38

1734 Words
Dan keesokan harinya, Sofia ingin segera dapat bertemu dengan Galih untuk memberikan sepatu bola yang dia beli kemarin. Dari gerak-gerik Sofia sejak kemarin sebenarnya sudah membuat Diandra penasaran, hingga ketika jam istirahat dimulai dan Sofia beranjak dari kelas membuat Diandra juga diam-diam mengikutinya dari belakang. Diandra melihat Sofia menemui cowok yang bernama Galih itu di taman sekolah, dari yang dia lihat keduanya tampak sudah cukup akrab sampai membuat Sofia banyak tersenyum dan tertawa kecil. " Aku ada sesuatu untuk kak Galih." Sofia kemudian mengeluarkan kotak sepatu dalam paper bag yang ia bawa dan di berikan kepada Galih. " Apa ini.?" " Buka aja." Galih mulai membuka penutup kotak itu dan tidak menyangka bahwa isinya adalah sepatu bola kualitas terbaik, dia menatap Sofia tak menyangka karena gadis itu memberikan sepatu yang mahal untuknya. " Kenapa lo beliin gue sepatu mahal ini.? " " Nggak mahal kok kak, aku memberikan sepatu itu supaya kak Galih bisa join club bola. " " Nggak-nggak, gue nggak mau terima sepatu ini. " Galih kembali menutupnya dan memberikan kotak itu kepada Sofia. " Kenapa kak? Nggak suka ya sama sepatunya.? " Tanya Sofia menatapnya memelas. " Bukan gitu, lo kalo ngasih sesuatu mikir dulu dong. Ini kan mahal banget, gue nggak mau terima. " " Kalo kak Galih nggak mau terima terus sepatunya mau aku kemanain.? " " Terserah lo, yang jelas gue nggak mau terima sepatu mahal itu. " Sofia menunduk sedih menatap kotak sepatu itu, dia tidak berkata-kata lagi selain diam seribu bahasa. Melihatnya membuat Galih merasa tidak enak, akhirnya dia menerima sepatu itu tapi berjanji akan mencicilnya jika dia punya uang. Yang tadinya merasa sedih kini membuat Sofia kembali tersenyum, jika Galih tetap ingin membayarnya dengan mencicil pun membuatnya merasa senang. " Di pake ya kak. " Ucap Sofia senang. " Makasih ya. " Kata Galih pelan. ** Sepulang sekolah Diandra langsung menghampiri Sofia, hari ini dia yang akan mengantar Sofia pulang karena mang Ujang sedang mengurus sesuatu. Dia juga sudah di perintahkan langsung oleh papa Bian. " Ayo pulang. " Ajak Diandra di balas anggukan pelan dari Sofia. " Kalian pulang bareng lagi.? " Sahut Nadia. " Iya, kamu pulang sama siapa.? " Tanya Diandra. " Di jemput sama abang kok seperti biasa." Seru Nadia. Mereka bertiga kemudian berjalan bersama keluar dari kelas dan berpisah di halaman parkir dimana Nadia sudah menghampiri kakak laki-lakinya, sedangkan Diandra dan Sofia segera berjalan menuju motor Diandra di parkir. " Sofia, mau pulang bareng gue nggak.? " Sahut seseorang berhasil membuatnya menoleh dengan cepat. Sofia mendapati Galih yang berhenti dengan motornya sedang menatap ke arah Sofia, ketika Diandra keluar dari tempat parkir bersama motor sportnya seketika membuat Galih merasa minder. " Oh, udah ada yang nemenin pulang ya. " Lanjut Galih namun tak bisa membuat Sofia berkata-kata karena takut Diandra tahu. " Gue duluan kalo gitu, sampai jumpa besok. " Kata Galih dan kembali menancap gas meninggalkan tempat itu. " Kamu sama cowok itu udah dekat banget ya.? " Tanya Diandra membuat Sofia terkejut. " Nggak, aku nggak dekat sama dia." Balasnya cepat. " Aku tahu kok sepatu yang kemarin kamu beli buat dia." " Kamu mau laporin ke papa soal ini.?" " Nggak, tenang aja. Aku nggak bakal laporin kamu, tapi kamu juga harus ingat amanah pak Bian jangan sampai buat dia kecewa lagi." " Kak Galih itu orang baik, dia udah dua kali nolongin aku. Aku juga nggak tau kenapa setiap bersama kak Galih rasanya sangat menyenangkan, aku ingin terus melihatnya setiap saat." Kata Sofia tersenyum manis. " Kamu yakin dia orang yang baik.? " Tanya Diandra tiba-tiba. " Yakin banget, dia itu orang yang sangat baik. " Diandra tidak dapat berkata-kata lagi, dia juga tidak mengenal dengan baik soal Galih. Meskipun Galih adalah seniornya, tapi selama ini dia benar-benar tidak tahu apa-apa tentangnya. ** Hari-hari telah berlalu dan Sofia sudah semakin dekat dengan Galih, mereka sering mengobrol bersama ketika hendak tidur bahkan dari mengirimkan pesan menjadi panggilan telepon hingga mereka mulai berani melakukan panggilan video. Bahkan yang sebelumnya Galih menggunakan kata elo gue, kini sekarang sudah berubah menjadi aku kamu. Dia sudah semakin lembut dan lebih perhatian dari hari-hari kemarin. Seperti malam ini, keduanya sedang melakukan panggilan video dimana Sofia meletakkan ponselnya di atas phone holder kemudian dia duduk di atas kursi menatap layar ponsel yang memperlihatkan wajah Galih dengan sangat jelas. " Kamar kamu bagus ya. " Ucap Galih di seberang sana. " Nggak juga kok, sama kaya kamar cewek-cewek lain." Balas Sofia ikut melirik keadaan kamarnya. " Cewek-cewek lain mana ada yang punya lemari tas yang isinya full sama tas begitu? Kamu nggak lagi di kamar mama kamu kan.? " " Mama aku udah meninggal, aku tinggal sama papa sekarang. Dan koleksi di belakang itu memang sebagian punya mama, sebagian punya aku. " " Kamu emang selalu pakai barang-barang bagus, papa kamu emang kerja apa.? " " Kak Galih janji ya jangan kasih tahu siapa-siapa tentang pekerjaan papa.?" " Iya aku janji. " Sofia kemudian memberitahu Galih tentang siapa papa Bian dan seperti apa kekayaan yang dia punya, dia juga memberitahu Galih kalau sepatu bola yang waktu itu dia beli bukanlah apa-apa untuknya, dia bisa membeli yang lain jika dia ingin. Galih yang baru saja mengetahui bahwa Sofia adalah anak kaya raya membuatnya merasa semakin minder, dia berpikir bahwa dirinya tidak layak berteman dengan Sofia. " Kak Galih kok diam.? " Tegur Sofia penasaran. " Hmm udah dulu ya, aku ada urusan bentar. " Kata Galih di seberang sana. " Ya udah, selamat malam ya kak." Setelah panggilan berakhir Sofia merasa ada yang aneh telah terjadi, apa dia terlalu berlebihan membahas tentang dirinya kepada Galih barusan sehingga membuat cowok itu merubah ekspresi wajahnya. ** Hari ini ada yang berbeda dari Galih ketika Sofia menyapanya dia menolak dan enggan untuk melihat, Sofia heran kenapa Galih seperti itu padahal semalam mereka masih akrab bersama. Sofia berhenti sebentar ketika dia dan Diandra berjalan bersama menuju kelas, gadis itu mengeluarkan ponselnya dan segera mengirim pesan kepada Galih yang berbunyi. " Kak Galih kenapa cuek banget pagi ini.? " Tulis Sofia sambil menunggu balasan darinya. " Kok berhenti.? " Tegur Diandra yang baru menyadari kalau Sofia tidak lagi berjalan di sebelahnya. Sofia kemudian menarik nagas panjang sebelum akhirnya kembali melangkah, setibanya di kelas dia kembali melirik ponselnya dan menatap layar ponsel itu dimana sekarang pesannya telah di baca namun tidak mendapat balasan apapun dari Galih. " Aku salah apa ya? Kok kak Galih tiba-tiba kaya gini ke aku.? " Benak Sofia mulai berpikir yang tidak-tidak. ** Jam istirahat pun berbunyi, lagi-lagi Sofia keluar dari kelas seorang diri yang membuat Diandra di buat penasaran namun kali ini dia tidak mengikuti kemana Sofia pergi melainkan tetap berada di dalam kelas. Sementata itu Sofia kini sudah berada di depan kelas Galih, dia bertanya pada salah satu teman kelas Galih kalau dia ingin bertemu dengan cowok itu. " Kamu kenapa cariin Galih.? " Tanya senior nya itu. " Ada perlu aja kak sama dia. " Balas Sofia pelan. Seniornya itu hanya menatap Sofia dengan teliti kemudian dia masuk ke dalam kelas memanggil Galih, tak lama setelah itu Galih muncul dan menarik tangan Sofia pergi dari sana agar tak ada yang mendengar percakapan mereka. " Kamu ngapain datang ke kelas aku.? " Tanya Galih terlihat gugup. " Ya aku mau ketemu sama kak Galih, mau ngomong kenapa pesan aku nggak di balas.? " " Kan kamu bisa tunggu sampai aku balas pesannya. " " Nggak bisa, soalnya tadi pagi kak Galih cuekin aku jadi aku kepikiran terus. Kak Galih marah ya sama aku. " " Sofia dengerin aku, kita ini nggak ada hubungan apa-apa. Dan aku kayaknya nggak bisa bergaul sama kamu yang anak orang kaya sedangkan aku? Aku bahkan nggak bisa di saingin sama teman kamu yang namanya Diandra itu. " " Kok kak Galih ngomong gitu.? " " Sekarang udah ya, aku nggak mau kamu datang di kelas aku kaya tadi. Dan stop bertindak seolah-olah kita ini pacaran. " Galih menoleh dengan cepat dan hendak pergi meninggalkan Sofia, namun gadis itu dengan cepat menahan tangannya agar tidak pergi. " Aku suka sama kak Galih. " Kata Sofia dengan lantang. Galih yang mendengarnya pun sontak di buat terkejut, dia menoleh tak percaya pada gadis yang dengan berani mengutarakan perasaannya itu. " Kamu serius suka sama aku.? " Tanya Galih lirih. " Aku nggak tau sejak kapan perasaan ini muncul, tapi aku yakin aku suka sama kak Galih. " Jelas Sofia yang kini menatap wajah Galih dengan berani. ** Bel tanda jam telah berakhir baru saja berbunyi sangat nyaring, Diandra terlihat sibuk dengan tugasnya sebagai ketua kelas yang kembali harus membawa buku tugas semua murid kelas 1-2 ke ruang guru. Hari ini Sofia akan pulang bersama mang Ujang sehingga mereka berpisah di kelas, rupanya ada Nadia yang dengan baik hati menemani Diandra. Dia bahkan mengambil beberapa buku di tangan Diandra agar cowok itu tidak merasa berat saat membawanya. " Kamu sama Sofia kelihatan bukan kaya anak majikan sama anak pembantu loh, kalian akrabnya udah kaya sama aku aja. " Ucap Nadia saat mereka berjalan bersama menuju ruang guru. " Awalnya aku panggil dia non Sofia, tapi dia marah dan akhirnya keterusan panggil dia Sofia deh. " Balas Diandra. " Anak-anak di kelas nggak ada yang tahu kan soal kamu dan Sofia. " " Sampai saat ini Sofia nggak mau bilang ke mereka, mungkin dia lebih nyaman seperti itu. " Setelah mereka tiba di ruangan guru, keduanya meletakkan buku tersebut di atas meja wali kelas mereka dan pamit. Diandra dan Nadia juga berpisah di depan gedung dimana Diandra berjalan ke arah motornya sedangkan Nadia menuju tempat kakak laki-lakinya sudah menunggu untuk di jemput. " Diandra, non Sofia mana.? " Suara mang Ujang baru saja membuatnya terkejut dan menoleh dengan cepat. " Loh, bukannya tadi udah keluar duluan.? " " Nggak ada, dari tadi bapak tunggu tapi belum keluar. Bapak kira dia sama kamu. " Diandra benar-benar tidak tahu kemana Sofia pergi, bahkan saat mereka berpisah di kelas pun tidak terlihat mencurigakan kalau dia akan pergi dengan seseorang. Alhasil Diandra kembali masuk ke dalam dan mencari Sofia dimana-mana, namun setelah di cari dia tidak menemukannya dimana pun. " Aduh gimana ini? Nomornya juga nggak aktif, pak Bian bisa marah nanti. " Keluh mang Ujang. Perasaan Diandra mulai tidak enak, entah mengapa dia teringat dengan Galih. Apa Galih yang membawa Sofia pergi? Jika Sofia yang mengajaknya pergi itu sangat mustahil, Sofia bahkan tidak begitu dekat dengan anak laki-laki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD