Chapter 6

1855 Words
Anak laki-laki itu terlihat menenteng kantung sampah untuk di buang ke tempat pembuangan sampah yang berada tak jauh dari rumah yang ia tempati, saat itu pandangannya tertuju pada seorang gadis cantik yang berlari menuju pintu gerbang kompleks. “ Itu kan Non Sofi.” Ucap Diandra langsung mengenalinya meski gadis itu memakai penutup kepala. Diandra segera membuang sampahnya dan mengejar langkah Sofia yang kini sudah keluar dari kompleks, Diandra tidak mengerti kenapa gadis itu pergi sepagi ini dengan dandanan yang aneh. “ Non Sofia.” Panggil Diandra namun sayangnya Sofia tidak mendengar panggilan itu dan sekarang dirinya sudah menyebrang jalan dan terus berlari sebisanya. “ Kasih tau ibu nggak ya? Dia nggak kabur dari rumah kan? Duh gimana ini?” Diandra yang kebingungan pun akhirnya memutuskan untuk mengejar Sofia, ia berharap gadis itu tidak pergi terlalu jauh dan dapat segera di temuinya. ** Pagi itu papa Bian merasa harus meminta maaf pada Sofia, dia merasa bersalah telah membuat putrinya sedih. Mungkin ini waktunya untuk memberikan kebebasan pada Sofia, dan dia pun bangkit untuk segera menemui putrinya itu. “ Sofia, kamu sudah bangun.?” “ Sofia? Ayo sayang, bukain papa pintu dong.” Tak ada jawaban dari dalam, papa Bian mengira bahwa Sofia masih marah padanya dan tidak ingin membuka pintu. Ketika papa Bian mencoba untuk membuka knop dan berhasil, ia pun langsung masuk ke dalam namun tak menemukan keberadaan Sofia di dalam kamarnya. “ Sofia? “ Panggilnya sekali lagi. Keadaan tempat tidur yang masih rapih dan jendela kamar yang sudah terbuka namun tidak ada keberadaan gadis itu di dalam sana, Papa Bian sudah mencoba mengecek kamar mandi namun tetap tidak ada. “ Sofia kamu dimana sayang? “ Ketika Papa Bian hendak mencarinya di luar, ia mendapat secarik sticky notes yang tertempel di pintu kamar gadis itu. Dear Papa Bian Maafin Sofia yang harus pergi dari rumah, Sofia nggak mau terus di kekang sama sikap protektif papa yang berlebihan. Sofia nggak akan balik ke rumah sampai papa berubah pikiran, sekali lagi maafin Sofia. Sampai jumpa lagi pah. Dari semua mimpi buruk yang di takuti akhirnya terjadi, Papa Bian tidak menyangka putrinya akan melarikan diri dari rumah. Hal ini membuatnya tidak dapat berkata-kata lagi, papa Bian segera memerintah Mbok Tati dan Mang Ujang untuk mencari Sofia di sekitar kompleks sampai ketemu. ** Disinilah Sofia sekarang, di sebuah taman kota seorang diri dengan wajah sendunya menatap ke bawah dengan segala pemikiran yang ada, dia telah melarikan diri dari rumah sejak pukul 06:00 pagi dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 10:00. Sofia tidak tahu harus kemana lagi, di Jakarta dia hanya punya papa Bian sementara keluarga dari papa dan mamanya berada di luar kota. Dia benar-benar sendirian, namun tak membuatnya berpikir untuk kembali ke rumah papanya. “ Huu, akhirnya ketemu.” Sahut seseroang berhasil membuat Sofia terkejut. “ Diandra? Kenapa kamu ada di sini.?” Tanya Sofia penasaran. “ Aku lihat kamu lari dari rumah, aku udah berusaha kejar tapi nggak ketemu. Dan ternyata kamu ada di tempat ini, ngapain sih pergi dari rumah segala? Kamu mau buat papa kamu khawatir apa.?” “ Biarin aja, aku nggak mau balik ke rumah.” Diandra menggaruk kepalanya tak gatal, kemudian dia menghampiri Sofia dan duduk di sebelah gadis itu. “ Aku minta maaf soal yang kemarin.” Lontar Diandra tiba-tiba. “ Hmm, aku maafin.” Balas Sofia pelan. “ Kamu beneran kabur dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun.?” “ Hmm.” “ Aku yakin sekarang papa mu pasti sibuk mencarimu.” “ Aku nggak peduli, papa sangat egois selalu saja keinginannya yang harus di turuti sedangkan keinginanku selalu di nomor dua kan.” “ Kamu jangan begitu, papa mu itu sayang banget sama kamu itu sebabnya dia ngejaga kamu banget.” “ Cara papa itu berlebihan, kalau memang aku sakit dan nggak boleh kecapekan kan nggak harus sekolah di rumah terus. Aku juga mau kaya orang-orang ngerasain hidup normal.” “ Justru aku mau kaya kamu.” Ucap Diandra membuat Sofia kebingungan. “ Kamu masih punya seorang papa yang sangat sayang sama kamu, berkecukupan, dan perhatian. Sedangkan aku, aku hanya seorang anak pembantu itu pun aku ini adalah anak angkat mereka, untuk sekolah pun harus kerja dulu biar bisa dapat uang buat bayar sekolah.” “ Walaupun kamu nggak sekolah di luar, tapi kamu tetap mendapatkan pendidikan yang sama dengan mereka. Kita harus banyak-banyak bersyukur, hidup Cuma sekali jangan di bikin tambah rumit.” Lanjut Diandra berhasil membuat Sofia berubah pikiran. “ Pulang yuk, jangan bikin orang di rumah cemas. “ Ajak Diandra kemudian di balas anggukan pelan dari Sofia. ** Sofia dan Diandra terkejut setelah melihat halaman rumah Sofia kedatangan mobil polisi, beberapa para tetangga pun ikut meramaikan halaman tersebut. Ketika Sofia dan Diandra muncul, mereka semua heboh dan papa Bian langsung berlari memeluk Sofia dengan rasa khawatir yang tinggi. “ Kamu nggak kenapa-napa kan.?” Tanya papa Bian mengecek kondisi Sofia saat itu. “ Maafin aku pah.” Ucapnya lirih. “ Iya sayang, papa juga minta maaf.” Balas Papa Bian sangat bersyukur atas keselamatan Sofia. Dengan sangat meminta maaf papa Bian mengucapkan permintaan maafnya pada polisi yang sudah datang untuk menolongnya dan para tetangga yang ikut mencari, setelah Sofia di temukan semua orang pergi dan mereka pun masuk ke dalam rumah. Sofia dan Diandra menjelaskan kronologinya kenapa Diandra bisa kembali bersama Sofia, mendengar kalau Diandra lah yang membantu Sofia pulang membuat papa Bian mengucapkan rasa terima kasih yang tinggi kepada Diandra. “ Karena kamu sudah menemukan dan membawa Sofia kembali ke rumah, saya akan menyekolahkan kamu di sekolah terbaik di Jakarta bersama dengan Sofia.” Ucap Papa Bian seketika membuat Sofia terkejut bukan main. “ Papa serius aku boleh sekolah di luar dan sama Diandra????” Seru Sofia masih tidak percaya. “ Iya sayang, kamu boleh sekolah di luar asal sama Diandra.” Balas papa Bian mendapat pelukan hangat dari Sofia. “ Terima kasih pah, aku sayang banget sama papa.” “ Papa juga sayang banget sama Sofia.” ** Ketakutan Bian untuk melepaskan Sofia ke dunia luar setelah selama ini hidup di dalam rumah cukup membuatnya sangat khawatir, namun setelah apa yang terjadi akhir-akhir ini dia juga tak bisa membiarkan Sofia terus menerus bersedih karena akan memperngaruhi kesehatan mentalnya nanti. Mau tidak mau dia pun merekomendasikan Diandra untuk satu sekolah dengan Sofia di SMA swasta Bakti Jaya, dimana SMA itu merupakan sekolah elit yang hanya dapat di akses oleh orang-orang kaya saja. Hari ini Sofia dan Diandra akan ke sekolah untuk menjalani rakaian tes masuk, dengan di temani mang Ujang keduanya pun segera menuju kesana. Pastinya keselamatan Sofia harus di perhatikan oleh mang Ujang dan juga Diandra atas perintah dari Papa Bian. “ Wah, jadi ini yang namanya sekolah.” Seru Sofia sangat terpesona. “ Kamu serius belum pernah menginjakkan kaki di sekolah mana pun.?” Tanya Diandra tidak percaya. “ Aku serius, ini pertama kalinya aku datang ke sekolah.” “ Sulit di percaya, aku baru menemukan orang sepertimu di dunia ini. Bahkan anak-anak di desa yang tidak bersekolah pun setidaknya pernah sekali saja menginjakkan kaki di halaman sekolah.” “ Aku sangat senang akhirnya di bolehkan bersekolah, ini semua berkat kamu Diandra.” “ Terima kasih ya.” Seru Sofia meliriknya sebentar. “ Aku yang terima kasih, karena papa kamu aku bisa sekolah dengan mudah mendaftar di sekolah ini.” Dengan begini Diandra akan menjadi teman pertamanya untuk memulai kehidupan baru, tidak sabar rasanya untuk segera bersekolah dan menemukan teman-teman yang dapat di ajak berbagi canda dan tawa bersama. ** Hari ini merupakan hari terakhir Sofia melakukan home schooling bersama para gurunya, dan semua guru termasuk bu Rosa ikut menghadiri perpisahan yang di selenggarakan di kediaman papa Bian. Sayangnya papa Bian tidak bisa ikut hadir karena sedang sibuk di kantor, semua urusan di handle oleh Mbok Tati dalam menyiapkan semuanya. Untuk pertama kalinya rumah dalam keadaan ramai oleh orang-orang, dan Sofia sangat senang mengingat dirinya yang sudah resmi mendapat ijazah dari home schooling yang ia lakukan selama ini. “ Selamat ya Sofia, dengan ini kamu sudah resmi lulus.” “ Jadi gimana nanti SMA mau lanjut home schooling lagi.?” “ Nggak bu, saya udah boleh sekolah di sekolah luar.” Jawab Sofia dengan senang hati. “ Bagus dong, emang mau sekolah dimana nanti.?” “ SMA Bakti Jaya.” “ Tempat bu Rosa dong kalo gitu, kamu bakal ketemu lagi nanti sama dia.” Sofia melirik bu Rosa yang sejak tadi tersenyum ke arahnya, melihat hal itu membuat Sofia juga merasa senang. Dari semua guru yang mengajarinya di rumah memang hanya bu Rosa yang di rasanya sangat dekat dan sudah seperti keluarga untuknya. “ Bu Rosa makasih yah selama ini udah ngajarin aku banyak hal.” Kata Sofia setelah ia menghampiri wanita itu. “ Sama-sama sayang, ibu juga senang kok bisa ngajarin kamu. Dan juga ibu lebih senang akhirnya papa kamu ngebolehin kamu sekolah di luar, nanti kalau kamu udah resmi masuk sekolah di tempat ibu. Ibu bakal kenalin kamu semua tempat yang ada disana.” “ Janji ya bu.” Sofia menyodorkan jari kelingkingnya di depan Bu Rosa. “ Ibu janji.” Balas Bu Rosa membalas janji kelingking di antara mereka. ** Malamnya papa Bian sengaja datang ke kamar Sofia untuk memberikan sesuatu kepada putrinya itu, dan saat dia sudah berada di depan pintu kamar putrinya tanpa sengaja dia mendengar dari dalam sana putrinya sedang mengobrol yang membuatnya penasaran dan membuka pintu itu sedikit lebih lebar. “ Mama, minggu depan putrimu ini akan bersekolah di sekolah luar untuk pertama kalinya. Mama tahu nggak, butuh waktu sembilan tahun buat aku bisa sekolah di luar, akhirnya papa mau mengizinkan aku. “ “ Aku nggak sabar banget mah, mau ngerasain punya teman banyak, coba aja mama masih ada disini pasti mama orang pertama yang harus anterin aku ke sekolah.” Tok..tok..tok... Sofia terkejut dan langsung menoleh melirik ke arah pintu, ia melihat papa Bian yang sedang tersenyum ke arahnya. “ Sejak kapan papa ada disana?” “ Sejak kapan ya? Pokoknya sejak kamu ngobrol sama foto mama kamu.” “ Ah, aku jadi malu.” “ Ngapain malu, nggak apa-apa kok sekali-kali ngobrol sama foto mama.” “ Hmm, papa bawa apaan.?” Lirik Sofia pada sebuah kotak yang di bawa oleh papa Bian. “ Ini buat putri papa.” Ucapnya sambil memberikan kotak itu pada Sofia. Perlahan tapi pasti Sofia mulai membuka penutup kotak tersebut, alangkah terkejutnya dia ketika melihat isi dari kotak tersbut adalah sebuah sepatu yang selama ini di inginkan olehnya. “ Sepatunya untuk kamu pake sekolah di hari pertama kamu masuk.” Ujar Papa Bian seketika mendapat pelukan hangat dari Sofia. “ Makasih ya pah, aku pasti bakal pake sepatunya.” Karena sudah malam, papa Bian pun segera menyuruh Sofia untuk tidur. Dan setelah ia memberian kecupan selamat tidur, ia pun keluar meninggalkan kamar putrinya itu. Setibanya di kamarnya sendiri, papa Bian menuju sebuah foto yang terpajang besar di dinding kamarnya. Dimana foto itu menampilkan seorang wanita cantik sedang tersenyum ke arahnya. “ Putri kita bentar lagi akan sekolah di luar, jujur aku nggak sanggup tapi aku lebih nggak sanggup lagi lihat dia sedih karena ingin memiliki teman. Ini keputusan yang baik kan sayang?” Ucap Papa Bian dengan mata yang berkaca-kaca.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD