12

719 Words
"Eungh..." Baekhyun melenguh pelan lantas mengerjapkan matanya dan menguceknya pelan. Matanya yang sipit berusaha untuk membuka lebar, juga dengan mulutnya yang serupa bayi itu menguap kecil. Ia mendudukkan tubuhnya, dan mendapati dirinya berada di sebuah ranjang besar yang ia kenali ini masihlah berada di dalam kamar Chanyeol yang ada di ruangan kantor perusahaannya. "Sudah bangun, baby?" Chanyeol bertanya bertepatan ia yang keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobenya. "Eung." Baekhyun menjawab dengan dengungan. "Maaf, sepertinya aku tertidur sangat lama ya?" tanya Baekhyun saat matanya menyempatkan melirik pada jendela besar di samping kanan tempat tidur yang sudah menggelap menandakan malam, lantas mengembalikan atensinya lagi pada Chanyeol yang sudah berdiri di depan lemari pakaian cadangan. Chanyeol tak menjawab, hingga sang dominan merasakan sebuah tangan menarik lembut lengannya yang ternyata Baekhyun menghadapkan tubuhnya ke arah lelaki mungil tersebut. Chanyeol hanya menaikkan alisnya, kemudian tersenyum kecil tatkala Baekhyun mengambil alih kegiatannya mengancingkan kemeja yang hendak ia pakai. Sembari tangan Baekhyun bekerja untuk mengancing kemeja Chanyeol, kepalanya mendongak dan menatap obsidian gelap masternya. "Aku..." "Kau kenapa?" "Ugh~" Chanyeol lantas mengernyit saat Baekhyun malah memilih menundukkan kepalanya dan tak jadi bicara. "Hey, ada apa? Kau menginginkan sesuatu?" tanya Chanyeol, mengapit dagu Baekhyun dengan jempol dan telunjuknya, dan mengarahkan wajah serupa bayi itu ke wajahnya. "Eum, aku ingin mengatakan sesuatu, seperti—" "Seperti?" Alis Chanyeol bertaut skeptis. "Akuinginmengatakankalauakubenar-benarmenyukaimu, Chanyeollie," ujar Baekhyun cepat dan tanpa jeda. Walau begitu sebenarnya Chanyeol mendengarnya dengan jelas. Sebuah senyum kecil lantas tersungging di bibir Chanyeol, lantas kembali menggamit dagu Baekhyun untuk kembali menatap kearahnya. Hanya keterdiaman yang ada diantara mereka berdua, dengan Chanyeol yang hanya terus menatap mata Baekhyun, yang puppy itu sendiri tak mengerti apa maksud tatapan dominannya. "Maaf..." lirih Baekhyun. "Ugh, seharusnya aku tak boleh mengganggumu dengan perasaanku Chanyeollie..." Benar, seharusnya Baekhyun tak perlu mengungkapkan bahwa ia menyukai Chanyeol, ah lebih tepatnya dengan beraninya memiliki perasaan cinta untuk Chanyeol. Baekhyun harus sadar diri lagi-lagi akan dirinya yang hanya seorang b***k yang bisa diperjual-belikan. "Tak apa." Suara Chanyeol terdengar di keterdiaman Baekhyun. Slave itu kembali menatap mata Chanyeol yang serupa gelap malam itu dalam kekaguman yang tak pernah habis. "Tak apa, cintai aku sebanyak yang kau bisa, Baekhyun-ah..." ... Pagi hari ini dimulai dengan Baekhyun yang sudah berada di kamar mandi pada pukul lima pagi. Itu cukup mengganggu Chanyeol karena suara muntahan itu terdengar hingga ke tempat tidur. Oh, maafkan Baekhyun yang tidak sempat menutup pintu kamar mandinya karena mual itu benar-benar bergejolak hebat di dalam perutnya yang entah kenapa terasa sangat keras di satu titik. Suara derap langkah Chanyeol membuat Baekhyun lantas menoleh dengan tatapan bersalah kemudian. Ia telah mengganggu tidur nyenyak masternya. "Chh-chanyeollie. Maafkan aku, aku lupa menutup pintunya. Kau pasti tergangg—HOEKK!" Baekhyun kembali memuntahkan isi perutnya, namun lagi-lagi hanya lendir putih yang keluar. Jika mual yang ia rasakan akibat dari nasi maupun daging yang semalam ia makan bersama Chanyeol setelah pulang dari kantor, namun tidak ada yang keluar sama sekali. "Ugh~ Chanyeollie. Maafkan aku. Kau bisa tidur lagi. Aku akan segera menutup pintunya." Baekhyun dengan cukup terengah menatap Chanyeol dengan penuh rasa bersalah. Tidak ada jawaban dari Chanyeol, pria itu malah mendekat dan mengurut tengkuk Baekhyun dengan lembut. Hingga akhirnya Baekhyun kembali memuntahkan lendir putih ke dalam kloset. Hampir sepuluh menit, akhirnya perut Baekhyun sudah merasa sedikit lebih baik, dan tanpa berkata apa-apa Chanyeol langsung menggendong bridal tubuh Baekhyun dari lantai kamar mandi menuju kasur. "Chanyeol, maafka—" Cup! Sebuah kecupan kecil mendarat di bibir Baekhyun, lantas membuat slave itu terkejut. Tentu saja, Chanyeol mencium bibirnya yang sehabis muntah. "Berhenti berkata maaf jika kau tidak bersalah Baekhyun," ucap Chanyeol dengan nada rendah, membuat Baekhyun tertunduk dan mengangguk pelan. Sebuah usapan kecil mendarat di puncak kepala Baekhyun. "Sudah berapa lama kau mengalami ini, hm?" "Dua hari yang lalu Chanyeollie. Tak berapa lama setelah Chanyeollie pergi bekerja." "Dan kenapa kau tak memberitahuku?" "Ugh, aku kira itu hanya masuk angin biasa. Ini juga. Mungkin karena aku tidak memakai baju yang tebal." "Kau pernah memeriksakan dirimu seorang carrier atau bukan?" "Carrier? Apa?" Mendengar itu, Chanyeol hanya menghela napasnya pelan. Lantas kembali mengusap pelan rambut Baekhyun. Oh, submissivenya satu ini benar-benar tidak tahu apa-apa. "Tidurlah, siang nanti kita akan memeriksakan dirimu ke dokter." "Tapi aku tak apa Chanyeollie. Ini hanya masuk angin biasa." "No baby. Kita harus memeriksakanmu ke dokter. Dan setelah itu, aku baru bisa memutuskan untuk segera menikahimu atau tidak."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD