29

1846 Words
Hari ini papa Bian pulang lebih awal ketika dia mendengar kabar Sofia dari mang Ujang bahwa gadis itu menolak keluar kamar sejak kepulangannya dari kantor, untuk membujuk Sofia agar dapat berbaikan dengannya dia sampai membawa makanan kesukaan gadis itu berharap Sofia akan luluh dengan harao akan memaafkan kesalahannya. Papa Bian kini sudah berada di depan kamar Sofia, mengetuk pintu sambil memanggil namanya beberapa kali. Pintu jelas saja terkunci dari dalam dan papa Bian tidak bisa mengakses menggunakan kunci cadangan karena posisi kunci yang masih menempel di dalam sana. “ Sofia, buka pintunya sayang. Papa mau ngomong sama kamu, ayo dong.” Percuma saja, Sofia yang berada di dalam kamarnya saat ini tidak ingin membuka pintu untuk papanya. Dia sangat marah akan perbuatan papanya yang membuatnya harus kehilangan banyak teman dan merasa kesepian setiap harinya di sekolah. Sementara itu di lantai bawah, kedatangan Diandra saat itu membuatnya penasaran melihat kedua orang tuanya sedang memperhatikan papa Bian dari bawah. Lantas dia mendekat dan bertanya ada apa, kemudian mang Ujang memberitahu Diandra soal masalah Sofia dan Papa Bian. Dan malam itu papa Bian terus membujuk Sofia untuk keluar namun tetap tidak berhasil, hingga akhirnya papa Bian menyerah dan akan memujuknya besok. Mbok Tati di perintahkan untuk membawa makanan kepada Sofia, papa Bian tidak ingin Sofia jatuh sakit karena telah melewatkan dua kali jadwal makannya. ** Besoknya Sofia juga tidak keluar dari kamarnya, hari ini kebetulan adalah tanggal merah dan sekolah serentak libur. Beberapa jam yang lalu suara papa Bian masih terdengar memanggilnya untuk sarapan, namun dia masih menolak untuk bertemu dengan papanya. Lagi-lagi mbok Tati di perintah oleh papa Bian untuk membawakan Sofia makanan, sayangnya mbok Tati hanya boleh meletakkan makanan di dalam kamarnya lalu setelah itu kembali keluar tanpa di beri izin bicara sama sekali. Papa Bian semakin khawatir kepada Sofia, ia tak mau kalau Sofia jatuh sakit di dalam sana sementara dia masih menolak untuk keluar. Kemudian Diandra datang menghampiri papa Bian dengan penuh keberanian. “ Maaf kalau sebelumnya saya lancang pak, apa boleh saya membantu pak Bian supaya non Sofia mau berbaikan dengan pak Bian.?” Ucap Diandra di hadapan papa Bian. “ Diandra, kamu jangan ikut campur.” Sahut Mbok Tati. “ Nggak apa-apa mbok. Bagaimana cara kamu buat saya dan Sofia baikan.?” Tanya Papa Bian penasaran. “ Saya minta izin sama pak Bian untuk membawa non Sofia jalan-jalan, sebelumnya non Sofia punya keinginan untuk jalan-jalan bareng saya tapi dia tidak pernah melakukannya karena dia menghargai pak Bian. Sofia tidak pernah pergi sama saya karena dia belum mendapat izin dari pak Bian, kalau boleh di izinkan saya akan memberitahu non Sofia supaya dia paham dan pak Bian bisa berbaikan kembali dengnnya.” Jelas Diandra. “ Bagaimana kalau kamu gagal.?” “ Saya jamin tidak akan gagal pak.” Melihat kesungguhan Diandra dan dia juga percaya pada cowok itu, akhirnya papa Bian memberikan izin kepada Diandra untuk membawa Sofia jalan-jalan. Diandra pun segera menuju kamar Sofia untuk memberitahunya, entah mengapa dia sangat yakin kalau gadis itu tidak akan menolak ajakannya. Saat ini Diandra sudah berada di depan kamar Sofia, dia mengetuk pintu kamar itu sebanyak tiga kali dan menyebutkan namanya dengan jelas. Meskipun tak ada jawaban dari dalam Diandra terus berbicara dan terus terang kepada Sofia bahwa dia ingin mengajak gadis itu jalan-jalan keliling kota. “ Aku tunggu kamu di bawah dua puluh menit ya, aku bakal tetap tunggu kamu keluar.” Seru Diandra berharap Sofia antusias mendengar hal tersebut. ** Diandra sudah kembali dari mengganti bajunya, dan saat dia kembali dia tak melihat ada Sofia disana. Hal itu membuat Diandra kembali mengecek ke kamar gadis itu, dan saat Diandra kesana ternyata Sofia baru saja keluar dengan stelan rapih siap untuk pergi dengannya. “ Aku pikir kamu nggak mau jalan-jalan bareng aku.” Lontar Diandra sambil menggaruk kepala tak gatal. “ Kita mau kemana.?” Tanya Sofia lirih. “ Ke tempat yang pastinya bisa buat kamu happy.” Akhirnya mereka pergi dari rumah hanya berdua, keduanya menolak untuk di antar oleh mang Ujang. Bahkan ketika mereka pergi papa Bian sengaja tidak keluar agar tidak membuat suasana hati Sofia berubah. Tujuan pertama mereka adalah kebun binatang, karena Sofia pernah trauma ke Dufan. Diandra pun mengajaknya ke tempat lain dimana mereka bisa melihat beraneka ragam hewan yang ada disana. Setibanya disana mereka langsung dapat melihat seekor monyet yang bertingkah sangat lucu, Diandra sampai mempraktekan apa yang di lakukan monyet itu sehingga membuat Sofia semakin tertawa puas. Begitu banyak hewan yang baru pertama kali di saksikan oleh Sofia secara langsung, berbeda halnya dengan Diandra ada beberapa hewan yang sudah pernah ia lihat sebelumnya di desa dan beberapa ada yang baru di llihatnya secara langsung juga. “ Kita foto dulu.” Ajak Sofia mengajak Diandra untuk berselfie bersama. Daindra kemudian meraih ponsel Sofia dan meminta tolong kepada salah satu pengunjung untuk memotret mereka sehingga mereka dapat mendapatkan gambar yang lebih bagus dan jangkaunnya luas. “ Terima kasih banyak kak.” Ucap Diandra setelah mereka selesai berswafoto. Sofia melihat hasilnya dan sangat senang, ini merupakan foto pertama mereka semenjak mereka kenal. Kemudian mereka lanjut melihat-lihat hewan lainnya hingga tanpa terasa sudah empat jam mereka berada di tempat itu. Selanjutnya dari kebun binatang mereka lanjut untuk menonton film di bioskop, meskipun di rumah sudah ada ruangan khusus nonton yang di lengkapi oleh layar besar dan sound sistem terbaik jelas sangat berbeda ketika menontonnya langsung di bioskop. Kebetulan hari itu ada film komedi yang tayang, keduanya gemar dengan genre komedi sehingga mereka memilih film itu. Mulai dari pop corn asin dan manis hingga dua minuman soda telah mereka pesan, keduanya segera masuk ke ruang teater. Ketika film di mulai Sofia sempat melirik Diandra, dia benar-benar merasa senang hari ini. Kesedihannya dapat terobati dengan cara Diandra yang membuatnya tak berhenti tertawa. Kemudian dia kembali menoleh dan ingin fokus menyaksikan film yang sudah di mulai. ** Selepas dari menonton film, Sofia dan Diandra lanjut makan siang di sebuah warung makan pilihan Diandra. Cowok itu tahu kalau Sofia pasti tidak pernah makan disana, nasi padang adalah pilihan Diandra untuk di coba oleh Sofia. Setelah mencoba kelezatan nasi padang terlihat jelas di wajah Sofia bahwa dia sangat setuju bahwa nasi padang memang sangatlah enak. Diandra senang karena Sofia ternyata tidak pilih-pilih makanan, hal-hal sederhana ini di harap Diandra mampu membuat Sofia tetap bahagia dan menunjukkan senyum mereka seperti itu terus. Setelah dari makan siang, mereka bersantai di taman kota sambil menikmati es krim coklat. Mereka kembali membahas tentang keseruan hari ini dan Sofia sangat berharap bisa melakukan hal menyenangkan ini setiap hari. “ Terima kasih ya Ndra, berkat kamu aku bisa merasakan kebahagiaan indah ini yang jarang banget aku rasain.” Gumam Sofia sambil menatap es krimnya dengan teduh. “ Aku senang kalau kamu juga senang.” Balas Diandra lirih. “ Kamu ngomong apa sama papa sampai dia bisa izinin kamu buat bisa pergi bareng aku.” “ Rahasia.” “ Ih jahat banget.” “ Kamu baikan ya sama papa kamu.” Lontar Diandra kemudian membuat ekspresi Sofia mendadak berubah. “ Nggak mau, papa jahat.” Tolaknya ketus. “ Aku tahu kalau cara papa kamu salah karena dia udah buat kamu di jauhin dan merasa kesepian selama di sekolah, tapi kamu jangan lihat dari satu sudut pandang itu saja. Coba kamu lihat alasan papa kamu menjauhkan mereka dari kamu karena apa? Aku kan udah pernah bilang ke kamu sebelumnya, mereka nggak baik buat kamu tapi kamu kekeuh buat temenan sama mereka seakan-akan di dunia ini Cuma ada meraka yang layak menjadi teman kamu.” “ Kamu harus tahu kalau di dunia ini masih banyak teman yang baik yang bisa memberi energi positif ke kita, bagaimana sifat kita mencerminkan bagaimana kita bergaul dengan siapa di sekolah.” “ Papa kamu nggak mau lihat kamu kaya mereka, kamu putrinya satu-satunya dan dia mau kamu berada di lingkungan yang baik.” Sofia hanya dapat terdiam mendengar perkataan Diandra, dia merasa sedih dan akhirnya menangis sekeras yang ia bisa. Diandra panik dan bingung melihatnya, dia mencoba untuk membuat Sofia berhenti menangis karena takut orang-orang akan salah paham terhadapnya. “ Udah dong jangan nangis lagi.” “ Aku mau pulang.” Ujar Sofia di balas anggukan cepat oleh Diandra. ** Setibanya di rumah Sofia langsung menemui papanya, dia memeluk papa Bian dan meminta maaf atas sikapnya selama ini. Dia baru sadar setelah di nasehati oleh Diandra, dan Sofia menyesali semua perbuatannya yang membuat papa Bian cemas selama ini. “ Aku minta maaf pah, aku sadar kalau aku udah berbuat sesuatu yang buat papa khawatir. Sekali lagi maafin aku pah.” Ucap Sofia masih dengan tangis yang tersedu-sedu. “ Iya sayang, papa selalu akan maafin kamu. Papa juga minta maaf kalau cara papa didik kamu buat kamu kesal sama papa, maafin papa ya.” Balas papa Bian merasa ikut terbawa suasana. Diandra, Mang Ujang, dan mbok Tati yang melihat kedekatan mereka berdua terlihat ikut terharu, Diandra tersenyum puas menyaksiaknnya. Dia berhasil membuat Sofia berbaikan dengan papa Bian, dan saat itu dia mendapat acungan jempol dari papa Bian yang sekali lagi membuatnya tersenyum. ** Pagi yang cerah dan masih berada di tanggal merah, Diandra baru saja terbangun dari tidurnya dan langsung merapihkan kamar. Tak lama setelah itu dia mandi dan berpakaian lalu keluar untuk sarapan. Saat Diandra keluar dia tidak melihat bapaknya yang membuat Diandra mencari-cari pria setengah baya itu di mana-mana, Diandra sudah memanggilnya namun tak ada jawaban sama sekali. Ketika Diandra keluar dari rumah ia di kejutkan oleh sorakan Papa Bian, Sofia, serta ibu dan bapaknya. Di depannya kini ada sesuatu yang di tutup oleh kain putih yang membuatnya menatap merek satu persatu. Kemudian Diandra di minta untuk membuka kain penutupnya yang membuat cowok itu kebingungan. “ Ayo di buka.” Ujar papa Bian. Perlahan tapi pasti Diandra pun menarik kain penutupnya hingga memunculkan sebuah motor sport berwarna hitam seperti yang di impikan oleh Diandra sejak dulu. Diandra bingung kenapa motor sport itu ada di depan rumah dan kenapa dia di minta untuk membukanya. “ Ini hadiah buat kamu, karena kamu udah buat Sofia memaafkan saya dan supaya kamu ke sekolah udah bisa naik motor tanpa harus keluar ongkos ojek setiap hari.” Lontar papa Bian sukses membuat Diandra terharu. “ Terima kasih banyak pak, tapi saya nggak enak kalau di kasih hadiah semahal ini.” Balas Diandra. “ Nggak apa-apa, kamu udah saya anggap sebagai keluarga hadiah seperti ini bukan masalah bagi saya.” “ Terima kasih banyak ya pak Bian.” “ Kapan-kapan kamu bonceng aku pakai motor ini juga ya.” Seru Sofia. “ Emang papa izinin.” Seloroh papa Bian mendapat wajah cemberut dari putrinya. Semua orang pun tertawa melihat tingkah lucu Sofia, lalu papa Bian mengatakan hanya bercanda. Dia bisa sesekali pergi bersama Diandra tapi harus tetap mengingat batasan di antara keduanya. “ Ngomong-ngomong kamu bisa kan naik motor.?” Tanya papa Bian meragukan Diandra. “ Dia jago pak, di desa dia bolak balik anterin padi pakai motor tua milik almarhum bapak saya.” Sahut Mang Ujang. “ Jago dong kalo gitu, kalau udah cukup umur langsung buat sim aja ya biar nggak kena tilang.” Saran Papa Bian. “ Siap-siap pak.” Seru Diandra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD