Masih di kamar yang sama Bryan dan Rere tampak berbaring di atas ranjang besar mereka. Rere yang baru saja terlelap tiba-tiba terbangun. Benar saja ini adalah jadwal malamnya untuk bermunajat kepada Allah SWT. Gadis itu pun segera bangkit kemudian bergerak menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Setelah berwudhu, Rere mulai menggelar sajadah dan menumpahkan semua kesedihan hatinya kepada Allah. Hal yang selalu dia lakukan untuk menumpahkan semua beban hati yang membelenggu hingga merasa lega.
Setidaknya segala kemelut yang dirasakan oleh hatinya juga duka lara yang singgah perlahan-lahan sirna. Tak berlama-lama bersemayam di dalam hati.
Rere yakin bahwa semua pasti menemukan jalan keluarnya.
Dia kemudian melipat sajadahnya dengan penuh kepasrahan yang luar biasa.
Kini Rere mulai mengambil sebuah mushaf. Membacanya dengan lirih agar Bryan tak terbangun.
Bryant yang masih tidur terlelap mulai merasa dingin. Pasalnya selimut yah dia gunakan rupanya telah merosot. Pria itu pun mengulurkan tangannya untuk meraih selimut dengan mata terpejam. Karena tak juga terjangkau, akhirnya Bryan membuka kelopak matanya yang terasa sepat.
Dan tanpa dia duga. Pemandangan pertama yang menyapa indera penglihatan nya adalah Rere yang sedang mengaji. Suara lirih nya masih cukup terdengar merdu menyapa gendang telinga. Dan hal itu tentu saja membuat Bryan terpaku.
"Shodakallah hul adziim..." Ucap Rere menyudahi bacaan ayat suci nya.
Gadis itu pun menoleh ke arah Bryan. Membuat tatapan mereka mau tak mau bertemu.
Bryan yang salah tingkah menyudahi tidur lantas menuju ke kamar mandi tanpa menyapa Rere. Rere hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berusaha untuk setenang mungkin menghadapi Bryan yang acuh padanya.
"epertinya dia sedang membersihkan dirinya lalu kemudian mengambil wudhu," gumam Rere mendengar gemericik air dari kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, Bryan segera mengenakan sarung dan dia juga menggelar sajadah.
Rere mengernyitkan dahinya perempuan cantik baik hati juga bijak itu merasa sedikit bingung dengan apa yang dilakukan oleh Bryan saat ini.
"Apakah kamu mau salat?" tanya Rere kepada Bryan dengan alis mata yang masih juga berkerut.
"Iya aku mau salat memangnya kenapa?"
"Mau salat apa?"
"Salat di pagi hari yang pertama kali itu salat subuh kan?" tanya Bryan kepada Rere.
"Iya kalau salat wajib namanya salat subuh kalau salat sunah sebelum salat subuh namanya salat fajar. Kamu mau salat apa?" Rere berusaha bertanya dengan penuh kebijakan.
"Ya. . itu aku mau salat subuh."
Bryan berusaha menjelaskan kepada Rere tapi kemudian Rere berkata,
"Ini belum masuk waktu subuh."
Rere berusaha untuk menjelaskan kepada Bryan. Dia sangat memaklumi karena Rere tau Bryan adalah mualaf yang tidak tahu bagaimana tuntunan salat di dalam agama Islam. Dan Bryan juga belum terlalu mengerti tentang apa itu salat salat sunnah.
"Lalu kalau belum waktunya salat subuh kenapa kamu sudah salat?" tanya Bryan berusaha untuk ingin tahu apa yang sebenarnya dilakukan oleh Rere saat ini.
"Aku ini salat tahajud.
Salat yang dilakukan di sepertiga malam terakhir setelah bangun tidur namanya salat tahajud.
Salat tahajud sangat dianjurkan karena dalam salat tahajud tersebut ada banyak doa yang dikabulkan oleh Allah.
Kalau kamu ingin semakin dekat dengan Allah dan doa-doamu dikabulkan maka cara yang paling jitu adalah dengan melakukan salat tahajud."
Rere berbicara sambil duduk di ujung ranjangnya sementara Bryan tetap berdiri di atas sajadah yang sudah terlanjur digelar.
Bryan merasa canggung berhadapan dengan Rere. Dia mulai salah tingkah karena Rere semakin mengetahui betapa Bryan sama sekali belum memahami tentang ilmu agama Islam.
Rere menyadari bahwa Bryan merasa canggung dan juga salah tingkah sehingga dia kemudian mencoba untuk menetralisir suasana.
Selalu ada permakluman-permakluman bagi orang-orang yang belum memahami tentang agama Islam. Selama orang tersebut mau untuk belajar dan juga memahami lebih jauh lagi pasti Allah akan memberikan bantuan dan juga hidayahnya.
Jadi tidak perlu merasa malu sungkan atau juga tidak nyaman. Kalau ada yang ingin ditanyakan ditanyakan saja tidak apa-apa.
"Sebaiknya sekarang kamu mulai salat tahajud. Untuk bacaan-bacaannya tetap sama seperti salat wajib yang sudah kamu pelajari."
Rere kemudian sedikit mengajarkan tentang salat tahajud kepada Bryan. Dia mengajarkan dengan penuh kasih tanpa ada kesan bahwa dia sedang menggurui.
Rere benar-benar luar biasa. Dia tahu bagaimana caranya menempatkan diri.
Membuat Bryan seakan-akan begitu terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Rere terhadapnya.
Rere bukan hanya mengajarkan tentang tata cara salat tahajud. Dia juga mengajarkan tentang tata cara salat fajar ingin Bryan benar-benar mengerti dan memahami tentang agama Islam.
Sebagai seorang mualaf Bryan pastinya sudah mempunyai nilai lebih dihadapan Allah dan keinginannya untuk lebih tahu lagi tentang Islam akan semakin menambah nilainya di hadapan sang Maha pencipta itulah mengapa Rere begitu semangat mengajarkan semuanya kepada Bryan.
Hingga waktu subuh tiba.
Mereka berdua salat berjamaah.
"Tapi aku belum terlalu lancar. Apakah boleh aku menjadi imam?" tanya Bryan kepada Rere.
"Tadi bacaan-bacaannya sudah lancar kok. Pasti boleh dong jadi imam jangankan hanya imam salat. Kamu kan juga akan menjadi imamku dalam mengarungi kehidupan." Rere berusaha untuk menggoda Bryan agar situasinya tidak terlalu tegang.
Kalimat itu membuat Bryan sedikit merasa malu hingga pipinya pun memerah. Rere menundukkan kepalanya. Sedangkan Bryan hanya tersenyum tanpa menanggapi apa yang disampaikan oleh Rere.
Rere sengaja melakukan hal tersebut agar mereka menjadi terbiasa berbicara juga bercanda.
Sebentar lagi mereka berdua akan mengarungi banyak sekali perjalanan-perjalanan hidup. Jadi sepertinya sangat layak jika mereka kemudian saling memahami hari ini.
Perjalanan panjang itu sudah ada di depan mata bahkan jalanannya pun sudah terbentang. Mereka akan menemukan kerikil dan kadang batu-batu cadas yang berusaha menjadi penghadang sekarang hanya tinggal bagaimana cara mereka untuk menyatukan persepsi dan tujuan supaya pernikahan pura-pura ini tidak akan semakin memberi luka.
"Allahu Akbar," Bryan memulai salatnya. Dia benar-benar menjadi imam salat bagi Rere.
Bacaan salatnya yang sepatah sepatah itu begitu khusyuk membuat Rere semakin hanyut.
Bryan sepertinya benar-benar berusaha untuk memahami apa itu bacaan-bacaan salat yang sedang dia lafazkan. Di samping itu Bryan juga sepertinya sedang berusaha mendekatkan dirinya sedekat mungkin kepada sang pencipta.
Hingga Mereka pun selesai melakukan salat subuh berjamaah Rere mengulurkan tangannya. Bryan merasa terkejut alis matanya bertaut. Dia tidak tahu apa yang akan diperbuat Rere dengan mengulurkan tangannya itu.
Ternyata Rere mengajak Bryan untuk berjabat tangan lalu Rere mencium punggung tangan Bryan.
Ada kesahduan yang tiba-tiba tercipta.
Bryan terharu juga merasa bersalah melihat apa yang dilakukan oleh Rere kepadanya.
Dia merasa kasihan melibatkan Rere di dalam masalahnya hanya demi tetap menjaga nama baik keluarga. Bryan akhirnya terpaksa mengajak Rere ikut serta dalam pernikahan pura-pura itu.
Setelah Rere menjabat tangan lengan Bryan.
Dia kemudian berdoa dan Bryan pun ikut berdoa.
Mereka berdua hanyut dalam doa yang mereka panjatkan.
Bryan merasakan bahwa dirinya harus bertanggung jawab pada apa yang sudah dirinya perbuat termasuk tentang Rere.
Meskipun memang cinta itu belum tumbuh tetapi setidaknya mereka berdua bisa menjalani hari-hari mereka dengan penuh kebaikan.
Dan Bryan berjanji pada dirinya sendiri akan melakukan itu.
Sementara Rere berusaha menahan linangan air matanya.
Dia benar-benar tersiksa berada dalam keadaan saat ini. Tetapi tidak ada pilihan lain semua sudah terjadi dan dirinya sudah melakukan sebuah pilihan artinya dirinya juga harus siap terhadap konsekuensi atas pilihan tersebut.
Rere mengatur nafasnya yang mulai terengah-engah.
Bryan tidak boleh tahu bahwa ada air mata saat doa-doa itu mengalir.
Rere tidak ingin membuat Bryan semakin merasa bersalah itulah mengapa dia menahan gejolak hatinya.
Rere ingin tetap berlaku bijak dan baik. Semua itu dia lakukan demi menggapai ridho Allah. Biar bagaimanapun dia tetap istri sah Bryan di mata agama. Dan Rere tentu akan berusaha menjadi istri Sholehah untuk Bryan. Istri yang mampu memiliki wajah yang teduh di hadapan suaminya. Yang memberikan kebahagiaan juga ketenangan hati.
Setelah dia merasa bahwa dia telah mampu menguasai dirinya. Rere kemudian berdiri melipat sajadah dan meletakkan sajadah itu pada tempatnya.
Rere melihat Bryan masih terpekur di atas sajadahnya sepertinya Bryan sedang asyik dengan doa-doa panjang yang dipanjatkan dan atas itu Rere tidak ingin mengganggu.
Rere pun tersenyum menatap Bryan.
"Semoga suatu saat kelak, kamu benar-benar menjadi imam yang mencintai ku. Aamiin ya Allah," ucap Rere dalam hatinya. Doa itu begitu syahdu menyapa relung hatinya buang terdalam.