PPW 14 –Sebuah Kamar

1081 Words
Aku dan Annaliese pun mulai ikut ke Istana yang brada di Ayodhya. Perjananan kami ditempuh dengan berjalan kaki. Pangeran sebenarnya membawa kuda namun karena aku dan Annaliese tidka bis amenunggangi kuda tersebut, sehingga Pangeran, dengan kerendahan hatinya memilih untuk berjalan kaki juga sama seperti kami. Andai saja kami berada di zaman masa depan, kami tentu bisa bepergian menggunakan kendaraan seperti motor atau mobil. Aku melirik Annaliese, sesekali dirinya memegangi lututnya, aku bisa merasakan kalau dirinya lelah namun tidak berani mengatakan kalau dirinya lelah. Ck, padhaal dia harusnya bilang saja agar aku dna pangeran bisa mengetahuinya. “Kamu lelah?” tanyaku. Annaliese langsung menoleh kepadaku, kemudian, dia pun eganggukkan kepalanya, “Iya.” Kata Annaliese. Sebagai laki-laki, naluri ingin membantuku mulai muncul, sehingga akupun langsung berjongkok di hadapan Annaliese tanpa sadar. Tiba-tiba aku ingin menggendongnya. Aku mele pada Annaliese. Annaliese menatapku dengan ragu-ragu. “Tubuhku berat, Badrun.” Kata Annaliese. “Tidak apa-apa.” Jawabku menennagkan dirinya. Aku pun menepuk-neuk punggungku dan memintanya untuk lekas naik. Annaliese pun akhirnya menurut, dia pun naik ke punggngku, Pangeran yang elihat Annaliese dan aku pun langsung melirik kudanya, “Kau tidak perlu meminta gendong, seharusnya naik kuda saja, kasihan tenmanmu.” Kata Pangeran Rama. “Tidak apa-apa, Pangeran. Saya kuat membawanya ke istana. Bagaimana PAngeran saja yang naik kuda? Pangeran tentulah lelah karena menempuh perjalanan yang cukup jau.” Kataku. Aku juga meras akasihan dan tidak tega pada Pangeran. Di mana, dia yang seharusnya naik kuda justru memilih jalan kaki. Pangeran pun menggelengkan kepalanya, “Tidak perlu, saya sudah terlatih pergi keluar masuk hutan selama ini, jadi kaki saya masih cukup kuat untuk berjalan sampai ke istana. Setelah menempuh perjalanannan yang kurang lebih 3jam, akhirnya kami pun tiba di istana. Aku dan Annaliese e pun bersorak senang. Meski dalam hati. “Akirnya sampai juga.” Kataku ketika melihat istana yang kini ada di sana. Namun, satu hal yang membuat aku berhenti, kami hanya mengantarkan, bukan ingin masuk ke daam istana. Lagi pula kalau kita, maksudku aku dan Annaliese masku, maka Putri shinta akan mengusir kami. “Masuklah, karena kalian sudah menyelamatkan saya, sekarang kalian boleh tinggal di istana.” Kata Pangeran Rama. Aku menatap Pangeran Rama. Annaliese juga sudah aku turunkan. Aku melihat bagaimaa kesungguhan Pangeran Rama saat mengucapkannya. “Kami membantu dengan ikhlas, Tuan. Kami tidak ingin meminta balasan apapun.” Kataku. Bagaimnana pun yang aku katakan memang beanr. Aku membantunya bukan karena ingin mendapatkan imbalan, aku benar-benar tulus membantu. Lagi pula rasanya menyeanngkan ketika bisa membantu orang lain yang ksesuahan. Dan, lagi pula sebenarnaya yang membantu mengusir anjirng itu adalah Annaliese. “Saya tahu, kalian anak yang sangat baik. Jadi, masuklah, kita makan siang bersama dan tinggallah di istana. Ini adalah sebuah titah dari saya, kalian tidak bisa membantahnya.” Kata Pangeran Rama. Kalau sudah begini, baik aku maupun Annaliese tidak bisa berbuat apapun. Kami tidka bisa membantah apa yag dikatakan oleh seorang Pangeran dari Kerajaan Kosala ini. Akupun kahirnya menganggukkan kepalanya. “Baikla, Pangeran. Terima kasi. Kami akan ikut dengan PAngeran.” Kataku. Pangeran Rama pun menganggukkan kepalanya kemudian, kami berdua (Aku dan Annaliese) pun diajak untuk masuk ke Iistana. Pengawal kerajaan yang berjaga di depan istana langsung menyambut Pangeran Rama. Dan mempersilakan aku dan Annaliese untuk masuk. Kita masuk ke dlaam istana tanpa sebuah pertanyaanpun. Aku benar-benar seperti seorang raja. Walaupun mereka membungkuk untuk Pangeran Rama. Sesampainya di dalam Istana, tiba-tiba Putri sinta berjalan menuju kea rah Pangeran Rama, suami yang sangat Putri cinta cintai. “Suamiku.” Kata Putri Sinta kepada suaminya. Aku dan Annaliese hanya bisa melihat bagaimana Putri Sinta terlihat sangat mencemaskan suaminya. “Dari mana saja? Mengapa pergi lama sekali?” tanya Putri Sinta. “Istriku, maafkan aku, Saat aku sedang berburu, saya diterjang sebuah anjing yang snagata buas. Untungnya ada mereka yang menyelamatkan aku.” Kata Pangeran Rama dengan sangat lembut. Putri Sinta pun langsung menoleh ek arahku dan juga Annalies. Matanya sontak langsung membuat begitu saja melihat aku dan Annaliese, kami snagat paham kalau Putri Sinta tentulah sangat terkejut melihatkedatangan kami. “Kalian?” tanya Putri sihnta. Aku adna Annaliese membungkuk, “Senang bertemu dengan anda lagi, Putri.” Kata Aku dan Annaliese bersamaa. “Suamiku. Mengapa harus mereka?” tanya Putri Shinta yang terlihat sangat ketakutan dan kesal melihat keberadaan aku dan juga Annaliese. “Istriku, mereka nak-anak yang baik. Tunggu, apa kamu sudah mengenal meeka?” tanya PAngeran Rama. Putri shinta pun langsung menganggukkan kepalanya, “Mereka mengatakabn kalau mereka datang dari tempat yang snagat jauh. Lai pula, pada saat merek abertemu denganku, mereka tidak sopan. Tidak membungkuk, dan berjongkok ketika ingin berbicara padaku.” Kata Putri Shinta. Aku menggaruk kepalaku yang tiak gatal. Aku dan Annaliese memang tidak pernha melakukannya di dunia kami jaadi ketika betrmeu dengan utri Shinta kami tidka mengerti bagaimana seharusnya kami bersikap. “Apa mereka menyaittimu?” tanya Pangeran Rama yang kini menjadi celmas karena beliau takut salah membawa orang. Aku bisa mengerti dan bisa memprotesnya. “Tidak, suamiku. Mereka tidak menyakitiku.” Jawab Putri Sinta. Aku merasa lega karena Putri Shinta bisa jujur kepda suaminya kalau Putri Shinta mengatakan kepada suaminya kalau kami adalah ornag jahat maka tamatlah riwayat kami. Kami tentu sudah berada di penjara yang snagat mengerikan. Pangeran Rama pun tersenyum lembut kepada istrinya dan mengusap istri sang Iistri, “Mereka orang yang baik. Jadi, mulai hari ini mereka akan tinggal di istana.” Kata Pangeran Rama. “Suamiku …” kata Putri Shinta. PAngeran Rama menggelengkan kepalanya seakan tidka mau mendengar protes yang akan diajukan oleh istrinya, “Mari kita bicarakman di dalam.” Kata Pangeran Rama. Putri Shinta pun menganggukkan kepalanya begitu saja. Kemudian, Pangeran pun menoleh kepadaku dan Annaliese. “Sebentar lagi akan ad apengawal yang akan mengantarkan kalian ke kamar kalian.”’ Kata PAngeran. Aku pun menganggukkan kepalanya, “Baik, terima kasih, Pangeran.” Jawabku. Pangeran tersebut pun menganggukkan kepalanya begitu saja. “Kami harus pergi.” Kata Pengeran. Aku dan Annaliese pun membungkuk menghormati raja. Tak lama kemudian, Pangeran dan Putri pergi begitu saja dari hadapan kami dan seketika aku dan analiese dihampiri sebuah pengawal. Kamudian kami pun diajak ke sebuah ruangan yang aku sendiri tidka tahu. Namun yang aku tahu ruangan itu adalah kamar istana. “Mulai sata ini, ini adalah kamar kalian.” Kata pengawal. “M-maksudnya kami tinggal dalam satu kamar?” tanyaku tak percaya. Pengawal itu menganggukkan kepalanya, “Selamat beristirahat.” Kata pengawal itu yang langsung pergi begitu saja. Aku dan Annaliesepun langsung tercengang. Bagaimana ungkin kita tidur dalam satu kamar yang sama?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD