Chapter 8

1650 Words
Keesokan harinya, Sofia datang membawakan teman-temannya berupa puch merk dior yang dia punya selama ini namun tidak di gunakannya karena sudah kebanyakan, pouch itu biasanya di dapat ketika papanya keluar negri dan membawa banyak hadiah untuk asistennya dan sisanya akan di berikan kepada Sofia semua. “ Gila, kamu ngasih kita puch dior seharga jutaan rupiah. Lo baik banget sih Sof.” Ucap Naura tak menyangka akan memiliki teman sebaik Sofia. “ Sumpah ini keren banget, bisa di jadiin puch make up.” Seru Mayang. “ Biasa aja tuh, gue juga punya yang kaya gini di rumah.” Lontar kayla. “ Jadi lo nggak mau nih pouchnya.?” Seloroh Naura namun Kayla tetap menerimanya dan memasukkannya ke dalam tasnya. “ Terima kasih banyak ya Sof,” “ Iya Sof, makasih ya.” “ Sama-sama.” Balas Sofia merasa senang bisa memberikan pouch itu ke mereka. Dering bel berbunyi terpaksa membuat mereka harus kembali ke bangku masing-masing, saat Sofia kembali ke tempatnya terlihat Diandra yang memperhatikannya dengan ekspresi prihatin. “ Ada apa? Kok ngeliatinnya kaya gitu.?” Tanya Sofia heran. “ Nggak apa-apa.” Balas Diandra segera mengalihkan perhatiannya. ** Ketika jam pelajaran pertama berakhir, Kayla mengajak teman-temannya termasuk Sofia untuk pergi ke kantin. Saat itu Sofia juga ingin mengajak Diandra namun cowok itu lebih memilih untuk di kelas sambil membaca bukunya. “ Ya udah, kalau gitu aku ke kantin ya.” Sahut Sofia di balas anggukan pelan dari Diandra. Sofia, Kayla, Mayang, dan Naura berjalan bersama menuju kantin sekolah. Sepanjang jalan mereka menjadi sorot tatapan para senior dan juga seangkatan mereka, selain dari penampilan mereka yang sangat trendi, kecantikan Sofia pun turut menjadi pusat perhatian saat itu. “ Kayaknya geng kita ini cukup menonjol juga yah.” Seru Kayla yang salah tingkah duluan. Mereka kini tiba di kantin dan mengambil tempat kosong di bagian tengah, Sofia melirik menu yang tersedia di kantin yang menyajikan banyak menu kesukaannya. Dia senang bisa menikmati waktu bersama di kantin bersama teman-temannya itu. “ Kamu mau apa Sof.?” Tanya Naura yang bagian mencatat menu. “ Aku mau dimsum minumannya air putih aja.” Balas Sofia lirih. “ Kok air putih sih, nggak level banget, minumnya harus jus dong.” Sahut Kayla yang memesan jus melon untuk minumannya. “ Aku nggak boleh jajan sembarangan, air putih kan sehat.” “ Lo kuno banget, padahal barangnya branded tapi seleranya rendah banget.” Sofia terdiam ketika Kayla terus menyudutkan dirinya, dia tidak mengerti kenapa sikap Kayla seperti itu sejak ia memberikan pouch di kelas. “ Ya udah nggak apa-apa, gue juga suka minum air putih kok.” Sambung Mayang menambahkan. “ Oke udah semua ya, gue bawa catatannya ke ibu kantin.” Kata Naura dan bergegas membawa catatan itu. Sambil menunggu pesanan mereka datang, keempat gadis itu mulai mengobrol seputar kisah mereka ketika SMP. Dulu Mayang dan Naura adalah teman satu SMP sebelum akhirnya Naura pindah dan bertemu dengan Kayla. Hingga akhirnya mereka bertiga di pertemukan satu sekolah di SMA Bakti Jaya ini. “ Lo sendiri dulu SMP dimana Sof.?” Tanya Naura dan semua mata kini tertuju pada mereka. “ Kalian jangan kaget dulu ya, sebenarnya aku baru pertama kali sekolah soalnya selama ini aku home schooling.” “ Hah??? Home schooling.?” Ucap mereka bertiga kompak. “ Lo sakit samapai home schooling gitu.?” “ Rasanya home schooling gimana Sof?” “ Jadi lo nggak punya teman dong selama ini.” Pertanyaan-pertanyaan itu berhasil membuat Sofia kebingungan untuk menjawabnya, alhasil dia menjawab pertanyaan pertama dari Mayang. “ Di bilang sakit sih nggak, aku Cuma nggak bisa kecapekan dan papa aku tuh orangnya sangat protektif jadi dia lebih milih aku home schooling dari pada sekolah di luar.” “ Terus jawaban untuk Naura, rasanya home schooling itu ada enaknya dan ada nggaknya. Enaknya aku bisa belajar kapan pun aku mau, tapi nggak enaknya aku nggak bisa punya teman. “ “ Dan jawaban untuk Kayla, iya benar. Aku nggak punya teman, kalian adalah teman cewek pertama yang ku miliki saat ini.” Jawab Sofia sukses membuat ketiganya tidak bisa berkata-kata lagi. “ Terus kenapa kamu sekarang di bolehin sekolah di sini.?” Tanya Naura. “ Papaku akhirnya berubah pikiran, dia udah ngebolehin aku sekolah di luar asalkan aku bisa jaga diri dengan baik.” “ Wah, hebat banget.” Ujar Mayang sambil bertepung tangan. “ Apanya yang hebat? Dia nggak punya pengalaman hidup selama ini, lo bersyukur ada kita yang mau temenan sama lo.” Sahut Kayla menambahkan. Sofia hanya tersenyum simpul, dan pesanan mereka pun tiba. Keempatnya segera menikmati pesanan mereka sambil memuji kelezatan makanan yang mereka pesan. Kantin utama ini memang menyediakan menu komplit dengan rasa yang enaks meskipun harganya cukup mahal untuk kantung seorang siswa. ** Bel tanda pulang pun berbunyi cukup nyaring, semua siswa bergegas merapihkan barang-barang mereka. Seorang ketua kelas mulai memimpin menutup kelas hari itu, dan ketika guru telah meninggalkan kelas barulah mereka juga berbondong-bondong pulang ke rumah masing-masing. “ Sofia, lo mau ikut hang out bareng kita nggak.?” Ajak Naura ketika Sofia dan Diandra hendak meninggalkan kelas. “ Aku nggak dulu deh, soalnya belum izin ke papa.” Balasnya lirih. “ Jaman sekarang kan ada HP, lo bisa nelpon bokap buat minta izin.” Sahut Kayla. “ Iya, kita hang out yuk.” Sambung Mayang. Sofia menoleh ke arah Diandra yang masih menunggunya, sejujurnya ia ingin pergi namun dirinya takut jika papa Bian tidak akan mengizinkannya untuk pergi bersama teman-temannya itu. “ Next time aja ya, aku harus minta izin satu hari sebelum pergi. “ Balas Sofia akhirnya. “ Nggak seru banget.” “ Ya udah nggak apa-apa, next time aja kalau gitu.” Mereka pun pergi bertiga tanpa Sofia, sementara itu raut wajah Sofia sudah berubah sendu. Jika saja dia sebebas mereka dan tak harus izin ke orang tua sudah pasti hidupnya akan jauh lebih baik. “ Ayo pulang.” Ajak Diandra di balas anggukan pelan dari Sofia. ** Malam itu Sofia inisiatif membuatkan kopi dan juga kue untuk papa Bian, dia ingin mengobrol bersama papanya sekaligus membahas soal jalan-jalan bersama temannya sepulang sekolah. Tok..tok..tok.. “ Masuk.” Sahut papa Bian dari dalam ruang kerjanya. “ Selamat malam pah, aku buatin kopi sama kue nih.” Sofia berjalan menghampiri papanya dengan nampan yang berisi kopi dan kue. “ Wah, ada angin apa nih putri papa tumben yang nyiapin bukan mbok Tati.” “ Lagi pengen aja, papa lagi ngapain.?” Tanya Sofia melirik layar laptop papanya yang menunjukkan data-data kantor yang sama sekali tidak di mengerti olehnya. “ Papa lagi cek saham, kamu pasti mau ngomong sesuatu kan? Ayo cerita papa dengerin.” Kata Papa Bian menutup layar laptopnya dan fokus melirik ke arah Sofia, “ Jadi gini, rencananya besok aku sama teman-temanku mau pergi hang out. Boleh nggak.?” “ Kamu baru tiga hari jadi anak SMA loh, kok sudah mau hang out gitu.?” “ Emang nggak boleh ya. Anak-anak lain abis pulang sekolah boleh kok hang out ke mall bareng teman-temannya.” “ Sofia, dengarin papa. Bukannya papa nggak mau kamu pergi sama teman kamu, tapi kamu sudah yakin betul kalau teman kamu itu pantas untuk di ajak berteman.?” “ Mereka baik kok pah, setiap saat manggil aku cerita, ke kantin, kerja tugas bareng.” “ Kalau gitu kamu kenalin mereka dulu ke papa, papa mau lihat teman kamu itu kaya gimana.” “ Jadi aku boleh ajak mereka main ke rumah.?” “ Besok siang ajak mereka ke resto dekat kantor papa, kita makan siang bareng. Kamu bisa kesana bareng mang Ujang, oke.” “ Oke pah, makasih ya pah.” Balas Sofia sambil memeluk papanya dengan mesra. ** Setelah jam istirahat di mulai barulah Sofia ingin memberitahu teman-temannya tentang undangan papanya makan siang nanti, dia pun beranjak dari kursinya dan menghampiri kursi Kayla, Naura, dan Mayang. “ Aku ada undangan makan siang nanti sepulang sekolah, kalian bisa datang kan.?” “ Undangan makan siang? Kok tiba-tiba gini.?” Tanya Naura heran. “ Iya, papa ku mau kenalan sama kalian. Papa ngundang kalian makan di resto dekat kantornya bekerja.” “ Seriusan? Wah asyik dong.” Seru Mayang begitu kegirangan. “ Resto bintang lima nggak? Soalnya gue nggak biasa makan di resto murah.” Sahut Kayla mendapat sorotan dari Naura dan Mayang. “ Kalau kita berdua apa aja asal gratis.” Seru Mayang di balas anggukan mantap dari Naura. “ Nanti aku tanya papa lokasi restonya dimana ya.” Balas Sofia kemudian. “ Oke, kita tunggu.” Ucap Kayla pelan. Sofia pun kembali ke bangkunya dan langsung menghubungi papanya perihal lokasi resto yang akan mereka kunjungi, saat itu Diandra lagi-lagi menatap Sofia dengan rasa sebal melihat dirinya berteman dengan sekumpulan orang-orang sombong. “ Kata papaku nama restonya The Gunawarman.” Sahut Sofia setelah mendapat balasan dari papanya. Kayla, Naura, dan Mayang segera melakukan pencarian di google untuk mencaritahu resto yang di sebutkan oleh Sofia barusan. Setelah melakukan pencarian sontak mereka bertiga langsung terkejut bukan main, resto tersebut merupakan resto kaum elit di Jakarta dan harga menunya setara dengan satu unit sepeda motor matic biasa. “ Kamu serius mau ngajak kita makan di tempat ini.?” Tanya Mayang masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. “ Papa ku yang bilang, jadi nggak ada masalah.” Balas Sofia kemudian. “ Papaku yang seorang jaksa aja nggak pernah bawa aku ke tempat ini.” Ucap Mayang sambil menggaruk kepala tak gatal. “ Jangankan lo, gue aja yang anak anggota DPR nggak pernah sekali pun ke resto ini.” “ Lo gimana Kay.?” “ Udah dong, gue udah sering ke tempat itu sama bokap.” Balas Kayla santai. “ Jadi gimana review disana? Enak.?” “ Ya ialah, mana ada sih makanan resto mahal yang nggak enak.” Balas Kayla. “ Aku jadi nggak sabar, bokapnya Sofia kaya banget pasti.” Sofia merasakan kesenangan tersendiri melihat teman-temannya setuju untuk hadir makan siang bersama papanya sepulang sekolah nanti, rasanya ia ingin cepat-cepat membawa mereka ke tempat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD