11

1023 Words
Baekhyun berada dalam keadaan dilema, antara membangunkan Chanyeol yang masih terlihat sangat lelap, atau menunggu sampai masternya itu bangun dengan sendirinya. Ini bukan hal yang biasa Chanyeol masih tertidur disaat cahaya pagi sudah menerpa wajahnya, mengingat mungkin saja ia yang terlalu lelah karena menggumuli Baekhyun semalaman. Ah, semalam. Mengingatnya, tanpa sadar membuat pipi Baekhyun mulai dirambati rona kemerahan. "Aku juga. Mari kita saling mencintai satu sama lain, Baekhyun-ah..." Ugh, saat itu juga pipi Baekhyun benar-benar merona malu, apalagi sekarang ia menatap bagaimana belah tebal Chanyeol yang sedikit terbuka itu membuat sang dominan terlihat polos. Baekhyun melihat jam yang sudah menunjukkan menit dimana Chanyeol seharusnya sudah siap pergi ke kantor. Akhirnya Baekhyun mengambil pilihan kedua, ia duduk dipinggir ranjang, dan menapakkan tangannya pelan pada pipi Chanyeol. "Chanyeollie~ Chanyeollie... Kau harus bangun~" Baekhyun mengusap pipi Chanyeol pelan, lantas terkekeh kecil saat ia menyadari memanggil nama Chanyeol dengan panggilan imut. Lagipula, Chanyeol tidak akan marah kan? Pikirnya. "Master, kau harus bangun." Terlihat pergerakan dari Chanyeol, yang mulai membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang menerobos langsung ke dalam retinanya. Pandangannya langsung teralih pada Baekhyun yang masih memegangi pipinya. Senyum tipis lantas terpatri di bibir Baekhyun. "Kau harus pergi ke ke kantor, tidakkah?" Bukannya menjawab, Chanyeol malah menarik Baekhyun ke dalam pelukan. "Morning, baby," bisik Chanyeol pelan. Baekhyun tersenyum lebar dalam pelukan Chanyeol. "Morning, Master," balasnya. "Rasanya tadi aku mendengarmu memanggilku Chanyeollie. Kenapa sekarang berubah lagi, hm?" Baekhyun memalu, lantas semakin menenggelamkan kepalanya pada d**a Chanyeol "Aku tidak," elaknya. Lalu kedua tangan Chanyeol beralih membawa pipi Baekhyun untuk mengahadpkan wajah kearahnya, menatap keseluruhan wajah seorang slave yang entah tanpa sadar telah mengambil hatinya. "Morning kiss?" pinta Chanyeol dengan suara berat bawaannya? Tanpa disuruh dua kali, Baekhyun langsung menempelkan bibirnya pada bibir Chanyeol. Hingga kedua belah yang kini semakin basah itu saling memagut. Chanyeol adalah pencium yang handal, terasa dari bagaimana ia bisa terus membuat Baekhyun bernapas tanpa melepas tautannya walau sudah beberapa menit mereka berciuman. "Ungh~" Baekhyun melenguh saat Chanyeol mulai menyapa langit-langit mulutnya dengan lidah, juga tangan besar Chanyeol yang mulai merayap ke bokongnya lantas meremasnya, pun tanpa sadar kini posisi Baekhyun mulai berada diatas tubuh Chanyeol. Entah darimana tiba-tiba Baekhyun teringat akan Chanyeol yang harus ke kantor. Pagutan mereka terlepas. "Maaf, tapi kau harus ke kantor, Chanyeollie~" Baekhyun menyadari tatapan Chanyeol mulai datar seketika. Lantas Baekhyun langsung tertunduk dalam, menyalahi dirinya yang mungkin saja membuat Chanyeol marah, karena telah bersikap lancang telah menjeda kegiatan mereka tadi. Tangan Chanyeol kemudian terulur dan menarik Baekhyun untuk kembali berciuman. "Aku tidak akan ke kantor. Ayo, aku akan menemanimu jalan-jalan hari ini," ucapnya di sela ciuman mereka. ... "Master, lihat! Aku bisa melihat kantormu dari sini!" ucap Baekhyun dengan mata berbinar, saat menunjuk pada sebuah bangunan pencakar langit yang terdapat sebuah tulisan besar Park Corp. didepannya. Chanyeol hanya menunggingkan senyum tipisnya. Ketika perempuan-perempuan ataupun slave lainnya yang terlalu banyak meminta yang terkadang membuatnya jijik dan kesal, Byun Baekhyun hanya meminta permintaan yang teramat sederhana – menaiki gondola. Hanya itu. Ia ingin melihat rumah-rumah menjadi kecil, itu alasan Baekhyun, yang nyatanya menggelitik perasaan Chanyeol. "Master, kita harus mencari rumahm~" Ucapan Baekhyun terputus, ketika Chanyeol tiba-tiba memeluknya dan mengecup daun telinga si mungil. "Wanna have s*x in here, baby?" ... "Anh~" Begitulah jeritan tertahan Baekhyun terdengar, dahinya kini sudah menempel pada kaca gondola. Chanyeol telah berhasil menelanjangi Baekhyun, walau sebelumnya slave itu dengan polosnya menolak karena takut dilihat orang lain. Namun, bukan Chanyeol namanya yang akan menghentikan kegiatannya. "Umhh~ Faster Chanyeollie..." Dan nyatanya Baekhyun menikmati s*x kilat yang diberikan Chanyeol padanya. Genjotan Chanyeol pada lubang kemerahan Baekhyun semakin kuat dan dalam, hingga desahan itu sudah mulai menggema mengisi gondola yang hanya ditempati mereka berdua. Suasana panas itu nyatanya mampu membuat embun-embun air memenuhi kaca. Tiga tusukan terakhir, membuat Chanyeol maupun Baekhyun mengejang lantas sama-sama mengeluarkan s****a mereka, dengan menjeritkan nama satu sama lain. Tubuh Baekhyun langsung jatuh lemas, dan Chanyeol dengan sigap membawa lelaki mungil itu kedalam dekapannya - memangkunya. Mereka sama-sama mengatur napas yang menderu. Tiba-tiba dering handphone Chanyeol membuat Baekhyun berdiri dari pangkuan Chanyeol. Selagi Chanyeol menjawab panggilan, ia memasang celananya, begitupun Chanyeol yang kini mengapit handphonenya di antara bahu dan telinga. "Sialan!" Umpatan itu membuat Baekhyun menatap Chanyeol penasaran, pun wajah Chanyeol kini telah menampakkan kemarahan. "Biar aku yang urus tua bangka itu." Chanyeol langsung mematikan handphonenya, dan beruntung gondola yang mereka naiki sudah sampai ke tempat pemberhentian lagi. Tangan Chanyeol menariknya dengan tidak sabaran, hingga menuju ke mobil mereka. ... Selembut-lembutnya Chanyeol, tetaplah seorang arogan yang bisa menghancurkan seisi ruangannya, terlihat bagaimana kini ia melemparkan komputer di mejanya ke lantai, membuat Baekhyun berjengit terkejut. "Kalian tahu?! Kalian telah menyebabkan milyaran won lenyap begitu saja!" Bentakannya menggema memenuhi seisi ruangannya. Lima orang yang ada di hadapannya yang sudah mendapatkan cetak merah dipipi yang tentu saja berkat tamparan Chanyeol kini semakin menunduk dalam. Kini Chanyeol mengambil sesuatu dari lacinya, dan cukup membuat Baekhyun juga lima orang tersebut mendelik panik bukan main – sebuah pistol. Chanyeol dengan cepat menarik kokangnya, dan mengarahkan pistol itu ke arah satu dari lima orang tersebut, namun sebelum tembakan terjadi, Baekhyun lebih dulu menarik Chanyeol dalam pelukannya. "Chanyeollie, kau tidak harus melakukan itu," ucapnya berusaha membujuk Chanyeol. Dan yang terjadi berikutnya adalah Baekhyun yang langsung melumat bibir Chanyeol di depan kelima orang tersebut, salah satu tangan Baekhyun menurunkan tangan Chanyeol yang memegang senjata. Saat Chanyeol mulai membalas ciuman Baekhyun, melalui isyarat tangan Baekhyun menyuruh kelima orang tersebut untuk meninggalkan mereka. Ciuman Chanyeol kini terasa amat kasar dan menuntut, berkali-kali Baekhyun mencoba menarik napas, namun tak berhasil, bahkan ia merasakan bagaimana bibirnya mungkin kini berdarah. Ketika tubuh Baekhyun mulai melemas dan hendak terjatuh, barulah Chanyeol melepas ciumannya. Baekhyun tersenyum, pun mata sayunya menatap Chanyeol, mengisyaratkan untuk menetralkan emosinya. Tangan Baekhyun yang awalnya menangkup pipi Chanyeol, kini beralih membuka kemeja putih yang ia pakai, membuka satu persatu kancingnya, lantas melepasnya, menampakkan bagaimana tubuh seputih s**u itu terlihat indah saat terkena bias cahaya matahari yang memasuki jendela besar di belakang mereka. Tangan kecil Baekhyun kini kembali menangkup pipi Chanyeol. "Lampiaskan saja semua kemarahanmu padaku, Chanyeol-ah." Melihat itu, Chanyeol langsung memejamkan matanya, dan menghela napas kasar. Lantas tangannya tiba-tiba membawa tubuh Baekhyun yang mulai berisi itu ke pelukannya. "Tetaplah disisiku, Baekhyun-ah..."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD