Bab 5

1245 Words
Tiap orang pasti memiliki kesibukan dan aktivitas masing-masing setiap harinya. Sama halnya dengan seorang Hazel Oswald. Setelah tak mendapatkan hak liburnya, Hazel sudah mulai kembali bekerja. Kesehariannya hanya di isi dengan pemotretan. Hazel memang terkadang bosan, tapi dia harus tetap profesional. Namun, pagi ini rasanya ia masih kesal pada Emily. Bagaimana tidak, kemarin ia diharuskan pulang kembali ke New York dan harus menghadiri acara talk show semalam. Lalu pagi ini, ia harus pergi melakukan pemotretan. Suasana hati Hazel pagi ini benar-benar buruk. Terlihat sekali dari raut wajahnya yang tak bersahabat. Bibirnya bahkan mengerucut sebal. Emily yang melihat itu sontak menghela nafas panjang. “Kau masih marah padaku?” tanya Emily. Ia mendekat, sengaja ingin membujuk Hazel lebih keras lagi. “Aku sudah minta maaf kemarin. Lagi pula, kehadiranmu semalam benar-benar ditunggu oleh banyak penggemar.” “Meminta maaf itu sangat mudah, Em. Tapi bisakah kau menggantikan waktu liburku yang gagal kemarin? Hari ini bahkan kau kembali menjejaliku dengan jadwal pemotretan dadakan. Aku jadi curiga, jangan-jangan kau sedang membutuhkan uang banyak ya, makanya asal menerima job seperti ini.” “Astaga Hazel, aku sudah menjelaskan semuanya padamu semalam. Ini sepertinya karena kau tidak fokus, makanya mempertanyakan ini kembali.” Hazel mencebik. “Entahlah, lama-lama kepalaku jadi pusing sendiri. Lalu ini jadwal pemotretan untuk majalah yang mana?” “Yang biasanya, untuk edisi minggu depan. Karena itulah, semua serba dadakan. Aku juga baru dihubungi kemarin. Untung kau sudah kembali,” “Ya, karena kau yang memintaku kembali ya Em!” Emily tersenyum canggung. Agak sedikit merasa tak enak pada Hazel, tapi mau bagaimana lagi? Toh sudah terjadi. “Lain kali kau harus lebih teliti lagi dalam memberikanku jadwal. Harus kau cek ulang sebelum mengirim jadwalnya padaku,” Emily sontak mengangguk karena memang ia tahu diri dan merasa bersalah juga. “Ya aku minta maaf sekali lagi kalau begitu. Aku tahu aku salah karena teledor. Harusnya memang aku harus teliti mengenai jadwalmu. Maaf karena membuat liburanmu gagal dan alhasil kau hanya mendapatkan lelah saja. Mulai sekarang, aku akan lebih teliti dan cek ulang jadwalmu.” Emily mendekat dan mendudukkan diri di samping Hazel. Menepuk pundak puan itu pelan dan berkata, “lagi pula, ini juga untukmu. Ayolah, maafkan aku hm?” Hazel menoleh dengan raut wajah datar. “Em, serius, jangan sok manis begitu. Kau tidak cocok jika seperti itu, sungguh!” “Hazel—” “Iya aku maafkan, bodoh!” Emily sontak tersenyum lebar dan reflek memeluk Hazel begitu mendengarnya. Pelukan tersebut begitu kuat, sampai-sampai membuat Hazel kesal sendiri. +++ Berada di salah satu studio di lantai 5 sebuah gedung tinggi, Hazel masih terlihat berpose di depan kamera. Pemotretan sudah berlangsung sejak satu jam yang lalu, dan saat ini masih belum juga selesai. Kali ini Hazel mengenakan lingerie tipis yang menampilkan lekuk tubuh indahnya. Makeup-nya yang natural membuat kecantikannya benar-benar terpancar. Bahkan tanpa makeup sekalipun, ia tetap terlihat cantik. Auranya begitu mahal. Tak heran jika banyak yang terpikat olehnya. Wanita itu terus berpose sesuai dengan arahan sang fotografer. Terkadang, Hazel juga akan berpose sesuai dengan insting dan keinginannya. Gaya yang Hazel tunjukkan selalu pas dan mempesona. Tak heran jika para fotografer yang bekerjasama dengannya selalu senang dan enjoy. Hazel juga termasuk model yang tak banyak menuntut ini dan itu. Selalu mengikuti arahan. Lalu mencoba menggunakan gaya sesuai yang ada di bayangannya. Dan itu selalu menakjubkan. Dari sudut manapun bahkan dari segi apapun kemolekan tubuh Hazel benar-benar mengagumkan. Sangat sempurna, atau bahkan lebih? "Bagus Hazel! Bekerja denganmu selalu memuaskan! Kita istirahat 30 menit, ya!" ujar sang Fotografer. "Thanks, Jose!" sahut Hazel. Hazel memang salah satu model yang terkenal sangat ramah pada rekan kerjanya. Dia akan menghormati siapapun jika orang tersebut juga menghormati dan menghargai dirinya juga. Dia tidak akan pernah memilah-milah circle pertemanan. Dia bahkan bergaul dengan siapa saja. Seperti saat ini, Hazel juga tak segan-segan bercanda dengan para staff yang terlibat dalam projek ini. Jadi tidak heran jika para staff yang bekerjasama dengan Hazel akan sangat senang. Karena memang Hazel semenyenangkan itu, ya walaupun terkadang agak menyebalkan juga. "Ini baju keduamu, segera ganti!" ujar Emily. "Lingerie, bukan baju." sahut Hazel membenarkan. "Ya ya ya, kau benar. Cepat ganti!" Emily menyahut dengan nada sedikit naik. "Baik, baginda ratu Emily!" balas Hazel dengan raut meledek dan Emily hanya memutar bola matanya malas. Tak butuh waktu lama Hazel keluar dari ruang ganti. Kini lingerie tipis tanpa lengan yang dipakai. Dengan belahan dadaa yang sedikit rendah. "Kau memang cocok pakai baju model begini." sindir Emily "Lingerie." "Ya yaa itulah," Hazel menggeleng karena sahabatnya ini anti sekali memakai lingerie. Aneh, tapi begitu-begitu dia sangat sayang. "Macam orang yang baru saja dibooking oleh om-om saja kau!" ejek Emily, bercanda. "Sialan kau!" seru Hazel sembari memukul p****t sahabatnya itu. Jangan tanya kesal atau tidak, tentu saja Hazel kesal. Sedangkan Emily, wanita itu justru tertawa terbahak-bahak melihat Hazel berubah menjadi sekesal itu. Memang definisi sahabat terlaknat. Tapi Hazel memakluminya. Mereka berdua sama-sama laknat. Hanya berbeda jalur saja. "Hazel, 5 menit lagi kita mulai ya." ujar Jose, sang fotografer. Sang pemilik nama menoleh dan mengangguk. Emily dengan sigap langsung membenarkan makeup Hazel agar lebih on point. Dan Hazel kembali menjalani pemotretan hingga selesai dengan sangat baik. +++ Daren Cyrill kembali bekerja seperti biasanya. Dia baru saja kembali dari meeting dengan salah satu kliennya. Daren berjalan begitu gagahnya. Di sampingnya pun akan selalu ada Mike yang mendampingi. Mike akan selalu mengikuti kemana saja Daren pergi. Semua para karyawan yang mengetahui Daren telah tiba di kantor, mereka kembali menyibukkan diri. Entah mengapa mereka tak mau bersitatap dengan sosok Daren Cyrill. CEO nya itu memang memiliki mata yang begitu tajam menusuk. Daripada bersitatap dengan bosnya itu lebih baik mereka belaga bekerja. Ya memang aslinya benar-benar sibuk mengerjakan sesuatu, hanya saja saat bosnya lewat mereka akan langsung dalam mode sangat sangat sibuk. Seolah pekerjaannya belum selesai. Padahal banyak juga yang sudah selesai. Alasannya yaitu, menghindari tatapan mata elangnya sang bos. "Kau sudah menemukan info yang aku perintahkan kemarin Mike?" tanya Daren saat keduanya sudah memasuki kotak besi yang membawa mereka ke lantai 15. Ruangan khusus milik Daren. "Sudah, Tuan Daren. Sesuai dengan perintah Anda," sahut Mike. "Bagus, aku ingin melihat berkasnya.” balas pria itu, kemudian kembali melanjutkan tanya. “Kapan kita akan menemuinya?" "Besok pagi, Tuan. Saya sudah mengatur pertemuannya dengan Anda," "Kau memang selalu bisa aku andalkan, Mike! Terimakasih." ujar Daren. "Anda tidak perlu berterimakasih seperti itu, Tuan Daren. Ini sudah tugas saya untuk selalu mengikuti perintah Anda,” Daren geleng-geleng kepala lalu menghela nafas pelan. "Jika aku menyuruhmu terjun dari lantai 17 perusahaan ini, apa kau akan melakukannya?" tanya Daren dan Mike tentu saja terkejut. "Jika itu memang perintah yang harus saya laksanakan, maka saya akan melakukannya sesuai dengan perintah Anda, Tuan Daren." jawab Mike setenang mungkin. "Sangat aku akui bagaimana kesetiaanmu padaku, Mike. Tapi jangan pernah gila. Aku bukan pengendali dirimu. Kau berhak untuk menolak apa saja perintahku yang mungkin menurutmu tidak masuk akal," "Saya sudah mengatakan pada Tuan jika saya mengabdi—" belum sempat mike menyelesaikan ucapannya, Daren buru-buru menyelanya. "Boleh saja, tapi jangan terlalu bodoh, Mike. Kau tau apa maksudku, jadi hal ini tak perlu kita membahasnya lagi." "Baik, Tuan." sahut Mike dan Daren keluar lebih dulu dari lift. Kemudian disusul oleh Mike di belakangnya. Mike benar-benar merasa beruntung memiliki bos yang amat baik seperti Daren Cyrill. Jika orang-orang mengatakan bahwa Daren adalah orang yang jahat maka itu adalah kesalahan. Tapi jika semua orang mengatakan bahwa Daren Cyrill menakutkan, maka Mike mengatakan itu sangatlah benar. Hanya saja Daren pandai menutupinya dengan baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD