Mantan?

1874 Words
Bagi semua orang pasti sudah tau apa itu makhluk yang bernama mantan. Pernah dengar juga bukan dengan sebutan 'Mantan Terindah' ? Jika memang indah, tidak mungkin akan jadi mantan kan? Setidaknya itu menurut pemikiran seorang Hazel Oswald. Memikirkan mantan memang tidak baik untuk kesehatan mental. Apalagi mantanmu tipikal yang posesif, dan juga toxic. Benar-benar membuang-buang waktu dan tenaga. Tak banyak yang bisa melupakan sosok mantan dalam sekejap. Dengan alasan, karena sudah lama menjalin hubungan. Lama menjalin hubungan yang tidak sehat? Are you crazy? Harusnya jika seperti itu langsung saja dihempaskan! Bahkan tak jarang dari mereka menjadi bulan-bulanan mantannya. Maksudnya? Begini, kamu menjalani hubungan yang tidak sehat lalu kekasihmu memutuskan secara sepihak. Lalu tiba-tiba dia ingin memulai lagi hubungan bersama dirimu. Dan bodohnya kamu menerima kembali, dengan alasan masih sayang. Oke baik, tapi akhirnya terulang lagi. Seharusnya dari awal bisa sadar, jika kenyataannya kamu hanya dijadikan tempat cadangan bagi mantanmu. Jika dia tidak ada mangsa lain, pasti larinya ke kamu. Karena dia tau kalau kamu pasti akan menerimanya. Karena apa? Karena kamu masih sayang dan mengedepankan kalimat 'Sayang soalnya sudah lama menjalin hubungan, dan sudah mengenal orang tuanya'. Bodoh! Berbicara mengenai mantan, siang ini Hazel secara kebetulan bertemu dengan mantan kekasihnya sewaktu masa kuliah dulu. Seseorang yang sangat dihindari olehnya beberapa tahun ini. Emily yang berada di samping Hazel hanya diam tak berkutik saat melihat kedua orang yang pernah berhubungan itu saling bertatapan. Suara deheman sang pria membuat Hazel mengeluarkan suaranya. "Kebetulan sekali, aku bertemu dengan model senior yang terkenal ini." Sang pria tertawa kecil mendengar sapaan wanita yang pernah menjalin asmara dengannya 5 tahun yang lalu. Di saat awal masa debutnya menjadi seorang model. "Ada yang lucu?" tanya Hazel. "Jika aku model senior yang terkenal, maka kau model baru yang sangat angkuh," jawab sang pria. "Terimakasih atas pujianmu!" sahut Hazel sembari menampilkan senyuman. Emily mulai merasakan atmosfer di sekitarnya mulai panas. Dirinya mulai menarik lengan Hazel untuk mencari tempat duduk yang lain. Mereka sedang berada di sebuah restoran siang ini. "Sepertinya siang ini adalah hari keberuntunganku bisa bertemu denganmu, Hazel." "Oh ya?" sahut Hazel. Sang pria mengedipkan sebelah matanya, lalu dengan gesit memundurkan kursi dan mempersilahkan sang puan untuk duduk di sana. "Silahkan duduk," Hazel tak menjawab, tapi ia tetap mendaratkan pantatnya di kursi tersebut. Sedangkan Emily pun ikut duduk di sampingnya. Emily berdoa supaya tidak ada kejadian yang memalukan nantinya. Ini tempat umum, jadi apapun yang terjadi pasti akan menarik untuk diberitakan. Sang pria mulai memanggil pelayan dan memesan makanan. Bahkan Emily melongo saat mendengar makanan yang dipesan adalah makanan kesukaan Hazel semua. Dia menyenggol lengan Hazel dan sang empu mengabaikannya. Hazel mengutuk pria di hadapannya ini dalam hati. Ingin sekali berteriak memaki, tapi dirinya ingat jika ini di tempat umum. Dia harus menjaga nama baiknya. Senyuman pria itu juga sungguh membuatnya muak. "Ellard..." panggil Hazel. +++ Sejak tadi pagi Mike mendapatkan perintah dari Daren untuk menjaga dan mengantarkan Iris Ovilette ke rumahnya. Pasalnya gadis itu tadi pagi belum bangun. Masih tertidur begitu lelap. Sedangkan dua pemangsa tubuhnya sudah terbangun pukul 7 pagi dan langsung kembali ke apartemennya masing-masing. Daren tak habis pikir dengan kelakuan kedua sahabat itu. Setelah merasakan enak ditinggal begitu saja. Jadi mau tidak mau dirinya harus bertanggung jawab untuk memastikan keadaan Iris. Untungnya ada Mike yang bisa dia andalkan. Mike saat ini tengah mengemudi dengan kecepatan sedang. Di sampingnya ada Iris yang nampak diam termenung. Saat terbangun tadi pun, Iris tak banyak bertanya. Sepertinya dia sadar dengan apa yang sudah dilakukannya semalam. Mike melirik saat Iris mendadak mendesis seperti tengah menahan sakit. Mungkinkah inti tubuhnya masih terasa perih? Dengan segala keberanian Mike pun bertanya. "Nona, apa kau baik-baik saja?" Suara yang terlontar dari bibir Mike mampu membuat kepala Iris menoleh. Walaupun hanya sepersekian detik saja. Mike menjadi gugup dengan mata tajam yang ditunjukkan Iris padanya. "Nona, apa kau ingin makan terlebih dahulu?" tanya Mike lagi. Namun Iris tidak menjawab. Mike menunggu kurang lebih 5 menit tapi tetap saja Iris tidak bersuara. "Non—" Ucapan Mike terpotong karena Iris menyelanya. "Diamlah. Antar saja aku sampai rumah. Tak usah banyak tanya," sela Iris. Mike hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Lalu detik berikutnya suasana dalam mobil menjadi hening. Iris juga nampak memejamkan matanya. Sedangkan tangan kanannya memegang perutnya. Mike tau jika Iris tengah menahan lapar, hanya saja gadis itu merasa gengsi. Atau mungkin malu jika keluar makan di restoran bersama pria sepertinya? Tanpa meminta persetujuan dari gadis disebelahnya, Mike langsung membelokkan mobilnya menuju Drive Thru Fast food. Mike memesan paket komplit yang isinya, burger, kentang goreng, ayam dan minuman soda. Setelah mendapatkan pesanannya, Mike langsung menginjak pedal gas dan berlalu pergi. Kembali ke tujuan awal yaitu mengantar Iris ke rumahnya. Mike berniat untuk bersuara tapi kembali dia urungkan karena suara dengkuran halus dari Iris terdengar di rungunya. Si gadis Ovilette ternyata tertidur. Sepanjang perjalanan, sesekali Mike menoleh untuk memperhatikan Iris yang tengah terlelap. Gadis itu bergerak menggeliat. Karena sibuk memperhatikan wajah cantik Iris membuat Mike tidak tau jika ada polisi tidur didepannya. Hingga membuat kepala Iris sedikit terbentur. "M-maaf .. Maafkan saya Nona." kata Mike yang merasa bersalah. Iris diam tak menyahut, lalu Mike menyodorkan makanan yang tadi dia sempat beli padanya. Iris menerimanya dan memakannya. Mike sengaja tak menoleh ke arah Iris Ovilette. Karena dia tidak mau jika Iris merasa terganggu karena diawasi ketika tengah makan. Sepuluh menit kemudian mereka sudah sampai ke tujuan. Mike membuka seat beltnya dan segera turun terlebih dahulu. Dirinya membukakan pintu untuk Iris. Mike membungkukkan badannya saat Iris sudah turun dan berjalan melewatinya. Sebelum benar-benar menjauh dari Mike, gadis itu berhenti sebentar dan mengucapkan terimakasih. "Terimakasih untuk makanannya," "Ya, Nona." sahut Mike sembari membungkukkan sedikit badannya. Iris pun berbalik untuk memasuki rumahnya, namun suara Mike kembali menghentikan langkahnya. "Nona.." panggil Mike dan Iris menoleh. "Tolong, jaga kesehatan Anda. Saya permisi." ujar Mike sekaligus pamit untuk kembali. Iris diam tak berkutik. Ada hal aneh yang membuatnya bertanya-tanya. Tapi lagi-lagi Iris tak ingin memikirkannya. Dia lebih memilih mengabaikannya. +++ Ellard Walton merasa kali ini Tuhan mengabulkan doanya. Pasalnya dia memang sedang berusaha untuk bisa bertemu dengan Hazel Oswald model yang namanya tengah melejit. Bukan tanpa alasan dia ingin bertemu dengannya. Karena Hazel itu merupakan mantan terindahnya. Benarkah? Dia begitu senang karena wanita itu juga menurut untuk duduk makan siang bersamanya. "Ellard.." panggil Hazel. Sang pemilik nama menoleh dengan menampilkan senyuman hangat pada gadis cantik mantan terindahnya. "Yes baby.." sahut Ellard yang kemudian membuat Emily tersedak minumannya sendiri. Sontak dua orang ini langsung menolehkan kepalanya kearah Emily yang menyengir kuda. "Aku tidak apa-apa, lanjutkan saja." ujarnya cepat. Emily Faith tidak bohong, dia benar-benar terkejut karena sahutan Ellard. Model tampan yang digandrungi banyak wanita memanggil Hazel baby? Yang benar saja. Emily berpikir jika keduanya pasti sudah saling mengenal. Tapi dia juga bertanya-tanya kenapa Hazel tak pernah menceritakan itu padanya? "Kenapa cantik? Kau pasti ingin bertanya kenapa aku masih ingat makanan favoritmu?" tanya Ellard. "Sepertinya kau tidak bisa melupakan aku ya??" sahut Hazel dengan pertanyaan. Emily melotot kearah Hazel yang sedang saling tatap dengan Ellard. Benar kan dugaannya. Jika mereka berdua sudah saling mengenal. Dan pasti mereka pernah memiliki sebuah hubungan. Si pria Walton tertawa kecil sambil bertepuk tangan. Sedangkan Hazel menyunggingkan senyum yang entah mengapa seperti menantang. "Jika aku mengatakan ya apa kau mau bermalam denganku?" tanya Ellard sembari mengedipkan sebelah matanya. Emily lagi-lagi terbatuk. Tapi dua manusia yang sedang bernostalgia ini tak menghiraukannya. "Sayangnya aku tidak mau," Ellard mengulum senyumnya dengan jawaban Hazel. Dia ingin menanyakan banyak hal padanya, tapi sepertinya waktu dan tempatnya tidak tepat. Makanan yang dipesan pun telah tiba. Mereka bertiga makan dengan diam. Hanya dentingan garpu dan sendok yang saling bersahutan. Emily sesekali melirik kearah dua manusia yang berada di kanan kirinya. Dapat dirinya lihat jika Ellard sering mencuri pandang kearah Hazel. Sedangkan Hazel sendiri sibuk menghabiskan makanannya. Emily tak mau ambil pusing. Yang penting dirinya bisa makan siang dengan tenang, meskipun terasa tegang. Tapi tidak apa-apa, karena ini makan siang gratis yang tak terduga. Artinya adalah sebuah rejeki nomplok. "Setelah ini kau ada waktu kosong?" tanya Ellard tiba-tiba. Hazel belum menjawab. Tangannya meraih gelas yang berisi orange juice dan meminumnya. Ellard menyaksikan semuanya dengan seksama. Bahkan sampai Hazel mengusap bibirnya dengan tissu. Seperti biasa, bibir Emily terasa gatal ingin menyahuti pertanyaan Ellard. Dia juga bosan dengan tingkah Hazel yang sok jual mahal. Ingin mengumpat tapi harus ditahan. "Dia tidak ad—" "Aku ada pemotretan setelah ini. Aku sibuk," sahut Hazel menyela ucapan Emily. "Benarkah? Tapi sepertinya, dia ingin mengatakan hal lain." Hazel menoleh ke arah Emily yang sedang menggigit bibir. "Maksudku itu, dia tidak memiliki waktu luang begitu." jelas Emily berupaya menyakinkan. "Wah, kerjasama yang bagus!" Oh sial! Emily merasa sia-sia saja mengatakannya. Ternyata Ellard tidak bisa dibohongi. Sangat bisa membaca ekspresi seseorang yang tengah jujur atau berbohong. Tanpa mereka sadari, di belakang lumayan jauh ada seseorang yang tengah memperhatikan. Daren Cyrill baru saja sampai di restoran yang satu jam yang lalu diberitahukan oleh sahabatnya, Ellard Walton. Sebenarnya Ellard janjian makan siang bersama Daren, tapi ketika Daren mengatakan akan terlambat, hampir saja Ellard membatalkannya. Tapi belum sempat mengirim pesan dirinya sudah bertemu dengan Hazel. Daren memperhatikan Ellard yang tengah berbincang-bincang dengan dua orang wanita. Dia tak bisa mengetahui siapa dua wanita itu karena posisinya dia berada di belakang para wanita itu. Saat Daren hampir mencapai meja Ellard berada, dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Kemudian Daren berbalik dan mengangkat telponnya lebih dulu. Dan ternyata panggilan tersebut adalah panggilan telepon dari Mike. "Halo Mike, bagaimana?" 'Halo Tuan, maaf mengganggu. Saya hanya ingin melaporkan jika saya sudah mengantar Nona Iris pulang ke rumahnya.' "Dia baik-baik saja kan?" tanya Daren. 'Ya Tuan. Nona Iris sudah lebih baik tadi.' "Ok baik Mike, terimakasih. Oh ya tolong siapkan dokumen untuk penandatanganan kontrak dengan Andrew. Dia sudah setuju. Kau urus saja dengan sekretaris ku. Aku ada urusan." 'Baik Tuan!" sahut Mike dan Daren mematikan teleponnya. Daren merasa lega karena Iris kembali dengan keadaan yang lebih baik. Bagaimana pun dia juga sayang pada gadis itu. Sahabat wanita satu-satunya. Tapi karena Iris terlalu menggunakan perasaan dan hatinya, maka Daren memilih menghindarinya. Si pria Cyrill berbalik dan melihat dua wanita yang tadi duduk bersama Ellard sudah berjalan pergi. Daren terus memperhatikan salah satu punggung wanita tersebut. Seperti familiar, tapi entah siapa. "Maaf, aku ada meeting tadi." sapa Daren saat sudah duduk di hadapan Ellard saat ini. "Sialan, kau telat satu jam!" umpat Ellard. "Hanya sekali ini. Lagi pula tadi kau ditemani dua wanita bukan?" "Hahahah benar juga!" Daren hanya geleng-geleng, lalu dirinya mulai berbicara mengenai Iris. "Iris baru saja sampai rumah." ujar Daren. "Baguslah." sahut Ellard singkat. "Bisakah kalian berdua berhenti melakukan itu padanya?" "Melakukan apa?" "Kau tau maksudku, Ellard." "Tunggu, dia yang menarikku lebih dulu. Jadi tak ada alasan untuk menolak, karena dia yang mengajakku lebih dulu. Coba kau tanya Jeff jika tak percaya," "Alasanmu selalu begitu,” Ellard tertawa. "Kenapa? Kau memikirkannya sekarang?" tanya Ellard. "Tidak, bukan begitu. Aku hanya tidak ingin kalian berdua hanya memanfaatkannya untuk melampiaskan nafsu." "Hei! Kau bahkan sama sepertiku dan Jeff." "Ya. Tapi aku sudah tidak pernah menjadikan Iris sebagai pelampiasan!" tegas Daren. "Begitukah? Baiklah. Aku tidak akan menganggu Iris. Tapi jika Iris yang lebih dulu meminta aku tidak akan menolak." jawab Ellard sembari tersenyum. Daren memang gila, teman-temannya juga gila. Baiklah. Para perkumpulan pria tampan yang gila. Tinggal menunggu kedatangan Jeff Levon maka komplit sudah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD