaja memotong ucapan Daren. “Iya kan Jeff? Dia yang kau maksud?” Daren sontak mendengus, begitu mendengar perkataan Ellard barusan. Malas juga untuk menanggapi aslinya. Tapi mau bagaimanapun dia masuk dalam lingkaran itu. Dan sialnya, gadis itu menyukai Daren. "Sial! Kau menyebut namanya membuatku ereksi!" sungut Jeff. Ellard Walton tertawa mendengar ungkapan terang-terangan dari Jeff barusan. Ya, memang mereka semua tidak pernah memfilter ucapan. Apapun yang ada di kepala pasti akan di ungkapan secara langsung tanpa malu. "Bagaimana kalau kita menghubunginya?" tanya Ellard, menatap kedua temannya secara bergantian, seolah meminta persetujuan. "Boleh juga, kita bisa bermain dengannya. Seperti biasa yang sering kita lakukan." jawab Jeff begitu bersemangat. "Ah, kau ingin foursome begitu?" tanya Ellard memperjelas, lalu tersenyum smirk ke arah Jeff. Memang gila pemikirannya saat ini. "Jika kalian ingin memanggilnya, silahkan. Tapi aku tidak akan ikut apapun yang akan kalian berdua lakukan.” Daren berucap dengan datar. Walau ia bisa dikatakan penggila seks, tapi rasanya ia tak bisa bermain seperti itu. Foursome? Yang benar saja! Perkataan Daren barusan tentu saja membuat kedua sahabatnya terbahak. Sok jual mahal sekali pikir Ellard dan Jeff. Padahal, dia juga pernah merasakan tubuh seorang Iris Ovilette. "Baiklah, aku akan meneleponnya sekarang. Aku yakin sih, Iris pasti akan datang kemari." ujar Jeff, begitu yakin. Jeff Levon dengan cepat merogoh ponselnya yang berada di kantung celananya. Jemarinya dengan lihai mencari nama Iris di kontak ponselnya. Saat sudah menemukannya, Jeff langsung menulis pesan dan mengirimnya. Tak butuh waktu lama, Iris langsung membalasnya. Dan apa jawabannya? Tentu saja, wanita itu mengiyakan ajakan Jeff. Senyum Jeff sontak mengembang saat Iris benar-benar akan datang. Pikirannya sudah melayang-layang membayangkan apa yang akan terjadi nanti. "Hai kau, kemari!" panggil Jeff ke salah satu pelayan yang disewa oleh Daren malam ini. "Ya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan wanita yang lengkap memakai pakaian hitam putih. "Tolong siapkan kamar tamunya, dan jangan lupa siapkan wine juga!" perintah Jeff. "Baik Tuan, akan saya persiapkan sekarang juga. Kalau begitu, saya permisi." Ellard sontak geleng-geleng karena tingkah Jeff yang sudah kelewatan. Bisa-bisanya menyiapkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Tapi Ellard juga menunggu hal itu. Tapi bedanya, Ellard tak pemaksa seperti Jeff Levon. +++ Suasana di apartemen milik Daren mendadak berubah menjadi tegang saat kedatangan seorang wanita yang bernama Iris Ovilette. Wanita cantik keturunan belanda itu benar-benar terlihat begitu anggun malam ini. Wajahnya berseri, namun sayang, saat ini tengah ditatap lapar oleh dua orang pria di depannya. Ellard bersiul saat Iris berjalan ke arah Daren dan duduk di sampingnya. Namun, Daren justru terlihat begitu acuh dengan kehadiran Iris, entah apa alasannya. “Kenapa kau tidak bilang jika sudah kembali dari Berlin? Padahal, aku menunggu pesan darimu sejak dua hari yang lalu. Memangnya, kau sesibuk itu kah setelah sampai di New York?” “Memangnya ada seorang CEO yang tidak sibuk? Hanya di drama-drama saja seorang CEO kelihatan seperti seorang pengangguran.” jawab Daren, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Iris. Iris sontak mengerucutkan bibir. “Tapi kan setidaknya kau bisa balas pesanku sekali saja, Daren. Apa susahnya, hm? Tidak ada semenit juga pastinya.” “Astaga Iris, Daren kelihatan risih kau tau tidak? Lihat itu!” seru Jeff. Iris memutar bola matanya malas saat bertemu tatap dengan Jeff. Ia kemudian sedikit mencondongkan wajahnya untuk melihat bagaimana raut wajah Daren saat ini. Ia hanya ingin memastikan bahwa ucapan Jeff barusan tidak benar. Iris mencoba untuk meraih lengan Daren, namun pria itu justru bangkit dari tempat duduknya. Hal itu tentu saja membuat Iris langsung ikutan bangkit juga dari tempat duduknya. “Kenapa Daren? Kau mau kemana?” “Kepalaku pusing tiba-tiba. Kau bisa lanjut mengobrol dengan Jeff dan Ellard. Aku ingin istirahat,” jawab Daren. Tanpa banyak kata lagi, Daren langsung melangkah pergi menuju kamarnya. Sikap Daren yang seperti ini benar-benar kelihatan sekali jika sengaja ingin menghindari Iris. Namun sayangnya, wanita itu sama sekali tidak peka dengan keadaan. "Kemari sayang, duduk lagi saja. Tidak perlu memikirkan Daren. Biarkan saja dia beristirahat." ujar Jeff. Iris menoleh dengan tatapan tajam, sedangkan Jeff terus menepuk-nepuk pahanya bermaksud agar Iris duduk di pangkuannya. Ellard kemudian tertawa melihat Jeff yang tidak dianggap oleh Iris. Wanita itu masih menatap pintu kamar Daren yang sudah tertutup rapat. Saat dirinya ingin masuk, lengannya langsung dicegah oleh Mike. "Lepaskan tanganmu!" tegur Iris pada Mike. "Aku bilang lepaskan sialan! Kau pikir kau siapa berani menyentuhku?!" Mike dengan sigap menurunkan tangannya. Tapi lagi-lagi Iris berusaha untuk masuk ke kamar Daren, hingga Mike memilih untuk merentangkan kedua tangannya di depan pintu kamar sang tuan. Dan hal itu tentu saja membuat Iris kembali meradang. "Menyingkir, Mike! Jangan halangi aku. Aku ingin masuk ke dalam kamar Daren," Mike tak bergeming. Dirinya tetap ditempatnya tak memperdulikan ucapan Iris. Ellard dan Jeff juga tengah menyaksikannya. "Apa kau tuli, Mike?!" teriak iris. "Maaf Nona Iris, ini sudah menjadi tugas saya. Tuan muda Daren sedang kelelahan, dan beliau sedang beristirahat sekarang." terang Mike. Iris merasa kalah telak. Dia berangsur mundur lalu dirinya menoleh saat Ellard bersiul tiga kali. Sedangkan Jeff tengah memainkan lidahnya di dalam pipi kanannya. "Kemarilah, kau sudah jauh-jauh kemari. Sebelum pulang minum dulu bersama kita." ujar Ellard. Dengan rasa kesal yang teramat sangat, wanita itu lantas memutuskan untuk duduk di samping Ellard. Pikirannya mendadak kacau, jadi tidak masalah jika dia minum segelas atau dua gelas wine bukan? Jeff tersenyum penuh arti saat iris terus meneguk wine hingga mabuk. Ellard pun tertawa saat mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Jeff saat ini. "Mau bersenang-senang, sayang?" tanya Jeff. Iris menatap Jeff dengan pandangan sayu, dirinya juga sudah mabuk. Dirinya pasrah saja saat Jeff menarik lengannya. Tak hanya itu, Iris turut menarik lengan Ellard. "Baiklah, mari bersenang-senang!" teriak Ellard dan Jeff menyeringai puas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD