28

2027 Words
Suara pintu terketuk sebanyak tiga kali membuat pria itu mempersilahkan orang yang berada di luar sana untuk segera masuk, ketika pintu terkuak muncul seorang pria dengan stelan jaket denim dan celana hitam yang menghampiri pria itu di meja kerjanya. “ Bagaimana? Sudah ketemu.?” Tanya Bian menatapnya tak sabar. “ Sudah pak, ini foto-foto mereka yang bersama putri pak Bian waktu itu.” Pria tersebut memberikan beberapa lembar cetak foto kepada Bian yang langsung di perhatikan oleh Bian dengan seksama. “ Anak laki-laki ini dari SMA mana kalau saya boleh tahu.?” “ Dari SMA pemuda pak, lokasinya ada di Depok pak.” “ Kenapa anak SMA Depok sampai jauh-jauh datang kemari.?” “ Anak laki-laki yang ada di foto itu merupakan teman anak perempuan ini pak>’ Tunjuknya pada foto Kayla dan Yuda. “ Saya mau ketemu sama mereka semua, kamu undang mereka makan malam di resto milik keluarga saya. Bagaimana pun caranya kamu harus bawa mereka semua datang malam ini.” Titah Bian dan langsung di laksanakan oleh pria suruhannya itu. Bian sudah tidak tahu harus bagaimana lagi untuk membuat Sofia menjauh dari pertemanan toxic itu, satu-satunya cara untuk membuat mereka menjauh adalah memintanya langsung kepada anak-anak itu. ** Mendapat undangan makan malam spesial tentu membuat Kayla dan teman-temannya antusias untuk datang, terlebih lagi mereka di beritahu akan bertemu langsung dengan seorang publik figur terkenal. Mereka bahkan di jemput oleh sebuah mobil mewah, tak ada satu pun yang tertinggal bahkan anak laki-laki itu juga sudah di jemput. Kini mereka sudah tiba di restoran dan di pandu oleh manager resto menuju sebuah ruangan vip. Setelah mereka duduk di masing-masing kursi, tak lama setelah itu mereka di persilahkan memesan makanan yang mereka inginkan. Tanpa menunggu waktu lama mereka pun memesan berbagai hidangan mewah yang dapat di katakan jarang mereka makan. Ketika pelayan pergi meninggalkan ruangan, mereka pun tampak kegirangan dan antusias menyambut seseorang yang telah mengundangnya makan di resto mahal itu. Tak lama kemudian pintu pun terkuak, sosok yang tak asing muncul memasuki ruangan itu. “ Loh, kok bokapnya Sofia.?” Ucap Mayang terkejut begitu pun dengan yang lain. “ Selamat malam anak-anak.”Lontar papa Bian menyapa mereka dengan ramah saat itu. “ Kok Om sih yang muncul.?” Tanya Naura heran. “ Kenapa? Bingung ya? Kenapa saya yang muncul di pertemuan dadakan ini.” “ Dia siapa Kay.?” Tanya Yuda saat itu. “ Saya adalah papa dari anak perempuan yang kamu pegang di tempat karaoke waktu itu.” Lontar papa Bian sontak membuat mereka semua terkejut. “ Kok kaget? Heran kok saya bisa tahu? Gampang loh bagi saya tahu semua yang kalian lakukan ke anak saya, mau saya sebutin satu-satu?” Ucap papa Bian menatap mereka bergantian. “ Om maksudnya apa sih? Kami nggak ngerti.” Sahut Kayla berpura-pura. “ Kamu diam, saya nggak mau kamu bicara dulu.” Balas papa Bian menohok. “ Santai aja, jangan tegang. Saya kumpulkan kalian Cuma untuk memperingatkan kalian saja, dan juga ada sedikit alias banyak keluhan yang akan saya sebutkan satu persatu.” Papa Bian kemudian duduk di salah satu kursi, namun suasana saat itu berubah menjadi sangat menegangkan. “ Saya sudah cukup sabar selama ini semata-mata demi Sofia, tapi sekarang saya sudah tidak bisa diam lagi. Semenjak Sofia bergaul sama kalian bertiga, Sofia banyak berubah. Dia suka habisin uang demi kalian, suka berbohong sama saya, suka marah ke saya karena membela kalian. “ “ Saya tahu kalau kalian Cuma menganggap Sofia hanya sebagai atm berjalan, pengeluaran Sofia sampai berjuta-juta bahkan puluhan hanya dalam sehari, dan itu lokasinya selalu di mall. Belum lagi barang-barang miliknya yang dia koleksi hingga milik almarhumah istri saya pun kalian ambil tanpa rasa malu.” “ Tapi om.” “ Saya belum selesai ngomong, kamu jangan bicara dulu.” Potong papa Bian pada Naura. “ Saya tidak mempermasalahkan jumlah uang yang keluar asalkan kalian bisa bersikap baik dan membuat Sofia dalam lingkungan yang positif, tapi apa? Buktinya kalian mengajak Sofia ke tempat karaoke dan bawa teman-teman cowok kalian biar kenalan sama Sofia. “ “ Dan kamu.” Papa Bian menunjuk Yuda dengan emosi yang tak tertahankan saat ini. “ Saya masih maafin kamu untuk perbuatanmu yang tidak sopan pada Sofia, kalau saja saya tahu kamu deketin anak saya lagi saya nggak akan tanggung-tanggung buat hidup kamu susah.” Lanjut papa Bian sukses membuat Yuda ketakutan. “ Dan untuk kamu Kayla, saya tahu kamu anak bawahan saya makanya saya tidak pernah berurusan langsung sama kamu. Tapi cukup sampai disini, karena saya tahu kamu adalah dalang di balik semua ini. Mulai dari menyebar rumor tentang saya dan Sofia, kemudian menyebarkan foto Sofia dan anak itu.” Lirik papa Bian pada Yuda yang kembali menunduk ketakutan. “ Kamu harus ingat jabatan papa kamu ada di tangan saya, kalau kamu berani berbuat sesuatu sama Sofia lagi siap-siap saja papa kamu yang akan menanggung akibatnya.” Lontar papa Bian lagi. Bian benar-benar tak membiarkan mereka bicara sedikit pun, tak ada dari mereka yang berani setelah apa yang di ungkapkan olehnya. Dan yang terakhir sebelum meninggalkan tempat itu Bian berkata. “ Saya ingin kalian menjauh dari Sofia, jangan berteman dengannya lagi mulai hari ini. Dan saya juga tidak mau kalau Sofia tahu kita bertemu malam ini dan membahas hal ini bersama. “ Kalian boleh melanjutkan makan malamnya, jangan khawatir. Saya sudah membayarnya.” Lanjut papa Bian dan akhirnya pergi meninggalkan mereka. Semuanya masih terdiam di tempat masing-masing, saat ini semua mata tertuju pada Kayla. Alhasil Kayla protes bahwa dia tidak suka di perhatikan seperti itu. Dan juga Naura dan Mayang baru tahu kalau ternyata penyebar rumor tentang papa Sofia di sebabkan oleh Kayla sendiri. ** Keesokan harinya di sekolah, Sofia heran melihat ketiga temannya terlihat enggan untuk bicara dengannya. Bahkan untuk sekedar melihatnya pun saja tidak, hal itu membuat Sofia berpikir apa yang telah ia perbuat sehingga mereka tidak mau bicara kepadanya. Ketika Sofia hendak menanyakannya di grup chat dia mendapati dirinya sudah bukan bagian dari grup itu lagi, dan yang mengeluarkannya adalah Kayla. Saat itu Sofia langsung mengirimkan pesan kepada Kayla, namun pesan tersebut hanya di baca tanpa di balas. Karena guru telah memasuki kelas, Sofia terpaksa menyimpan ponselnya dulu. Dia akan menanyakannya nanti setelah jam pelajaran selesai, dia berharap teman-temannya itu tidak marah kepadanya. Bahkan Sofia lebih memilih untuk di terpa rumor dari pada harus di abaikan oleh mereka bertiga. Selama pelajaran berlangsung fokus Sofia benar-benar terganggu, sesekali Sofia menoleh ke teman-temannya itu namun sikap mereka tetap sama. Sofia berharap kelas segera berakhir sehingga dia bisa menanyakannya lebih jelas. Waktu pun berlalu dan kelas berakhir, namun sebelum guru pergi dia mengumumkan sesuatu terkait pertemuan berikutnya. “ Baik semuanya, hari ini ibu akan membagai kalian menjadi beberapa kelompok untuk materi minggu depan dimana kalian harus membuat materi yang saya berikan menjadi menarik dan jelas untuk di presentasikan minggu depan.” “ Jadi satu kelompok itu beranggotakan tiga orang ya, kelompoknya mau ibu yang bagikan atau kalian pilih sendiri.?” “ Pilih sendiri bu.” Sahut Kayla paling keras. “ Oke, tapi kalau ada murid lebih kalian bisa isi satu kelompok jadi empat orang ya.” “ Baik bu.” Seru semua murid dan kelas pun berakhir. Sofia tahu kalau mereka pasti akan membuat kelompok tanpa dirinya, dan setelah semua selesai memilih kelompoknya tanpa sadar hanya tersisa Sofia yang masih belum memiliki kelompok. “ Aku boleh satu kelompok sama kalian juga kan.” Ujar Sofia menghampiri Kayla, Naura, dan Mayang. “ Nggak bisa. Yuk guys cabut.” Ajak Kayla segera meninggalkan kelas di susul oleh Naura dan Mayang. Sofia tak bisa berkata-kata lagi, hatinya sangat sakit melihat respon dari meeka terhadapnya. Sofia berpikir apakah mereka marah karena waktu itu dia pergi secara mendadak? Tapi jika itu alasannya kemarin mereka masih berbicara dengannya tapi sekarang sudah berbeda. ** Sekolah seakan menjadi tempat yang tidak menyenangkan lagi untuk Sofia, ketiga temannya yang hampir setiap saat bersamanya mendadak menjauh. Dia tidak memiliki teman yang dekat lagi selain mereka bertiga, tak hanya itu Dava seniornya yang dulu selalu mengejarnya sekarang menghindar karena rumornya bersama Yuda. Setiap hari Sofia hanya dapat pergi sekolah dan pulang dalam keadaan sedih, dia tak tahu harus melakukan apa untuk membuat semuanya kembali seperti dulu. Teman-temannya sudah tidak membutuhkan uang ataupun barang berharga miliknya, dan yang lebih parahnya mereka sampai memblokir nomor Sofia. Sore itu Sofia duduk di halaman belakang sambil menatap tanaman yang di biarkan tumbuh oleh mbok Tati, wajahnya terlihat sangat murung dan sudah beberapa hari ini kehilangan semangat untuk mengerjakan apapun. Seseorang datang menyodrokan muffin kepadanya, kali ini muffin dengan toping keju membuat Sofia melirik orang yang baru saja menyodorkannya. Siapa lagi kalau bukan Diandra, dia sudah tahu akan hal itu. “ Kok wajahnya sedih gitu.?” Tanya Diandra penasaran. “ Nggak, Cuma lagi bosan aja.” Balasnya tak ingin membuat Diandra tahu soal masalah di sekolah. “ Bohong, ayo jujur sama aku ada apa.?” Sofia menatap Diandra sekali lagi dan wajahnya kembali murung, akhirnya Sofia memberitahu Diandra tentang masalah di sekolah selama beberapa hari terakhir ini. Diandra yang mendengarnya entah mengapa merasa senang akhirnya Sofia terlepas dari teman-temannya yang membawa pengaruh buruk itu. “ Aku nggak ngerti kenapa mereka kaya gitu, semenjak mereka nggak mau bicara sama aku rasanya sekolah udah kaya ruang hampa.” Ucap Sofia memelas. “ Kamu udah pilih untuk sekolah di luar, senang tidaknya hari yang kamu lalui jangan mengeluh. Itu bagian dari kehidupan, biar kamu tahu kalau hidup itu nggak selalu berjalan dengan keinginan kita.” Lontar Diandra sukses menenangkan perasaan Sofia. “ Aku berpikir gimana jadinya kalau aku pindah sekolah aja ke sekolah kamu, mungkin aku nggak akan kesepian seperti ini lagi.” Ucap Sofia lirih. “ Kamu benar, papa udah kasih aku kesempatan untuk sekolah di luar dan aku nggak boleh menyerah hanya karena ini.” Kata Sofia bersungguh-sungguh. ** Pagi ini Sofia datang ke sekolah lebih awal dari biasanya, dia berjalan seorang diri menuju kelas tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarnya. Ketika dia hendak memasuki kelas tiba-tiba saja langkahnya terhenti, dia melihat di dalam kelas ada Mayang dan Naura yang sedang mengobrol tentang dirinya. “ Mau sampai kapan kita nggak bicara sama Sofia? aku kasihan lihat dia sendirian terus kaya gitu.” Ucap Mayang. “ Lo mau kita di labrak papanya lagi, gue mending nggak bicara sama dia dari pada harus berurusan sama papanya Sofia.” Balas Naura. “ Papa aku kenapa? Dia ngomong apa ke kalian.?” Sofia merasa tidak perlu sembunyi lagi, dia ingin mengetahui dengan jelas apa yang di bicarakan oleh Naura dan Mayang barusan. “ Kamu? Sejak kapan ada disana.?” Tanya Mayang berusaha mengalihkan pertanyaan Sofia. “ Aku tanya sama kalian, papa aku bilang apa sama kalian.?” Tanya Sofia sekali lagi. Mayang pun menjelaskan kepada Sofia kalau alasan mereka tidak berbicara padanya adalah karena papa Bian, namun saat itu Naura menambahkan agar Sofia tidak tahu alasan sesungguhnya papa Bian melarang mereka untuk berteman. “ Papa kamu pikir kita anak-anak nakal, dia ngelarang kita buat bergaul sama lo lagi. Maaf ya Sof.” Timpal Naura seketika membuat Sofia merasa sangat sedih mendengarnya. ** Sepulang sekolah Sofia meminta Mang Ujang untuk mengantarnya ke kantor papanya dan bukan ke rumah, mang Ujang yang patuh akhirnya mengantar Sofia ke kantor papa Bian. Setibanya disana, Sofia langsung menuju ruangan papanya tanpa beryanya pada satpam atau meminta izin pada Silvia sekretaris papanya. Kebetulan papa Bian ada di ruangannya sehingga Sofia dapat mengutarakan semua kemarahannya saat itu. “ Papa jahat banget sih, karena ulah papa aku nggak punya teman di sekolah. “ Protes Sofia kelas. “ Maksud kamu apa.?” “ Papa jangan banyak alasan, aku tahu papa kan yang melarang teman-teman aku buat dekat sama mereka. Aku kecewa banget sama papa, bisa setega itu sama anak sendiri.” “ Siapa yang bilang gitu ke kamu.?” “ Nggak penting itu siapa, aku Cuma mau papa jangan pernah ikut campur urusan pertemanan aku di sekolah lagi.” Sofia kemudian pergi meninggalkan ruangan itu, papa Bian sempat mengejarnya namun ketika sampai di lobby dia melihat mang Ujang yang memberi kode kepadanya untuk menjaga Sofia dengan baik. Papa Bian terlihat frustasi melihat Sofia yang datang protes tentang teman-temannya, jika sudah seperti ini maka akan sangat sulit membuat Sofia mengerti. Terpaksa Bian harus memikirkan cara lain agar putrinya itu merasa tenang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD