39

1805 Words
" Kamu kok kelihatan gelisah banget dari tadi? Kenapa sih.? " Tanya Galih pada Sofia yang sejak tadi memikirkan ketakutannya jika papa Bian tahu dia pergi bersama seorang cowok. " Kamu nggak biasa makan bakso di pinggir jalan gini ya.? " Lanjut Galih menatapnya lurus. " Jujur ini pertama kali aku makan bakso di pinggir jalan. " Balas Sofia lirih. " Serius? Kamu nggak bakal sakit perut kan.? " Sofia langsung menggeleng pelan dan menyuap sesuap bakso penuh ke dalam mulutnya. " Aku bisa makan apa aja dan dimana aja, jadi nggak perlu khawatir. " Balasnya cepat. Galih tersenyum tipis mendengarnya, saking gemasnya dengan kelakuan Sofia dia langsung mengusap rambut gadis itu dengan lembut yang justru membuat Sofia tak bisa mengedipkan matanya saat ini. " Kamu lucu banget. " Kata Galih berhasil membuat perasaannya campur aduk. Sofia dan Galih saat ini sudah menjalani hubungan mereka sebagai sepasang kekasih, pengakuan Sofia rupanya membuat Galih juga mengakui perasaannya. Meskipun Sofia tidak tahu bagaimana caranya berpacaran dia tetap akan menjalaninya sebagaimana Galih memperlakukannya dengan sangat manis seperti ini. " Kamu mau main ke rumah aku nggak.? " Tanya Galih tiba-tiba. " Serius aku boleh ke rumah kak Galih.? " Ucap Sofia terkejut. " Boleh, aku mau kenalin kamu ke ibu sama bapak aku. " "Apa nggak kecepetan kenalin aku ke mereka.? " " Justru bagus loh kalo hubungan kita di tahu sama orang tua kita, kenapa? Kamu belum siap ketemu sama ibu bapak aku ya.? " " Nggak, bukan begitu. Tapi aku nggak ada persiapan buat ketemu mereka. " " Memangnya kamu mau siapin apa.? " " Apa aja, masa aku kesana nggak bawa apa-apa. " " Santai aja, kamu nggak usah bawa apa-apa. " " Besok aja ya, aku nggak siap. " " Hmm, ya udah kalau kamu mau nya begitu. " Mereka kembali menikmati semangkuk bakso di depan mereka dengan tenang, Galih benar-benar memperhatikan Sofia dengan sangat baik mulai dari mengambilkannya tissu dan membersihkan kotoran yang terdapat di dekat bibir gadis itu. ** Sebuah taksi baru saja berhenti di depan rumah besar berwarna putih itu, seorang gadis berseragam SMA pun turun dan melihat sekitar dengan was-was. " Non Sofia dari mana aja sih, mang Ujang udah cari kemana-mana. " Sahut mang Ujang yang dengan sigap membuka pintu pagar setelah melihat keberadaan Sofia di luar. " Aku abis dari rumah teman mang, kerja kelompok." Balas Sofia bohong. " Tapi kenapa Diandra nggak tau apa-apa soal itu.?" " Kan aku sama dia nggak satu kelompok." " Tapi non Sofia nggak kenapa-napa kan.?" " Nggak, santai aja. Papa belum pulang kan." " Belum non." " Rahasiain dari papa ya." Sofia pun beranjak masuk ke dalam rumah dengan santai, dia masih merasa bahagia karena telah menghabiskan waktu bersama Galih hari ini. Saat hendak menaiki anak tangga dirinya bertemu dengan Diandra, rupanya Diandra dengar percakapannya bersama mang Ujang di luar barusan. " Kerja kelompok sama siapa? Perasaan kita nggak ada tugas kelompok." lontar Diandra " Kamu kenapa jadi cerewet begini sih, udah aku capek mau istirahat." Lanjut Sofia melangkahkan kakinya. " Kalau kamu pergi sama cowok itu aku bakal laporin kamu ke pak Bian." " Diandra.!!!" Sentak Sofia. " Sejak kapan kamu berani laporin aku ke papa.?" " Kamu belum kenal betul sama cowok itu, aku cuma nggak mau kamu kena tipu lagi." " Stop ikut campur urusan aku, kamu nggak ada hak buat ngatur aku." Balas Sofia ketus. Diandra hanya dapat terdiam menyaksikan Sofia yang sudah menaiki anak tangga, dia merasakan perubahan sikap Sofia yang sangat drastis setelah dia mengenal Galih. Dan perasaan khawatir Galih pada Sofia sangat tulus, dia takut Sofia akan kembali di kendalikan oleh orang lain. ** Dan keesokan harinya, Sofia dan Galih benar-benar akan pergi menemui orang tua Galih. Kali ini Sofia membawakan sesuatu untuk kedua orang tua Galih, namun dia tidak memberitahu Galih tentang isinya karena dia ingin kedua orang tua Galih yang duluan tahu soal itu. " Kamu mau kemana.?" Sahut seseorang berhasil membuat langkah Sofia dan Galih berhenti. " Diandra.?" " Bapak udah nungguin kamu di luar, kenapa kamu keluar lewat pintu belakang.?" Tanya Diandra yang ternyata sudah mengikuti Sofia sejak tadi. " Aku mau pergi sama kak Galih." Balas Sofia tegas. " Kamu udah izin sama pak Bian.?" " Apa salahnya sih nggak usah kasih tau papa, lagi pula aku pulang ke rumah sebelum papa pulang kok." " Tapi kenapa kamu harus pergi sama dia.?" Tunjuk Diandra pada Galih. " Aku sama kak Galih udah pacaran, kamu puas? Sekarang jangan ganggu aku, pulang sana dan kasih tahu mang Ujang juga kalau aku nggak pulang sama dia." " Nggak bisa, kamu harus pulang sekarang." Diandra segera meraih tangan Sofia untuk membawanya pergi, namun Galih dengan cepat ikut menahannya. " Dia nggak mau pulang, biarin dia pergi bareng gue." Kata Galih menatap Diandra tajam. " Aku nggak mau kelihatan kurang sopan sama senior, tapi ini sudah tugas aku dari papanya dia untuk tidak pergi dengan sembarang orang." Kata Diandra. " Dia bukan sembarang orang seperti yang kamu pikirkan, udah cukup. Aku akan tetap pergi sama kak Galih." Sofia melepaskan tangan Diandra dengan paksa dan segera menarik Galih pergi dari hadapannya. ** Sepanjang perjalanan menuju rumah Galih, Sofia terlihat sendu sambil memikirkan Diandra. Dia juga takut jika cowok itu benar-benar akan memberitahu papa Bian, namun di samping itu ada Galih yang menenangkannya dan mencoba untuk membuatnya kembali tersenyum. Untuk sampai di rumah Galih, mereka harus masuk ke dalam gang sempit yang memang hanya bisa di lewati oleh sepeda motor. Sofia melihat suasana perumahan yang saling berdempetan itu dengan tatapan sayu, dia baru pertama kali datang ke lingkungan seperti itu sehingga dia sedikit terkejut melihatnya. Setibanya di rumah Galih, rupanya sudah ada ibu Galih yang sedang merapihkan tanaman yang ada di halaman rumah. Rumah Galih terlihat lumayan besar dengan bahan berlapis kayu yang terdapat beberapa lubang-lubang dan mulai.terlihat lapuk. " Bu, ini Sofia pacar Galih yang kemarin Galih kasih tau ke ibu kalau dia mau main ke rumah." Kata Galih pada ibunya. Terlihat di wajah ibu Galih yang tampak tak senang melihat keberadaan Sofia, dia hanya menyambut uluran tangan Sofia dan menatapnya datar kemudian kembali merapihkan tanamannnya. " Bu, aku ada bawa hadiah untuk ibu." Kata Sofia sambil menyodorkan paper bag kepada ibu Galih. Wanita setengah baya itu kemudian kembali bangkit dan menerimanya, dia sangat terkejut setelah melihat isinya dan menanyakan keaslian dari tas yang di berikan oleh Sofia itu. " Ini beneran tas asli.?" Tanya Ibu Galih tak percaya. " Iya bu, asli." Jawabnya lirih. Ekspresi ibu Galih langsung berubah sangat cepat bahkan sikapnya kepada Sofia pun ikut berubah, dia kemudian membawa Sofia masuk ke dalam dengan sangat ramah. Di dalam ada bapaknya Galih yang sedang minum kopi dan dia kembali memberikan hadiah kepada beliau berupa jam tangan edisi terbatas dimana sebenarnya jam itu hendak di berikan kepada Papa Bian namun karena papanya sudah memiliki banyak jadi Sofia memberikan jam itu kepada bapaknya Galih. " Kamu anak orang kaya, kenapa mau sama anak saya yang miskin ini.?" Tanya beliau penasaran. " Saya nggak melihat dari harta pak, kak Galih baik sama saya jadi saya mau pacaran sama dia." Balas Sofia tersenyum senang. Siang itu juga ibu Galih membuatkan makanan untuk Sofia, begitu pun bapak Galih yang dengan semangat keluar rumah mencari cemilan untuk pacar putranya itu. " Kamu padahal nggak usah kasih apa-apa ke mereka, apalagi tadi kenapa kasih yang mahal gitu sih.? " Bisik Galih. " Aku ada banyak di rumah, dan kebetulan yang aku kasih masih baru dan nggak ada niatan untuk aku pake, makanya aku lebih baik kasih orang tua kamu aja. " Balasnya pelan. " Maafin mereka ya kalau sikapnya seperti itu. " Bisik Galih lagi. " Nggak apa-apa, aku senang kok. " Balas Sofia. ** Hari ini Sofia telah banyak menghabiskan waktu di rumah Galih, dia mendapatkan pelajaran baru dari kehidupan yang di anggapnya sangat monoton. Untuk pertama kalinya dia bahkan berani mencuci piring makan setelah mereka selesai makan siang bersama, banyak hal yang di lakukan Sofia dan itu atas dasar keinginannya sendiri. " Sudah mau pulang ya. " Sahut Ibu Galih. " Iya bu, maaf ya kalau saya banyak merepotkan. " Balas Sofia. " Nggak sama sekali, kamu sering-sering aja datang kesini ya. " Sofia tertawa kecil sambil mengangguk pelan, dan Galih pun segera mengantar Sofia sampai ke depan untuk mengambil taksi. Dia pun pamit pada kedua orang tua Galih dan segera naik ke atas motor milik cowok itu. " Woy Galih, ntar malam jangan lupa. " Sahut seseorang yang berada tak jauh dari tempat mereka lalui baru saja menarik perhatian Sofia. " Dia siapa? Kamu mau apa nanti malam.? " Tanya Sofia penasaran. " Oh itu, teman aku. Biasanya kalo kita anak gang sini nanti malam ngeronda jaga-jaga takut ada maling atau apa gitu. " Balas Galih. Sofia menagangguk paham, sama seperti seorang satpam di kompleksnya yang juga menjaga keamanan tempat tinggalnya dari para penjahat. Setelah keluar dari gang Sofia pun turun dari motor matic milik Diandra, kemudian sebuah taksi baru saja berhenti tepat di depan mereka. " Aku pulang ya, terima kasih untuk hari ini. " Kata Sofia dengan senyuman. " Aku yang seharusnya terima kasih. " Balas Galih ikut tersenyum. Akhirnya Sofia masuk ke dalam taksi, dia masih melambaikan tangan pada Galih dan senyuman di wajahnya tampak sangat bersinar seakan tak mau pudar. Bertemu dengan orang tua Galih hari ini benar-benar pengalaman yang tidak akan di lupakan oleh Sofia, dia sangat senang bahkan dia berpikir bahwa kesenangan ini tidak bisa di gantikan dengan apapun. ** Sofia kembali ke rumah dengan selamat dan aman, kali ini dia tidak harus berhadapan dengan mang Ujang ataupun Diandra lagi. Papa Bian juga belum pulang ke rumah sehingga dia bisa melakukan hal ini setiap hari. Namun ketika Sofia masuk ke dalam rumah, dia terkejut karena papa Bian ternyata sudah pulang. Seperti dulu dia akan menatap Sofia lurus kemudian menyuruhnya untuk duduk di depannya. " Diandra lapor ke papa kalau kamu sudah dua hari ini pergi sama cowok, kamu pulang lewat pintu belakang supaya mang Ujang nggak bisa lihat kamu pergi, apa itu benar.? " Tanya Papa Bian membuat Sofia hanya dapat menunduk pasrah. " Siapa cowok itu? Kenapa papa nggak pernah tahu soal dia.? " Sofia tetap diam, dia takut untuk menjelaskannya. Papa Bian pastinya akan sangat marah jika tahu putrinya ini sudah menjalin hubungan dengan seorang pria. " Kenapa diam saja? Papa ingin tahu semuanya. " Sahut papa Bian tegas. " Namanya Galih, dia pacar aku. " Balas Sofia sukses membuat papa Bian sangat terkejut. " Papa nggak ngebolehin kamu pacaran, kenapa kamu bisa-bisanya melakukan semua ini. " " Kenapa nggak boleh pa? Galih orang baik kok. " " Kamu telpon dia untuk ketemu sama papa besok. Kalau kamu menolak, papa akan membatalkan sekolah kamu dan kembali melakukan home schooling di rumah. " Ancam papa Bian sebelum akhirnya meninggalkan Sofia dengan wajah terkejut tak bisa menerima keputusan dari papanya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD