Chapter 7

1755 Words
Hari pertama penerimaan siswa baru di SMA Bakti Jaya di langsungkan dengan upacara pembukaan di aula sekolah, karena SMA Bakti Jaya tidak memberlakukan ospek maka dari itu mereka hanya mengadakan semacam upacara pembukaan dan penyambuan siswa baru di sekolah itu. Halaman sekolah kini di penuhi oleh mobil mewah para orang tua siswa, selain siswanya yang hadir dalam pembukaan para orang tua pun turut hadir dalam acara tersebut. Papa Bian dan Sofia datang bersama sedangkan Diandra datang bersama kedua orang tuanya dengan mobil lain, mereka bisa saja satu mobil pergi ke sekolah. Namun Papa Bian hanya ingin berdua dengan putrinya sehingga dia hanya memberikan kunci mobil yang satunya untuk mang Ujang gunakan bersama keluarganya. Mobil sedan hitam itu baru saja berhenti di pelataran parkiran sekolah, terlihat Sofia yang mulai gugup sambil mencengkram tali tasnya cukup erat. Tatapannya terus tertuju keluar dimana ia bisa melihat banyaknya siswa baru yang berjalan bersama kedua orang tua mereka menuju aula sekolah. “ Gimana? Udah siap.?” Tanya Papa Bian lirih. Pertama-tama Sofia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, ia berusaha meyakinkan dirinya untuk menghadapi semua ini dengan berani. Ia pun mengangguk pelan dan segera turun dari mobilnya. Sofia dan papa Bian segera melangkah bersama menuju aula, sejak tadi Sofia tidak berani melepas tangan papanya dan hal itu sudah menjadi kebiasaan bagi Sofia kemana-mana harus bergandengan tangan dengan papanya. Meskipun sebelumnya dia sangat ingin sekolah di luar dan mendapat banyak teman, rasa gugup dan takut tentu tidak bisa hilang begitu saja jia dia melihat kerumunan orang dalam satu tempat. “ Kamu duduknya sama Diandra ya, papa harus duduk sama para orang tua lainnya.” Ucap Papa Bian ketika mereka sudah berada di aula. Papa Bian menyerahkan Sofia kepada Diandra dan dirinya yang segera bergabung bersama para orang tua lainnya. “ Diandra tahu kalau Sofia sangat gugup, dia pun memberikan sebuah permen kepada Sofia untuk mengurangi rasa gugupnya itu. “ Permen bisa membuat kita merasa lebih baik di tempat umum.” Bisik Diandra dan Sofia pun segera mencoba permen tersebut. Seperti apa yang di katakan oleh Diandra, mengunyah permen dapat membuat rasa gugup sedikit berkurang. Kini dia dapat duduk dengan tenang sembari memperhatikan acara tersebut di mulai. ** Setelah acara pembukaan selesai, siswa dan para orang tua harus berpisah dimana semua siswa akan di mengecek ruang kelas mereka masing-masing. Sofia dan Diandra sudah berpisah dengan orang tua mereka dan saat ini sedang menuju papan pengumuman untuk melihat di kelas mana mereka berada. Melihat papan pengumuman yang ramai oleh para siswa, Sofia dan Diandra pun terpaksa harus menunggu hingga tempat itu sepi. Namun karena Diandra sudah tidak sabar ingin melihat kelasnya, ia pun meminta Sofia untuk menunggunya selagi dia menyerobot untuk melihat pengumumannya. Beberapa orang yang lewat terlihat memperhatikan Sofia, ia merasa malu hingga harus menundukkan wajahnya. Sebagian dari mereka memperhatikan penampilan Sofia mulai dari tas, jepitan rambut, jam tangan, hingga sepatu yang di gunakan Sofia merupakan barang branded merk ternama itu sebabnya dia menjadi pusat perhatian saat itu. “ Kamu anak baru ya.” Sahut seorang gadis menatap Sofia dengan tatapan tak biasa. “ Iya.” “ Kamu mau sekolah atau fashion show hah?” Sofia terdiam tak bisa berkata-kata lagi, sepertinya yang mengajaknya bicara saat ini adalah seorang senior di sekolah itu. Seperti yang di ceritakan oleh Bu Rosa bahwa kepada senior harus bersikap sopan. “ Maaf kak, saya nggak ngerti maksud kakak apa.” Jawab Sofia lirih. “ Udah Les, jangan berurusan sama anak baru.” Sahut salah satu temannya dan kini Sofia di tinggal sendirian tanpa kejelasan. Sofia menatap sepatu pemberian papa Bian yang membuatnya merasa apakah karena sepatu itu dirinya sampai di tegur oleh seniornya? Tapi dari segi penampilan, sepatu itu memang sangat sederhana meski dari brand ternama. “ Sofia, aku udah lihat daftarnya. Kita di kelas yang sama.” Seru Diandra yang kini muncul di depan Sofia. “ Loh, wajah kamu kenapa sedih gitu.?” Tanya Diandra heran melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh Sofia. “ Menurut kamu penampilan aku berlebihan ya.?” Ucap Sofia menatap Diandra lurus. “ Hmmm, sebagai anak desa yang menilai penampilan anak kota menurutku memang cukup berlebihan. Tapi bukannya itu normal untuk kalian yang memiliki segalanya.” Jawab Diandra kembali membuat Sofia hanya dapat terdiam. “ Sudah, jangan dengarkan omongan orang lain tentang penampilanmu. Kamu ya kamu, dia ya dia. Selagi itu tidak merugikan orang lain kau tidak perlu mendengarkannya oke.” Lontar Diandra kemudian mengembalikan senyuman di bibir Sofia. ** Di dalam kamarnya Sofia terlihat sedang sibuk membuka situs internet untuk mencaritahu tentang kehidupan sekolah di luar, ia tak ingin kejadian tadi pagi kembali terulang. Dengan membuka kata kunci ‘penampilan anak sekolah’ situs itu pun memperlihatkan gambaran penampilan anak sekolah pada umumnya. Tak ada yang aneh dengan penampilan mereka, dan sama seperti yang di gunakan oleh Sofia pun tidak begitu mencolok dari segi model. “ Apa memakai barang branded itu berlebihan? Lalu apa yang harus ku gunakan.” Ucap Sofia melirik ke arah koleksi barang-barangnya yang keseluruhan adalah barang branded asli. Sejak kecil papa Bian selalu memberikan barang-barang branded kepadanya, dan hampir semua adalah barang asli langsung dari luar negeri. Sofia sendiri di buat semakin bingung harus berbuat apa. Namun ucapan Diandra di sekolah tadi kembali membuat Sofia merasa lebih baik, dia tidak perlu mendengarkan ucapan orang lain tentang penampilannya selagi itu tidak merugikan orang lain. “ Non Sofia, di panggil bapak buat makan malam.” Sahut Mbok Tati dari luar kamar. “ Iya mbok, sebentar lagi saya turun.” Jawab Sofia dan segera menutup layar laptopnya. ** Hari pertama di mulainya sekolah membuat Sofia sangat tidak sabar, jantungnya berdegup sangat keras ketika dirinya memasuki ruang kelas dan mulai mencari kursi untuk dirinya sendiri. Kursi di urutan nomor dua di dekat jendela cukup bagus namun ketika Sofia hendak mengambilnya seseorag telah duluan menjatuhkan tubuhnya disana, alhasil ia mencari kursi lain dan kembali bernasib sama. Melihat Sofia yang kebingungan dengan kursinya Diandra pun menarik gadis itu untuk duduk di sebelahnya di kursi paling depan, Sofia kemudian tersenyum dan akhirnya menyetujui kursi pilihan Diandra itu. “ Masih gugup ya.?” Tanya Diandra pelan. “ Lumayan, jadi gini ya rasanya duduk di bangku sekolah.” Balas Sofia berhasil membuat Diandra tersenyum mendengarnya. Diandra sendiri benar-benar tidak menyangka ini pertama kalinya Sofia duduk di bangku sekolah, ia tidak bisa membayangkan bagaimana Sofia selama ini yang mendapat pendidikan hanya di rumahnya saja. “ Halo semuanya, kenalin nama gue Kayla Putri Nugraha, pasti kalian semua nggak asing kan dengan nama belakang gue.” Sahut seorang gadis berambut gelombang yang baru saja masuk ke dalam kelas dan langsung memperkenalkan dirinya di depan semua orang. Namun respon dari mereka terlihat datar, Sofia yang mendengar nama Nugraha itu langsung mengingatnya dan mengangguk pelan. Hal itu membuat Kayla menghampiri Sofia karena hanya dia yang mengetahui soal nama ayahnya. “ Lo kenal papa gue.?” Tanya Kayla menatap Sofia lurus. “ Hmm, dia seorang manager di perusahaan terbesar di Jakarta kan.” “ Benar sekali, gue putrinya Kayla.” Ucap gadis itu sambil menyodorkan tangannya ke arah Sofia. “ Aku Sofia Farasya.” Balas Sofia membalas sodoran tangannya. “ Bentar, ini Gucci asli.?” Tanya Kayla menatap jam tangan yang di pakai oleh Sofia saat itu. Sofia hanya tersenyum simpul sambil mengangguk pelan. “ Masa sih? Kok kelihatan palsu. Nih ya punya gue juga sama, tapi ada tanda ini di bagian bawahnya.” Kayla menunjukkan jam tangan miliknya kepada Sofia namun gadis itu tidak dapat membedakan mana yang asli dan palsu sebab selama ini hanya Papanya yang memberikannya. “ Lo pasti pake barang palsu kan? Tas, jepitan, jam tangan, dan tempat pensil ini pasti kw kan.” Belum sempat Sofia menjawab pertanyaan tersebut, bel tanda pelajaran di mulai baru saja berbunyi di susul kedatangan seorang guru sehingga semua murid mengisi tempatnya masing-masing. “ Kok kamu nggak bilang kalau perusahaan tempat papanya dia adalah perusahaan milik papa kamu?” Tanya Diandra yang sejak tadi hanya diam. “ Biarin aja, aku nggak mau pamer soal papa ke orang lain.” Balas Sofia lirih. Sofia kemudian melirik barang-barangnya yang di katakan oleh Kayla adalah barang palsu, mau itu palsu atau asli tidak membuat Sofia merasa malu. Apapun yang dia gunakan selagi itu pemberian papanya dia akan menjaganya dengan baik. ** Meskipun di kelas itu ada sekitar tiga puluh orang, Sofia tetap merasa kesepian. Tidak ada yang datang untuk mengajaknya berteman, ataukah kehidupan di sekolah luar memang seperti itu? Sofia melihat ada beberapa kelompok yang membuat pertemanan. Pertama ada kelompok orang-orang yang isinya hanya membahas soal mata pelajaran, kemudian kelompok yang membahas soal kpop dan artis-artis luar lainnya. Dan juga ada sekelompok yang memamerkan bakat, harta, dan barang bawaanya seperti kayla saat ini. Sofia melirik Diandra yang sejak tadi tidak ikut berbaur dan lebih memilih untuk membaca sebuah buku, sedangkan Sofia bingung harus menjalin pertemanan dengan kelompok yang seperti apa. “ Kau ingin bergabung dengan mereka? Kau harus ingat kalau mencari teman itu harus yang benar-benar memberimu energi positif. Jika keberadaanmu di anggap sebagai orang terbelakang, kau hanya akan membuat mereka memanfaatkanmu nantinya.” Kata Diandra namun membuat Sofia tidak mengerti dengan maksudnya. “ Hey, Sofia,” Panggil Kayla membuat gadis itu langsung menoleh. “ Sini bentar deh.” Lanjut Kayla yang saat ini bersama dua orang gadis lainnya. Sofia akhirnya beranjak dari kursinya menghampiri mereka, Diandra hanya dapat melihatnya dengan tatapan sayu. Dia tidak bisa memaksa Sofia untuk tidak mendekati mereka walaupun Diandra tahu kalau kelompok pertemana mereka tidak sehat. “ Lo kan pake barang branded gitu, emang orang tua lo kerja apaan.?” Tanya Kayla penasaran. “ Aku di kasih sama papa ku.” Balas Sofia lirih. “ Iya, bokap lo emang kerja apaan? Kok bisa beli barang branded gini, gue aja bisa sampai ratusan juta Cuma buat beli tas sama sepatu yang gue pake sekarang.” “ Papa kerja di kantoran.” “ Barang-barang lo palsu kan, ngaku aja deh.” “ Aku nggak tau, kalau kalian mau nilai sendiri silahkan kok.” Sofia kemudian menunjukkan tasnya terlebih dulu kepada mereka, dan saat di periksa dan di cek keasliannya benar bahwa tas Sofia adalah barang asli. Naura yang merupakan pengoleksi barang branded pun memiliki tas yang sama dengan Sofia dan dari segi kualitas memang asli. “ Coba punya kamu Kay.” Seru Naura ingin melihat tas milik Kayla. “ Hmm, kita ke kantin yuk. Laper nih.” Ajak Kayla tiba-tiba. “ Ya udah hayuk, sama aku juga laper.” Seru Mayang yang sejak tadi menahan lapar. Kayla, Naura, dan Mayang juga mengajak Sofia bersama mereka. Dan ini pertama kalinya Sofia pergi bersama teman-teman perempuannya, akhirnya impiannya untuk memiliki teman kini terwujud sudah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD