Malam yang menyayat hati

1139 Words
Bryan mencoba untuk memejamkan matanya. Namun ada sosok wanita yang tidur satu ranjang dengannya membuat Bryan merasa tak nyaman. Bukan karena belum terbiasa. Hanya saja kenyataan pahit menikah dengan wanita yang tak dicintainya membuat hati Bryan terluka. Pikirannya terus berkelana. Tak pernah menetap dalam jiwanya yang kacau. Bryan terus saja memikirkan tentang keberadaan Cantika dan suaminya malam ini. Malam pertama Cantika dan Orlando yang pastinya hangat dan penuh cinta. Berbeda dengan malam pertamanya dengan Rere yang canggung dan penuh rasa sakit. "Apa yang dilakukan oleh Cantika di sana?" Ucap Bryan dalam hatinya, dia menghempaskan napas kesal setiap kali merasakan gejolak kebingungan dan juga rasa cemburu yang tiba-tiba saja muncul. "Saat ini aku tidak tahu apa yang harus aku perbuat, yang pasti aku merasakan sesuatu yang tidak nyaman, aku sama sekali tidak mencintai Rere dan aku juga tidak bisa memaksakan diriku untuk mencintainya," Bryan bicara dalam hatinya sendiri sambil menatap langit-langit kamar. Dirinya sedang berduka, ada banyak sekali luka yang terus datang di dalam hatinya, Bryan tidak bisa menahan semuanya, tetapi apa daya dia harus tetap tegar menghadapi apapun yang terjadi saat ini. Sementara Rere masih juga menangis. Air mata gadis itu tak mampu berhenti mengalir. Walau Rere sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikan nya. Tak ada Isak tangis yang terdengar. Rere menangis dalam bisu. Membuat Bryan tidak mengetahui air mata yang jatuh itu, padahal saat ini mereka berdua sedang tidur bersama dengan jarak yang sangat berdekatan. Hati Rere begitu terluka ketika dia melihat Bryan memunggunginya. Rasa sakit benar-benar menyayat perasaan nya sebagai wanita. Dirinya merasa begitu tak berharga di sisi Bryan. "Ya Tuhan, dengan sangat teganya dia justru tidur memunggungiku setelah apa yang dia ucapkan tadi." Rere merasa bahwa dirinya menjadi tidak berharga dan tidak punya arti apa-apa dihadapan Bryan. Dia merasa sangat kecewa, ucapan Bryan terus saja terngiang-ngiang di telinganya, ucapan yang menandakan bahwa sebenarnya Bryan sama sekali tidak mencintainya, Bryan menikahinya hanya untuk menyelamatkan nama baik dan harga diri keluarganya saja. Sekarang Rere ikut-ikutan memunggungi Bryan karena percuma saja, meskipun dia tidur terlentang ataupun menghadap ke arah laki-laki itu, Bryan sama sekali tidak melihatnya. "Aku harus berbuat apa, saat ini untuk bermanja terlebih dahulu dan meletakkan lenganku di punggungnya, aku sama sekali tidak berani. Aku khawatir jika nanti aku mendapatkan penolakan darinya," Bryan sungguh-sungguh berada di dalam dilema sama juga seperti Rere, saat ini Bryan yakin, Rere juga sedang tidak bisa tidur. "Kira-kira apa yang dipikirkan oleh Bryan saat ini ya?" "Apakah mungkin dia sedang memikirkan Cantika?" "Pasti dia sedang memikirkan perempuan itu, bukankah memang sejatinya Bryan mencintai Cantika dan bukan mencintaiku?" Rere berada dalam gundah gulana, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat ini, sebagai seorang perempuan dia ingin sekali mendekati Bryan kemudian memeluknya dari belakang bermanja-manja seperti cerita-cerita yang sering dia baca di n****+-n****+ platform online, tapi Rere bukanlah perempuan seperti itu, dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. Rere bingung, dia berusaha untuk tetap tenang sambil menghadap ke dinding dan memeluk guling yang ada di kamar hotel yang telah mereka sewa. "Harusnya malam ini aku bahagia, bukan justru berada dalam penderitaan dan gundah gulana seperti sekarang," ucap Rere dari dalam hatinya. Satu kali setapa di dalam hatinya terus-menerus muncul, dia tidak bisa menguasai dirinya saat ini. "Mengapa aku jadi cemburu kepada Cantika ya?" "Sejak awal aku sudah tahu bahwa posisiku saat ini hanyalah posisi untuk menggantikan Cantika saja, aku seharusnya tidak berada di sini, aku adalah perempuan yang sama sekali tidak dikehendaki oleh Bryan." Rere menata hatinya, dia menarik nafas panjang, dia ingin menenangkan diri agar tidak ada yang bergejolak. Rere mencoba untuk mengerti bahwa sejatinya apa yang saat ini dia hadapi adalah sebuah ujian. "Aku harus kuat!" "Aku harus bisa!" "Aku harus mampu, bukankah Allah selalu memberikan ujian dan juga musibah tergantung dari kekuatan hambanya?" Ujar Rere dari dalam hatinya, dia berusaha untuk menenangkan diri, karena jika tidak maka gejolak yang ada dalam dirinya bisa mempengaruhi kondisi keimanannya dan Rere tidak mau itu terjadi. "Sebaiknya mulai sekarang, kita belajar untuk saling mencintai dulu ya?" Ucapan itu terus-menerus terngiang di telinga Rere, sangat menyakitkan artinya sampai dengan malam pertama mereka, Bryan sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Rere dan Rere harus menanggung nestapa atas itu. "Apakah Rere saat ini sudah tidur ya," ucap Bryan dari dalam hatinya, dia menghadap ke arah yang berlawanan dengan Rere, dia sengaja melakukan hal itu karena dia tidak tega melihat Rere. Tapi mau bagaimana lagi, Bryan sama sekali tidak memiliki perasaan apapun terhadap perempuan itu, rasanya kosong hampa semuanya hilang begitu saja. Bryan ingin mencoba menata hatinya, Bryan ingin mencoba mencintai Rere, Tapi saat ini belum bisa, pikirannya masih terpusat pada Cantika, pada betapa cantiknya perempuan itu dan betapa pengertiannya dia terhadap Bryan selama ini. "Aku yakin Rere juga masih tidak bisa tidur sama seperti aku, hanya saja dia mungkin tidak berani untuk melihat ke arahku atau dia malu untuk memanggilku, bukankah selama ini aku kenal bagaimana sifat dan watak Rere, dia memang sangat pemalu." "Ya sudahlah, biarkan saja dia dengan apa yang dia pikirkan, aku yakin dengan berjalannya waktu nanti, Rere akan menjadi terbiasa." Bryan menyudahi pikirannya tentang Rere, sesungguhnya saat ini, dia juga memikirkan perasaan istrinya itu, tetapi dia merasa tidak mampu untuk mendekati Rere terlebih dahulu. Dia merasa seolah-olah ada tembok besar yang sangat besar menjulang memberikan batasan antara dirinya dengan Rere. Sebenarnya Rere adalah perempuan yang baik, hanya saja nasibnya yang kurang beruntung, cintanya kepada Bryan bertepuk sebelah tangan, tadinya dia berharap dengan mewakafkan dirinya menjadi istri Bryan dan mencoba untuk menjaga nama baik keluarga besar Bryan, maka Bryan akan mencintainya, namun ternyata Rere salah, semuanya tidak semudah itu, hati Bryan masih untuk Cantika bahkan pada detik-detik malam pertama mereka, Bryan masih tetap mengatakan bahwa mereka masih dalam tahap belajar mencintai. Hal itu sungguh-sungguh sangat menyakitkan dan hanya Rere yang tahu bagaimana rasa sakitnya itu. Rere menarik nafas panjang, dia menikmati setiap geliat rasa sakit yang muncul dalam desiran darahnya, dia mencoba untuk memahami Bryan meskipun rasanya luar biasa, saat ini hatinya seperti sedang tersayat-sayat oleh pisau tajam. Ada darah yang mengucur beras dari dalam hatinya, darah yang tidak bisa dihentikan. "Semua ini adalah kesalahanku, harusnya dari awal aku tahu bahwa peristiwa seperti ini pasti akan terjadi." Rere mencoba memahami semuanya, Rere mencoba untuk mengkalkulasi segala hal yang mungkin terjadi dalam kehidupan rumah tangganya. "Sekarang sudah terlambat, mau tidak mau aku harus tetap menjadi istri Bryan dan aku harus berusaha agar Bryan mencintaiku!" Rere mengucapkannya dengan air mata berlinang. Dia mulai mengerti betapa tidak nyamannya memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan, lebih tidak nyaman lagi harus bertahan dalam cinta yang bertepuk sebelah tangan itu sendirian, Hingga malam semakin larut, Bryan dan Rere akhirnya sama-sama terpejam karena rasa lelah yang datang dan menerpa tubuh mereka. sungguh ini adalah malam yang menyayat hati bagi mereka. Bukan malam pengantin seperti yang dilalui oleh pengantin pada umumnya. Dan mereka harus terbiasa melalui malam-malam seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD