Daren melajukan mobil sport miliknya yang berwarna hitam jelaga dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia harus segera sampai ke tempat tujuan. Lokasi yang ia tuju cukup memakan waktu, yaitu 45 menit dari apartment miliknya.
Tujuan Daren adalah, menuju ke salah satu apartment yang tak kalah elit dan mewah dari gedung apartment miliknya. Siapa lagi jika bukan apartment sang model cantik bermata indah, Hazel Oswald.
Daren memakai kemeja berwarna kuning dan dipadu-padankan dengan celana jeans ketat berwarna dark blue. Dengan di kedua lututnya sobek-sobek. Daren nampak sangat tampan, seperti pria remaja yang tengah menemui kekasihnya.
Saat sampai di depan unit apartment milik Hazel, pria itu menekan tombol beberapa kali dan sang pemilik membukanya. Betapa terkejutnya Daren saat mengetahui Hazel hanya mengenakan lingerie berwarna putih tipis dengan belahan dadaa yang sangat rendah.
Sial! Daren sontak meneguk ludahnya dengan kasar.
"Kau datang lebih cepat dari yang aku kira," sapa Hazel lalu mempersilahkan Daren untuk duduk di dalam.
"Apa kau sengaja menggodaku?"
"Yang seperti apa?" tanya Hazel berpura-pura tidak mengerti.
Karena gemas, Daren langsung menarik Hazel hingga wanita itu duduk di atas pangkuannya.
"Jika sekarang aku menerkammu, percayalah sampai pagi pun kau tidak akan bisa lepas dariku!" bisik Daren tepat di telinga Hazel lalu meniupnya, memberikan sensasi geli pada sang empu.
"Katakan padaku, kenapa tiba-tiba datang sekarang?" tanya Hazel mengalihkan pembicaraan.
Hazel dapat merasakan pelukan di perutnya semakin erat. Pun kepala pria itu terus mendusal-dusal di area lehernya.
"Maaf, karena mendadak aku harus membatalkan dinner kita nanti malam."
Hazel mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa? Kau ada urusan?"
"Ya, ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan." jawab Daren. Hanya sebatas itu yang dapat ia sampaikan pada Hazel.
"Apa aku boleh tau? Masalah apa?"
"Tidak, aku tidak bisa menceritakannya padamu.”
"Baiklah kalau begitu. Aku harap, masalahmu bisa segera terselesaikan.” balas Hazel sembari mengelus sisi wajah Daren yang tampan.
"Terimakasih." sahut Daren lalu memberi kecupan di pundak puan itu.
Daren mendadak tak bisa menahan dirinya lagi saat ini. Entah mengapa, setiap kali bersentuhan dengan wanita ini, mendadak membuat gairahnya langsung naik dan membara. Ingin segera menerkam dan menikmati wanita ini.
Tangan Daren dengan cepat menurunkan tali lingerie milik Hazel. Bibirnya terus mengecupi pundaknya lalu ke tengkuknya, membuat Hazel merasakan geli dan merinding.
Hazel merubah posisi duduknya ke arah menyamping. Daren sontak dengan cepat mencium bibir puan itu dengan penuh nafsu, Hazel pun juga tak kalah bernafsunya membalas ciuman Daren.
Setelah puas, bibir Daren turun menyusuri leher Hazel terus turun hingga payud4ranya yang sudah terpampang di hadapannya. Sudah tegang menantang, meminta untuk segera dikulum dan dihisap.
Bibir seksi Daren meraup dadaa Hazel dengan begitu liar. Mengulum, menghisap dan menjilatnya tanpa ampun. Bahkan memberikan tanda kemerahan yang lumayan banyak. Hazel hanya mampu mendesah sembari meremas-remas rambut Daren yang lebat.
"Ahh, Daren..."
Daren semakin brutal, pun tangannya dengan lihai menarik celana dalam gadis itu hingga menggantung di mata kaki puan itu. Jemarinya mengusap-usap bibir bawah Hazel dengan begitu sensual.
Hazel semakin mendesah saat dua jari Daren mendadak masuk dan terus bergerak cepat. Hingga ia mencapai orgasm3 dengan cepat.
Jemari Hazel membantu Daren membuka kancing dan menurunkan resleting celananya. Milik Daren benar-benar sudah tegak perkasa. Hazel pun sontak mengusapnya, lalu mulai memposisikan diri dan memasukkan milik Daren ke dalam miliknya.
"Nakal sekali! Kau tidak sabaran ternyata," seru Daren sembari menepuk p****t Hazel yang sudah mulai menggerakkan badannya naik turun.
Daren duduk tenang bersantai menikmati kenikmatan yang diberikan oleh Hazel. Dia membiarkan Hazel mengeksplorasi dirinya. Membiarkan Hazel mencapai kepuasannya. Karena wanita juga punya hasrat dan fantasinya sendiri. Dan Daren sedang memberikan waktu untuk Hazel memperlakukan dirinya semaunya.
"Eungh, Daren..."
Hazel terus melenguh dan mendesah dengan tubuh yang terus naik turun guna mencapai puncaknya. Lalu setelah dirinya mencapai orgasm3, Hazel dengan cepat memeluk leher Daren begitu erat.
Daren menyeringai.
"Sekarang giliranku, sayang!" bisiknya lalu mengecup pundak polos Hazel.
Daren memeluk pinggang Hazel dengan erat. Miliknya terus menumbuk, menghujam dan menghentak begitu dalam. Hazel juga sampai menjerit-jerit karena dalam posisi ini, milik Daren masuk sepenuhnya sampai dalam sekali. Apalagi Daren menghentaknya jauh dari kata lembut dan pelan. This is hard!
+++
Daren buru-buru kembali ke apartment-nya saat Mike mengirim pesan bahwa Ellard dan Jeff sudah datang. Tapi bukan itu yang menjadi pokok permasalahan. Ellard nekat masuk ke kamar menemui Iris meskipun sudah dicegah oleh Mike dan juga pelayan yang menjaga Iris.
Ellard mengunci kamar dari dalam. Entah apa yang dilakukan Ellard di dalam sana. Lalu perkataan apa yang dilontarkan oleh Ellard. Karena setelah itu, Iris menjerit dan mengamuk. Berakhir menangis histeris.
Ketika Mike berhasil masuk, dia sudah melihat Iris duduk di lantai sambil memeluk kedua lututnya sendiri. Gadis itu menunduk dan masih terisak. Sedangkan Ellard berjongkok di depannya.
Dengan sigap Mike mengangkat tubuh Iris dan membawanya ke atas ranjang kembali. Kemudian dia menyuntikkan obat penenang dan berakhir Iris tertidur.
Mike menarik lengan Ellard untuk keluar dari kamar, namun Ellard menepis tangan Mike dengan kasar. Sedangkan Jeff malah bersantai ria sembari menikmati makanan dan juga minuman yang ia bawa.
"Sialan, apa yang kau lakukan!" teriak Daren yang baru saja sampai.
Dia mencengkram kerah kemeja yang Ellard pakai. Tatapannya tajam pun emosinya juga sudah memuncak. Sedangkan tatapan Ellard juga tak kalah tajamnya.
BUGHH !!
BUGHH !!
Dua kali pukulan melayang ke pipi kanan dan kiri Ellard. Daren geram sekali karena pria itu tak kunjung menjawab. Saat akan memberikan pukulan yang ketiga, tangan Daren sudah dicegah oleh Jeff.
Jeff langsung berdiri untuk mencegah perkelahian yang lebih parah. Ini hanya soal kesalahpahaman saja. Jeff sangat tau sifat dan pikiran apa yang ada dibenak masing-masing kedua sahabatnya.
Di antara mereka, Jeff lah yang amat sangat peka. Tapi sikapnya terlalu santai dan tidak mudah emosi. Jadi dia lah yang selalu menjadi penenang.
"Sudah, hentikan! Kita bicarakan baik-baik." ujar Jeff lalu tangannya ditepis oleh Daren.
Daren beranjak duduk. Jeff kemudian membantu Ellard untuk bangun. Sudut bibir Ellard mengeluarkan sedikit darah. Memang pukulan Daren tak pernah main-main. Bogeman yang sangat amat keras.
"Daren, kau jangan salah paham. Ellard hanya khawatir pada Iris. Itu sebabnya dia masuk ke dalam," Jeff mencoba menjelaskan.
"Mike sudah melarangnya bukan? Kenapa harus nekat masuk ke dalam menemui Iris?"
"Kenapa aku harus mengikuti perintah Mike?" sahut Ellard. "Aku tak sudi mengikuti perintah seorang bawahan!" sambungnya lagi lalu menatap nyalang ke arah Mike.
"Tapi aku yang menyuruhnya!” sahut Daren tak kalah sengit.
"Persetan!"
"Kau—" Daren kembali emosi dan hampir saja menghampiri Ellard dan memukulnya kembali. Tapi Jeff berteriak.
"Sialan! Bisakah kalian berdua berhenti, hah?! Kau pikir dengan memukul Ellard masalah bisa selesai?! Sekarang pikirkan bagaimana supaya Iris itu tenang dan bisa mengatakan pada kita siapa yang telah melakukan hal itu padanya." Jeff berbicara panjang lebar.
"Aku tau siapa pelakunya..." ujar Daren
"Siapa?" tanya Jeff
Daren menatap Ellard dengan tajam, sedangkan Ellard tau jika dirinya ditatap seperti itu akhirnya bersuara.
"Kau menuduhku?” tanya Ellard.
"Kau merasa begitu?" tanya balik Daren.
"Jaga bicaramu! Jangan asal menuduhku, bajing4n!' Ellard berteriak.
"Tapi kau yang menghubunginya terakhir kali semalam! Sialan!!!" bentak Daren tak kalah hebatnya.
Jeff terkejut dengan apa yang dikatakan Daren, pun Mike juga sontak menoleh menatap Ellard. Hingga tak sadar tangannya mengepal.
"Dan karena itu kau menuduhku yang melakukan itu? Kau gila!”
"Ellard benar, tidak mungkin dia melakukan hal itu pada Iris, Daren." Jeff mencoba bersuara.
"Kau membela bajing4n itu?!" tanya Daren sembari menatap tajam Jeff.
"Aku tidak membela siapapun. Tapi Daren, kau tau kan Ellard tak mungkin melakukan itu. Dia tak pernah menyukai seks yang seperti itu. Ini pasti ulah seseorang psikopat masokis yang gila." Ujar Jeff.
"Tiap orang bahkan bisa berubah Jeff. Atau mungkin memang dari dulu dia penggila hal seperti itu, tapi dia menyembunyikannya?" sahut Daren.
"Kau benar-benar tidak waras! Aku tidak seperti itu sialan!" bentak Ellard.
"Kau Gila! Masokis gila!!" sahut Daren.
"Kita tunggu Iris bangun, dan tanyakan apakah aku pelakunya?" balas Ellard.
Daren tersenyum meremehkan. Sedangkan Ellard mulai geram.
"Kau pasti sudah mengancamnya tadi kan?" tanya Daren.
"Sialan kau Daren!!" teriak Ellard.
Lalu detik berikutnya Ellard dan Daren saling baku hantam. Berkelahi tiada henti, Jeff dan Mike mencoba melerai tapi mereka malah kena pukul dan tepis kasar.
Tidak ada cara lain selain.
DOR!
Satu tembakan melesat mengenai sebuah gelas dan pecah. Jeff yang menembaknya. Keduanya langsung berhenti dengan nafas yang ngos-ngosan. Jangan ditanya seperti apa rupa kedua orang itu. Jauh dari kata baik.
Jeff mencoba mendamaikan keduanya, tapi Daren tetap saja tidak mempercayai ucapan Ellard sama sekali. Sebelum dia mengetahui siapa pelaku sebenarnya, jangan harap dia akan berbaikan dengan Ellard.
"Kita pasti akan menemukan pelakunya." ujar Jeff.
"Dan aku pastikan dia akan mati di tanganku." sahut Daren dengan matanya yang menatap penuh permusuhan pada Ellard.
Ellard memainkan lidahnya di pipi kanan, dia muak dengan segala tuduhan yang Daren layangkan padanya. Akhirnya dia lebih memilih mengalah meskipun sebenarnya tangannya gatal ingin memukul mulut Daren yang kurang ajar.
Jeff menghela nafas panjang, semalaman mereka akan bersitegang seperti ini. Entah jika tak ada dirinya mungkin Daren dan Ellard akan kembali berkelahi dan akan berhenti sampai salah satunya mati.