Rahasia yang di pendam Syakila

1057 Words
Syakila celingak-celinguk mencari keberadaan kakaknya. "Kak Aira mana kak?" tanya Syakila ke Anis. Kak Aira pulang dek, katanya ada sesuatu yang penting dek, "kenapa Kak Aira nggak pamit sama aku kak?", "nggak tau juga dek, udah nggak papa kan ada ibu dan Kak Anis, ,sama aja kan?" kamu butuh apa? nanti kakak yang usahain. "Kak aku boleh makan soto ayam nggak sih? kok rasanya pengen makan soto bening," kata Syakila ke kakaknya. "nggak tau juga dek, coba deh aku tanyakan dulu ke Ibu, nanti kalau boleh langsung aku belikan di depan, kayaknya ada deh penjual soto bening. Anis pun menemui ibu nya yang ada di luar ruangan . "Bu, adek pengen soto bening, boleh nggak Bu? Anis takut salah, makanya Anis nanya dulu ke Ibu." tanya Anis ke Ibunya. "Boleh saja Nis, kalau adikmu mau, udah sana Carikan," saat Anis hendak keluar, Abah dan Umi nya Imam datang. "Eh ada nak Anis, mau kemana nak?" Anis menghampiri mereka langsung mencium tangan mereka secara bergantian. "Anis mau ke depan Bu, mau cari soto ayam, adek lagi pengen katanya" jawab Anis. "Loh piye to Bu, mosok habis lahiran kok malah minta soto ayam," kata Umi kepada Ibu. "Nggak papa Bu besan, biarkan saja, biar untuk memulihkan tenaganya pasca melahirkan." Kata Ibu memberi penjelasan kepada Umi . "Ya wes lah, kalau menurut orang dulu kan sebenarnya nggak boleh Bu, takut lukanya nggak sembuh-sembuh nanti." Jawab umi Kurang suka dengan penjelasan Ibu. "Kata bidannya boleh Bu," Kata Ibu lagi. Ibu memaksakan senyum kepada Umi. Meski hati Ibu agak tersinggung. "Udah nis saya belikan soto ayamnya, takut kelamaan nunggu adikmu, kasihan, mosok cuma soto ayam nunggu sampai ber jam-jam, keburu selera makannya hilang nanti." kata Ibu memerintah kepada Anis. Anis pun berlalu dari hadapan Umi dan Ibu, sampai di warung yang di tuju, Anis pun memesan nasi soto ayam yang di inginkan Syakila, "kalau ada nasinya yang agak lembut ya Bu," kata Anis ke Ibu penjualnya. "Oh ini kebetulan ada mbak, kebetulan tadi ada yang pesen, jadi ini masih ada, ini kuahnya di pisah atau di campur sekalian," kata penjualnya . "di pisah aja Bu, sambelnya juga di pisah ya Bu?" setelah selesai di bungkus lalu Anis pun hendak membayar pesanannya tersebut. "Berapa Bu?" tanya Anis. "lima belas ribu saja mbak" Anis pun menyodorkan uang lembaran hijau 20 ribuan ke Ibu penjual. "Kembaliannya kasih bakwan saja Bu" Anis pun segera kembali ke ruangan di mana Syakila di rawat. "Dek, ini soto yang adek mau sudah kakak bawakan," adek mau kakak suapin? Syakila mengangguk mengiyakan kata kakaknya. Anis pun mengambil piring dan sendok untuk menyiapkan soto untuk adiknya. "Duduk dek, kakak bantu," Anis membantu adiknya untuk duduk, lalu di suapi oleh Anis. "Gimana dek rasanya? enak?" Syakila yang kurang fokus, menjawab pertanyaan kakaknya, "apanya yang enak toh kak, adek loh melahirkan 2 kepala bayi, sakitnya itu loh kayak di patahkan tulang tulang adek," Anis pun sontak tertawa, "dek dek, kakak itu nggak nanya tentang kamu melahirkan dek, kakak nanya rasa soto ini bagaimana? enak nggak?" kata Anis sambil cekikikan dan menyuapi Syakila. "Ih kakak, gitu banget deh. Suatu saat kalau kakak melahirkan, gantian adek yang akan mentertawakan kakak." kata syakila sambil terlihat malu malu . "Ya ya, maaf maaf kakak tidak mentertawakan perjuanganmu dek, adiknya kakak ini memang benar-benar hebat, kakak saja masih kuliah, tapi adiknya kakak ini sudah melahirkan baby twins, wow hebat-hebat," kata Anis sambil memeluk adiknya. Tanpa Anis sadari justru kata-kata itu sangat menyayat hati Syakila, Anis yang berniat hanya bercanda untuk menguatkan kondisi dan mental adiknya, justru membuat hati adik kesayangannya itu bersedih. "Harusnya aku kak yang ada di posisi itu . menikmati indahnya masa remaja, menikmati indahnya masa berbunga-bunga karena di kejar lawan jenis, tapi kini aku sudah menjadi seorang Ibu dan seorang istri ," Syakila bermonolog dalam hatinya. Tanpa terasa butir bening meleleh dari ujung mata Syakila, terus dan terus sampai membasahi pundak Anis, Anis yang merasa basah di bagian pundaknya pun memperhatikan wajah adiknya. "Kamu menyesal dek? Kamu menyesal dengan keadaanmu?" Syakila menggeleng, "aku ada 2 malaikat kecil yang menemaniku mulai hari ini kak, apa yang aku sesalkan? masa remaja? masa sekolah? tidak sama sekali kak, aku bahagia bisa mengukir senyum indah di bibir Ibu, Aku cukup bangga bisa menjadi penutup aib dua keluarga. aku tak menyesali keputusanku kak." cuma aku heran dengan keegoisan kedua kakakku yang tega menjadikan adiknya tumbal atas keinginan mereka. tentu saja itu hanya terucap di dalam hati Syakila. Dia tak terlalu jahat untuk menghakimi Aira dan Anis secara langsung . Syakila selalu melamun saat kedua kakaknya menceritakan tentang gebetan-gebeten mereka, atau hanya sekedar berbicara tentang kegantengan makhluk yang dinamakan pria. Kehidupan rumah tangga yang di jalani oleh Syakila dan juga Imam, tak semulus pendapat orang-orang. Syakila dan Imam terlalu pintar menyembunyikan keadaan, terlebih Syakila. Di usia pernikahan mereka yang hampir satu tahun, hingga melahirkan 2 bayi kembar yang sangat cantik, tak sekalipun Syakila mendapatkan kebahagiaan. Bahkan nafkah batin atau kebutuhan biologisnya hanya dia dapatkan sekali dalam pernikahannya. Mungkin benih Imam termasuk unggul ,hingga hanya dengan sekali berhubungan saja Syakila sudah di nyatakan positif hamil, bahkan dua sekaligus. setiap Syakila menggoda Imam untuk melakukan hubungan suami istri, Imam selalu menghardiknya dengan mengatakan, "jangan seperti wanita malam yang menggoda pelanggannya untuk menjeratnya kepada syahwat terlarang," sejak saat Syakila menerima kata-kata itu Syakila tak pernah mencoba lagi untuk mengajak suaminya memenuhi kebutuhan ranjangnya. Syakila mencoba memaafkan kata-kata suaminya tersebut, Syakila menyadari bahwa bukan dirinya lah wanita yang diharapkan suaminya. tapi, apakah salah jika seorang istri mengajak suaminya berhubungan, bukankah itu suatu yang wajar? dan pastinya halal dong. batin Syakila. Syakila pun mulai damai dengan keadaan, dia lebih fokus pada kehamilannya saja. Syakila memang tak pernah mendapatkan jatah nafkah yang semestinya, bahkan uang yang di berikan Imam untuknya seperti jatah seorang anak kecil. Imam hanya memberinya uang 200 ribu itu pun tidak setiap hari, hanya sesekali, dalam satu bulan jika di totalkan mungkin uang yang di berikan Imam kepada Syakila hanya tembus sekitar 1 juta atau kadang lebih sedikit sekitar 200 ribu. Untuk masak Umi nya yang menghandle, pernah sering kali saat Syakila mencoba memasak, saat di cicipi Umi, masakan itu langsung di buangnya . dengan mengomel Umi berkata kepada Syakila, "masakan apa ini Syakila, kalau masakannya rasanya begini, imam dan Abah tak akan memakannya, nggak akan ada doyan. sudah, lain kali kamu nggak usah masak, buang buang bahan saja. kata Umi tanpa berperasaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD