POV Imam susilo

1095 Words
Namaku adalah Imam susilo, aku dua bersaudara, aku memiliki seorang kakak perempuan namanya adalah Ainun. Kami tak memiliki saudara lain, sejak kecil aku memang sangat dekat dengan kakakku itu. Suatu hari aku bercerita kepada kakakku bahwa aku menyukai seorang gadis yang menurut pandanganku dia sangat soleha, dia sudah kuliah dan akan wisuda di bulan ini, dan aku berencana menikahinya sebelum hari dia di wisuda. Aku mendekati gadis itu lewat Ibunya .Karena saat aku berada di hadapannya, seolah aku tak punya kekuatan apapun untuk menyampaikan niat hatiku, bahwa aku mencintainya dan menginginkannya sebagai pendamping hidupku. Namanya adalah Aira, anak kedua dari empat bersaudara, dari keempat saudaranya, hanya Aira yang ku lihat paling berbeda dengan yang lain, perawakan Aira yang tinggi semampai putih membuatku terpesona melihatnya, apalagi dia selalu berpakaian tertutup dimanapun dia berada, dia selalu menjaga pandangan dengan lawan jenis, dan yang jelas dia tak pernah membantah perkataan orang tuanya. Sementara hanya itu yang aku tahu tentang seorang Aira, gadis yang mampu mencuri hatiku. Saat aku bercerita ke mbak Ainun, mbak Ainun menatapku tak percaya. "Eh le, kamu itu hidup di zaman apa?, sekarang bukan jamannya Siti nurbaya lagi. kenapa malah mendekati emaknya?, aturan kamu itu mikir to le le. Emangnya kamu mau nikahin emaknya?lama-lama kamu itu aneh loh le!!!" ( le= sebutan untuk anak lelaki bisa seorang adek/anak/cucu) "Tapi nyatanya Aira mau tuh menerima Imam sebagai calon suami, atas permintaan Ibunya.Aira itu lain dari gadis pada umumnya Mbak, dia itu gadis soleha, tak ada kamus pacaran dalam hidupnya. Anaknya tertutup dan tak pernah neko-neko. Percaya sama Imam deh Mbak, cara Imam pasti tidak akan salah."jawabku percaya diri. "Terserah kamu le, Mbak cuma ingetin kamu, coba deh kamu dekati Aira dulu sebelum kalian menikah, kalau kalian lebih dekat kan nanti kalian nggak canggung saat sudah suami istri." Nasehat Mbak Ainun kepadaku. "Aira seperti menjauh mbak saat Imam dekati, anaknya masih malu-malu. ya sudah sih mbak, biarin saja, Imam masih tahan kok sampai menikah nanti." "Dasar Imam keras kepala, kata kakakku geregetan sama aku." Akupun hanya cengengesan sama kakakku itu. Tiba hari ini, hari yang sama sekali tak pernah kuduga akan terjadi padaku. Hari ini adalah h-3 pernikahanku dengan Aira, aku berniat menjemput Aira untuk ku bawa ke rumahku atas permintaan Abah dan umi. Sampai di rumah itu aku mendapat kejutan bahwa Aira telah kabur meninggalkan rumah dengan sepucuk surat yang menyatakan bahwa Aira tak mau di jodohkan denganku. seketika aku merasa limbung, aku marah dengan kenyataan itu, tanpa fikir panjang, aku pun minta pengantin pengganti kepada orang tua Aira. Semula aku mengira Anis lah yang akan maju sebagai pengganti Aira, tapi perkiraan ku meleset, ternyata Syakila lah yang maju sebagai pengganti. Gadis remaja paling kecil di rumah itu yang baru menginjak usia 19 tahun, aku sempat berfikir akan menolaknya, karena dalam bayanganku kalau anak bontot itu identik dengan gadis manja, tapi aku tak punya pilihan lain, dia sudah menyerahkan dirinya untuk menggantikan kakaknya, toh Anis juga menolakku, mau tak mau aku pun menerima Syakila . Aku tak begitu menyukai Syakila, Syakila ini beda jauh dengan Aira, Syakila anaknya sangat petakilan, tomboi dan tidak menutup kepalanya dengan kerudung. Tapiiii, ya sudahlah, daripada keluargaku mendapatkan malu yang teramat sangat atas gagalnya pernikahanku, lebih baik aku menerima semua ini. Aku sangat dendam dengan Aira, aku berjanji akan membalas penghinaannya terhadapku lewat adik kecilnya ini. aku akan membuat Aira menyesal telah menghinaku dengan amat sangat, awas kamu Aira, kamu akan menyesali keputusanmu hari ini, batinku. Saat aku menceritakan kepada Abah dan juga UmiAbah sangat murka. tapi Umi jauh lebih bisa legowo, dia menerima Syakila sebagai menantunya. "Alhamdulillah tak serumit yang kupikirkan, batinku." H-2 sebelum hari pernikahan kami, Abah memutuskan untuk menikahkan siri kami dulu, Abah takut Syakila pun akan kabur di hari pernikahan nanti. Ibu dan Bapak dari Syakila hanya bisa manut dengan keputusan Abah, naas, saat hari pernikahan justru Aira datang dan ingin melanjutkan rencana pernikahan kami. Dalam hati aku menyesali pernikahan siri ku dengan Syakila, kenapa kemarin aku tak menolak saat Abah Memintaku untuk menikah siri dulu. Sekarang semua sudah terlambat ,aku tak bisa menikah dengan Aira. "Awass kamu Syakila," jauh di lubuk hatiku, sebenarnya aku menentang dendam ini, di satu sisi hatiku menolak membalaskan dendam kepada Syakila, di sini Syakila tidaklah salah, justru Syakila lah yang memiliki peran penting dalam menyelamatkan nama baikku dan keluarga ku. Tapi logika ku kembali membantah, semua karena ulah Aira kakaknya, jadi aku tidak salah. Syakila harus menanggung semuanya. "Maafkan aku Syakila, kamu lah yang akan menjadi tumbal dari keadaan yang tak kuharapakan ini. Selamat datang di nerakamu aku perlahan akan membuatmu menangis, sehingga kakakmu Aira akan menyesali semuanya." Hingga saat malam itu terjadi, karena aku sedang emosi dengan sikap Syakila yang ternyata bar-bar dan jago bela diri, membuatku tertantang menaklukannya dengan meminta jatahku. 40 hari sudah Syakila menjadi istriku, tapi sekalipun aku belum pernah menyentuhnya. Aira masih menguasai hatiku. tapi malam ini aku pastikan keprawananmu akan kamu serahkan dengan sukarela kepadaku. Dan malam panas itupun terjadi , Syakila tak menolak melayaniku, dan kegadisannya berhasil aku taklukkan ada rasa bangga, bahagia, juga menyesal. semua rasa itu bercampur menjadi satu. Maafkan aku Syakila, kuharap kamu tidak akan hamil, karena aku akan melakukannya hanya malam ini saja denganmu, batinku. Hampir dua bulan telah berlalu, aku pun santai saja, aku sering menghindari syakila saat dia mencoba mendekatiku. hingga suatu hari aku mengatakan sesuatu yang mungkin mengoyak harga dirinya. Aku sengaja mengatakan itu untuk membuatnya mundur dan tak menggodaku lagi, aku tahu itu wajar dan sangat boleh, karena kami suami istri. tapi aku yang tak bisa, karena hatiku masih di penuhi bayangan Aira. Tiba-tiba kabar kehamilan syakila membuat heboh seisi rumah. "Mana mungkin bisa? aku hanya sekali melakukan nya dengan Syakila, kenapa bisa hamil?". Dalam hati aku mencurigai anak yang di kandung Syakila. biarlah akan aku tunggu hingga anak itu lahir , akan aku buktikan diam-diam itu anakku atau bukan. Sepanjang perjalanan kehamilan Syakila aku sama sekali tak pernah memberinya perhatian, aku tak pernah menuruti keinginan Syakila yang katanya nyidam. aku benar-benar cuek dan tidak perduli sama sekali. Aku tak bersemangat sama sekali . syakila selalu mencoba mencari sendiri makanan makanan yang tiba-tiba di inginkan nya. Hingga tiba saat Syakila sudah akan melahirkan, di ruang bersalin itu, aku benar benar luluh dengan perjuangan Syakila, aku menangis meraung dengan perjuangan Syakila melahirkan 2 putri yang di kandungnya. Yaaa, Syakila melahirkan anak kembar yang sangat cantik, tanpa sepengetahuan Syakila aku sengaja mengambil sedikit rambut dari kedua bayi tersebut, meskipun aku sangat terharu dengan perjuangan Syakila, tapi tak menyurutkan keingintahuanku tentang anak siapa yang di kandung dan di lahirkan oleh Syakila. "Maafkan aku Syakila, semua ini benar-benar membuatku gila."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD