Setelah banyaknya hal yang terjadi, akhirnya Daren dapat merealisasikan keinginannya yang sempat tertunda. Dia sudah menyiapkan segala hal termasuk sebuah dress untuk Hazel.
Siang ini, Daren menyempatkan diri untuk menemui Hazel di lokasi pemotretan gadis itu. Ketika dirinya datang, semua pasang mata menatapnya keheranan. Apalagi Daren secara terang-terangan mengatakan ingin menemui Hazel.
Hingga akhirnya Daren masuk ke ruangan khusus Hazel. Emily yang sadar diri melihat Daren tak kunjung berbicara akhirnya keluar dari ruangan itu dan membiarkan Daren di dalam berdua bersama Hazel.
"Kenapa tidak bilang dulu jika mau kemari?" tanya Hazel.
"Jadi kau tidak suka aku datang?"
"Bukan begitu, tapi—"
"Tapi apa?" sela Daren secepat kilat.
"Semua orang terkejut melihatmu datang kemari,"
"Aku tidak peduli, apa masalahnya Hazel?”
"Seorang CEO tampan tiba-tiba mendatangi model cantik Hazel Oswald, atau mungkin CEO muda berkencan dengan Hazel Oswald?"
Daren tertawa lalu mendekat kearah Hazel. Berdiri menjulang didepannya. Kepalanya menunduk lalu mengusap kepala gadis itu yang tengah mendongak menatapnya.
"Mungkin akan muncul berita itu besok pagi!" seru Hazel.
"Bukankah itu bagus? Hm?" sahut Daren lalu mengecup singkat bibir Hazel.
"Kenapa kau kemari? Kau ingin melakukannya di sini?" goda Hazel. Puan itu terlihat sengaja bertanya demikian.
"Hazel, kenapa kau berfikir jika aku menemuimu hanya untuk bercinta saja?"
"Ha? Jadi?"
"Pakai ini nanti malam. Jam 8 malam tepat, aku akan menjemputmu," ujar Daren sembari meletakkan paper bag berisi dress yang telah dirinya persiapkan.
"Kau mau mengajakku ke mana memangnya?"
"Dinner baby. Maaf, saat itu sempat tertunda."
"Oh, baiklah." sahut Hazel tersenyum.
"Baiklah, kalau begitu. Aku harus kembali ke kantor, ada meeting satu jam lagi."
"Kau tidak ingin main satu ronde?" goda Hazel sembari jemari lentiknya mengusap sensual paha kekar milik Daren.
Daren yang terkejut dengan pertanyaan Hazel membuat matanya melebar sempurna. Pun ketika jemari Hazel memberikan usapan pada pahanya, terasa seperti sebuah aliran listrik yang menyengat hingga ke otaknya.
"Kau begitu rindu aku gagahi memangnya?"
Hazel tak menjawab, gadis itu berdiri lalu berjinjit guna mengecup bibir seksi Daren Cyrill. Niatnya hanya mengecup, tapi Daren dengan cepat menahan tengkuk Hazel. Mereka berciuman agak liar, sampai-sampai bibir Daren terdapat lipstik Hazel yang menempel.
Hazel tertawa lalu mengambil tissu basah untuk membersihkannya. Hampir saja Daren ingin mencium bibir gadis itu lagi.
Cup!
Akhirnya hanya sebuah kecupan di akhir yang di dapat oleh Daren, jika berciuman lagi maka akan berbekas lipstik lagi. Setelah itu Daren pamit untuk kembali ke kantor.
Emily masuk dengan langkah kaki yang sengaja dibuat-buat agar terdengar tiap kali dirinya berjalan. Sebentar lagi pasti akan mengomel pikir si gadis Oswald.
"Sialan, mataku kembali ternodai!"
Hazel menoleh mengernyit bingung. Dia tidak paham apa yang dimaksud oleh Emily yang sebenarnya.
"Aku melihat kalian berciuman!"
"Oh..." sahut Hazel santai.
"Oh? Hanya oh responmu? Sialan sekali!"
"Lalu aku harus merespon yang seperti apa, Em?"
"Lupakan!"
"Oh ayolah Em, berciuman itu sudah biasa. Atau kau ingin melihatku dan Daren bercinta?" tanya Hazel tanpa dosa.
"Mulutmu itu ya, sialan!"
"Aku rasa Daren juga tidak keberatan jika kau ingin melihatnya, Em."
"Wah.. Otakmu semakin geser!"
"Otakku memang sudah lama bergeser."
"Gila! Kau ingin bercinta secara live di depanku begitu? Tidak tidak! Terimakasih, aku tidak ingin mata dan telingaku ternodai oleh suara - suara desahan laknat lagi!"
"Ha? Lagi? Maksudnya kau?"
Emily langsung menepuk jidatnya sendiri, dia keceplosan berbicara. Bagaimana mungkin dia menceritakan hal sial yang dilihatnya di pantai pada beberapa pekan lalu? Lantas Emily menepuk bibirnya yang selalu lost control.
Emily berdehem untuk menghilangkan kegugupannya, sedangkan Hazel sedang menatap si gadis Faith penuh selidik.
"Memangnya kau sudah memiliki hubungan dengan Daren?" tanya Emily mengalihkan pembicaraan.
"Tidak ada," sahut Hazel santai dan begitu tenang.
"Apa? Tidak ada?! Kau gila?"
"Apa yang salah? Aku sudah menjawabnya dengan jujur. Memang tidak ada hubungan apapun,”
"Jika tidak ada hubungan kenapa kau menyerahkan dirimu sialan!"
"Bukan menyerahkan diri Emily Faith. Tapi kami sama-sama menginginkan itu, menginginkan kehangatan dan—"
"Sudah cukup! Jangan kau perjelas!" sela Emily.
"Hahaha, oke-oke Em!”
"Tapi kau benar-benar gila Hazel! Kau bodoh tau tidak?!"
"Aku tau, tapi aku menikmatinya..."
"Jangan bermain-main Hazel, pria itu sepertinya memang memiliki perasaan lebih padamu. Tapi, aku merasa tidak bisa percaya begitu saja. Aku takut justru kau yang dipermainkan nantinya.”
"Aku tidak berpikir sampai di situ, Em. Entahlah, tapi kau jangan bicara yang aneh-aneh tentangnya.”
"Sialan! Jangan terlalu terbuka seolah memberikan harapan padanya jika kau hanya berniat main-main. Tapi kau juga harus hati-hati padanya. Takutnya kau yang terjebak,” peringat Emily.
"Aku bahkan tidak tahu perasaanku yang sebenarnya bagaimana,”
"Tapi kau berdebar di dekatnya?”
Hazel tersenyum dengan ucapan Emily. Jujur saja, setiap kali berhadapan dengan seorang Daren Cyrill maka hatinya akan berdebar tidak karuan. Tapi sayangnya, Hazel terus menekan dirinya. Apa benar dirinya sudah masuk tahap jatuh cinta?
"Mana baju yang harus aku pakai selanjutnya?" tanya Hazel mengalihkan topik. Emily tau jika Hazel sengaja menghindari percakapan yang sebelumnya.
+++
Tepat pukul 8 malam Daren benar-benar sudah standby didepan gedung apartment milik Hazel. Memakai setelan Jas berwarna biru muda dengan kemeja berwarna putih. Rambutnya yang ditata rapi ke belakang membuat kesan dirinya semakin macho.
Hazel juga tidak kalah menawan dari Daren. Gadis itu memakai gaun dari Daren. Sebuah midi dress berwarna biru muda dengan menampakkan pundaknya.
Daren menatap gadis itu penuh kagum, hatinya kembali berdebar. Rambutnya yang ditata rapi ke atas, hingga menampilkan leher jenjangnya membuat Hazel semakin terlihat menggoda.
Matanya yang indah selalu menjadi pusat pertama kekagumannya. Daren tidak berhenti memuji gadis itu dalam hatinya. Definisi bidadari yang turun ke bumi. Cantik dan begitu sempurna.
"Bisa kita berangkat sekarang?" tanya Hazel yang sudah berdiri di depan Daren.
"Y-ya, You're so beautiful!" puji Daren dan si gadis Oswald tersipu malu.
"Kau juga sangat tampan." sahut Hazel lalu Daren segera membuka pintu mobilnya.
Apa yang dikatakan Hazel adalah sebuah kejujuran. Daren memang sangat tampan. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona. Bahkan Hazel sempat terpana beberapa detik. Sayangnya Hazel sangat pandai menyembunyikan perasaannya.
Malam ini Daren memakai Mobil sport Jaguar XKR-S berwarna putih. Mobil sport asal Inggris ini merupakan mobil convertible romantis nan mewah. Mobil tersebut menggabungkan performa tinggi dengan kenyamanan yang halus pada interiornya. Cocok untuk digunakan untuk Couple yang berkencan.
Kelincahan dan keganasan tenaga mobil sport yang satu ini sanggup berakselerasi dari 0 – 100km/h hanya dalam 4,6 detik.
Sebelum masuk kedalam gedung, Daren menutup mata Hazel dengan sebuah dasi berwarna merah. Daren menuntun Hazel selama mereka berjalan hingga masuk ke dalam lift.
Saat telah sampai ke atas atap gedung sebuah Hotel mewah, Daren membuka penutupnya. Hazel dibuat speechless dengan apa yang ada didepannya. Terdapat satu meja bundar dengan lilin di tengahnya. Pun juga ada hiasan bunga.
"Untukmu..." seru Daren sembari memberikan satu buket bunga mawar merah pada Hazel.
"Terimakasih, Tuan Daren!" sahut Hazel lalu mengecup pipi kiri Daren.
Daren memundurkan kursi dan mempersilahkan Hazel untuk duduk. Keduanya saling melempar pandang dan juga pujian. Mereka juga menikmati makan malam dengan nikmat. Beef steak dan wine, memang cocok untuk dinner romantis.
"Daren, aku tidak menyangka kau menyiapkan ini semua untukku.”
"Bahkan ini belum ada apa-apanya,"
"Sombong sekali..." sahut Hazel lalu keduanya tertawa.
Di atas atap gedung ini mereka berdua bisa melihat ribuan gedung dan bangunan-bangunan yang jauh. Semua nampak kecil dan sangat banyak. Lampu-lampu dari segala penjuru arah nampak seperti cahaya yang berkerlap-kerlip.
Hazel terus dibuat terkagum-kagum. Ini dinner romantis yang spesial. Semilir angin yang dingin tidak terasa berkat wine yang dirinya minum. Sedikit bisa menghangatkan tubuhnya.
"Mau berdansa?" tanya Daren.
Hazel mengangguk dan menerima uluran tangan Daren. Detik kemudian, suara musik mengalun merdu. Mereka berdua berdansa dengan bibir yang terus melengkung ke atas. Senyaman tidak pernah luntur dari bibir keduanya.
Sesekali mereka tertawa kecil saat Hazel tidak sengaja menginjak kaki Daren. Atau angin yang membuat peranakan rambut Hazel menjadi berantakan dan menganggu sisi wajahnya.
Siapapun yang melihat mereka berdua pasti akan mengira jika mereka adalah sepasang kekasih yang sangat romantis. Sepasang kekasih yang begitu sempurna. Yang satu cantik dan yang satu tampan. Definisi Raja dan Ratu.
Namun siapa sangka, jika keduanya hanyalah dua orang yang menjalani hubungan tanpa status. Bagaimana lagi? Itu adalah sebuah kebenaran. Tapi setiap orang tidak akan tau takdir apa yang akan menanti kedepannya.
Yang jelas kedua orang manusia ini sama-sama saling menikmati waktu kebersamaan. Biarkan Hati dan juga perasaan masing-masing yang akan bergerak.
"Daren..." panggil Hazel.
"Hmmm.." Sahut Daren.
Hazel dapat merasakan pelukan Daren semakin erat. Pria itu memeluknya dari belakang. Mereka tengah menikmati indahnya malam dengan menatap ribuan gedung-gedung.
"Kenapa kau melakukan ini untukku?" tanya Hazel penasaran.
"Apa kau tidak suka?"
"Bukan begitu maksudku. Aku bahkan sangat menyukainya."
"Lalu apa masalahnya Hazel?"
Hazel nampak menghela nafas. Lalu menutup matanya, merasakan hembusan demi hembusan nafas Daren yang berada di ceruk lehernya.
"Aku bahkan hanya pemuas nafsumu." ujarnya dengan mata yang masih terpejam.
Daren mengecup leher lalu pundak Hazel cukup lama, hingga suara kecupannya terdengar begitu nyaring.
"Jangan berkata seperti itu."
"Tapi memang itu faktanya, Daren."
Daren membalikkan tubuh Hazel dan sang empu membuka matanya.
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu? Jangan berkata seakan-akan aku hanya mengincar tubuhmu saja, Hazel.”
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Jangan pernah berpikiran macam-macam. Apapun itu. Jangan pernah berpikiran buruk, apalagi tentang dirimu."
Hazel terdiam menatap manik mata Daren. Jemari lentiknya mengusap sisi wajah Daren dengan lembut dan pelan. Daren meraih tangan gadis itu dan menciumi jemari dan punggung tangannya.
"Apa kau ingin hubungan kita ada status?" tanya Daren.
"Kau berpikir begitu?"
"Kau milikku, Hazel Oswald...”
Hazel diam tidak menjawab. Si gadis Oswald bergerak mencium bibir Daren. Tapi Daren mengajaknya berciuman begitu dalam, lembut dan intens. Lidahnya menyeruak masuk kedalam mulut gadis itu. Mengabsen segala yang ada di dalamnya.
Setelah cukup lama saling berperang lidah , keduanya saling berebut menghirup oksigen setelah ciuman mereka terlepas. Daren mengecup kening Hazel cukup lama lalu berujar.
"Kau milikku,"
“Tanpa status?” tanya Hazel, dan keterdiaman Daren membuat Hazel tersenyum kecut.
Hazel Oswald tidak bisa berkata apapun. Rasanya dia hampir melayang diperlakukan seperti ini. Hatinya bahkan berdebar sangat kencang saat ini. Otak dan hatinya benar-benar tidak bisa mencerna apa yang dia inginkan. Harusnya ia kesal karena pria itu tak memberikan status hubungan yang jelas dengannya.
Daren bahkan mengklaim bahwa dirinya adalah milik pria itu. Harusnya Hazel menyanggah, jika dirinya adalah miliknya sendiri. Bukan milik Daren atau siapapun. Tapi bibirnya seolah seperti di lem tak bisa berkata apapun.
Yang jelas biarkan semua mengalir sebagaimana mestinya. Hazel percaya jika takdir terbaik itu ada. Dia selalu berharap hidupnya selalu bahagia. Dirinya selalu menggila untuk menghilangkan rasa sakit yang pernah dia rasakan.
Namun sekarang, ada sosok yang menemaninya, Daren Cyrill. Pelampiasan termanis untuknya, awalnya. Tapi tidak tau ke depannya bagaimana. Karena Hazel pun masih bertanya-tanya pada hatinya. Dia juga masih sedikit meragu.