Penyematan Akhtar sebagai Raja Wieldburg berjalan dengan sangat hikmat. Seluruh orang-orang penting hadir termasuk keluarga Vienza.
Saat Akhtar dimahkotai oleh ayah mertua Vienza, semua orang bertepuk tangan dengan meriah.
Vienza juga mendapatkan gelar sebagi Ratu sekaligus permaisuri dikerajaan Wielburg. Rakyat Wielburg terutama kota Gioveni ibukota Wieldburg ikut merayakan hari besar ini. Ada pesta yang diadakan dilapangan terbuka kota Gioveni, mereka yakin Akhtar mampu membuat Wieldburg semakin disegani dan akan lebih maju dari ini.
Suasana didalam kerajaan berjalan lancar, acara resmi sudah berlalu. Vienza dan Akhtar sudah mengucapkan sumpah mereka, sebagai Raja dan Ratu yang baru.
Zira dan Alvian terharu karena Vienza terlihat begitu serasi dengan Akhtar, dan anaknya itu terlihat bahagia.
Alvian tidak menyesal menikahkan Vienza dengan Akhtar, Alvian dan Zira dapat melihat rona merah diwajah Vienza saat Akhtar mencium tangannya didepan semua orang.
Saat ini Alvian sedang mengobrol bersama Akhtar dan juga ayah Akhtar.
Zira dan juga Vienza serta ibu mertuanya juga ikut serta dimeja bundar itu.
Zyan memilih duduk berdua dengan Aston sambil membaur dengan tamu yang lainnya.
Vienza terkejut karena Akhtar tiba-tiba naik keatas podium dan duduk didepan piano hitam yang ada disana.
Dia duduk dan berbicara lewat mikrofon yang dipegangnya.
"Ehm... Sebelumnya aku ingin minta maaf kepada permaisuriku, karena aku bukanlah tipe suami yang romantis. Tapi kali ini aku ingin mempersembahkan lagu ini untukmu. Maafkan jika suara ku mengganggu kalian, tapi ini sudah level maksimal suaraku."
Terdengar tepuk tangan dari semua orang yang ada disana, tapi tidak dengan Vienza. Jantungnya berdetak sangat cepat dan dia tersenyum kaku saat Akhtar melihatnya.
Akhtar memanikan irama lagu itu, dan Vienza tahu benar lagu itu.
Wherever you go... Whatever you do... I will be right here waiting for you.
Ini adalah lagu kesukaan Ghafur, pria yang hari ini tidak dia lihat dari pagi hingga hari menjelang sore.
Lagu ini selalu dimainkan Ghafur saat dia ingin mengutarakan sesuatu kepada Vienza, lagu dari Richard mark ini akan mereka mainkan berdua dirumah Ghafur.
Duduk didepan piano dan bahu Ghafur menjadi sandaran kepala Vienza sambil mereka memainkan tuts piano.
Zira ibundanya menyenggol lengan Vienza dan Vienza melihat wajah Zira dengan tatapan sedih.
Padahal Zira ingin menggoda anaknya itu, tapi dia tahu Vienza sedang memikirkan sesuatu.
Saat lirik demi lirik terus dinyanyikan Akhtar Vienza hanya mengingat sosok itu.
Dia benar-benar sudah sangat jahat, dia menyakiti pria yang mencintainya dengan tulus, dia memberikan luka kepada pria itu.
Ghafur adalah teman pertamanya, dan cinta pertamanya.
Ghafur dengan tulus mencintainya, bahkan dia masih memikirkan perasaan Vienza saat Akhtar dicium oleh Alena.
Dia memeluk tubuh Vienza agar Vienza tidak melihat kearah Akhtar, dan Vienza tahu hal itu.
Tapi apa yang dia lakukan? Dia bahkan dengan sengaja membuat Ghafur terluka. Sebutir air mata keluar dan membasahi pipi Vienza.
Tanpa sadar dia berdiri saat semua orang bertepuk tangan untuk Akhtar.
Dia tersadar akan apa yang dia pikirkan saat Zyan menyentuh tangannya.
Akhtar turun dari podium dan tersenyum hangat kepada Vienza yang terlihat muram.
"Aku merasa pusing, aku ingin kekamar sebentar."
"Mau aku temani?"
Akhtar terlihat khawatir, tapi Vienza langsung menolaknya.
"Tidak perlu, aku bisa sendiri. Kau harus tetap disini, tidak enak dengan semua orang."
Vienza berbicara sambil bergetar.
"Biar aku yang menemani Vienza."
Zyan menawarkan dirinya dan Akhtar mengangguk setuju.
Zyan berjalan bersama Vienza kearah istana dimana kamar Vienza terletak.
Mereka berjalan dalam diam hingga Vienza bersuara dengan air matanya yang jatuh lagi.
"Aku menyakitinya, aku mengkhianatinya."
Vienza menangis dan Zyan memeluk Vienza. Dia tahu masalah ini, hanya saja dia tidak tahu siapa pria itu.
"Sudahlah, kau tidak bersalah. Kau melakukan hal yang benar. Lihat Akhtar begitu manis padamu tadi."
"Aku pantas untuk dihukum karena menyakitinya Zyan. Ya tuhan apa yang sudah kulakukan padanya, ahk..."
Vienza terlihat frustasi, mengingat Ghafur.
"Vienza dengar, jangan melakukan hal bodoh. Kau sudah menjadi Ratu dan istri dari Akhtar. Aku tahu ini tidak mudah bagimu, tapi cobalah melupakan dan tidak melihat kebelakang lagi."
Zyan memegang kedua bahu Vienza dan menuntun Vienza kembali berjalan menuju kamarnya.
"Ini adalah takdirmu Vi, kau harus bisa melupakan semua masa lalumu. Akhtar dan kerajaan ini sekarang adalah masa depanmu."
Vienza hanya diam hingga dia masuk kekamarnya.
"Aku akan kembali ke acara, kau tidurlah dan lupakan semuanya."
Setelah Zyan keluar dari kamarnya Vienza duduk dan mengambil ponselnya diatas nakas.
Dia menemukan sebuah pesan.
Aku selalu memikirkan mu setiap detik, bahkan hingga saat ini pun aku masih mengingat senyummu. Kau harus tahu
Aku tidak pernah membencimu Viza, aku berdoa semoga kau bahagia bersama sahabatku. Aku tahu Akhtar sudah mulai jatuh cinta padamu, meski dia menolak mengakui perasaannya.
Berbahagialah...
Aku selalu mencintaimu...... Vizaku.
Air mata Vienza kembali jatuh. Dia merasa dirinya sangat egois dan jahat.
Vienza keluar dari kamar, dia tidak tahu kemana kakinya akan membawanya. Dia hanya berjalan hingga dia melihat sebuah piano diruang tengah itu seperti memanggilnya.
Vienza duduk dimeja piano itu dan membuka tutup piano.
Airmata menetes dan dia memainkan tuts piano dengan perlahan. Ini adalah lagu yang khusus dibuat Ghafur untuknya, isakan Vienza tertutupi karena suara dentingan piano yang dia mainkan.
Akhtar berjalan cepat menuju kamar Vienza, tapi kamar itu kosong. Pandangannya melihat ponsel Vienza yang terletak ditempat tidur, lalu dia mendengar suara permainan piano yang sangat indah dan merdu.
Dia mencari Vienza untuk menyampaikan berita bahagia.
Adiknya sudah ditemukan dan jika kalian menebak itu adalah Ghafur maka kalian benar. Ghafur memang benar adik kandung Akhtar, Shahid sudah memastikan itu semua. Tapi sayangnya ibunya sudah lama meninggal.
Akhtar tahu irama piano yang dimainkan ini. Ah... Ini pasti Ghafur, mungkin dia menunggu acara penobatan selesai baru kembali ke London. Padahal Akhtar sudah menyuruh Shahid membawa kembali Gahfur ke Wielburg. Akhtar masih dengan senyumannya berjalan kesumber suara piano itu, dan tubuhnya kaku saat melihat siapa yang sedang terduduk memainkan piano itu.
"Ini adalah lagu khusus yang aku ciptakan untuk kekasihku. Hanya dia dan aku yang tahu lagu ini"
Akhtar menatap Vienza yang masih memainkan piano dengan airmata yang jatuh ke pipinya.
Tiba-tiba ponsel Vienza bergetar menandakan untuk mengisi daya ponsel. Dan matanya tidak sengaja melihat pesan itu.
Aku selalu memikirkan mu setiap detik, bahkan hingga saat ini pun aku masih mengingat senyummu. Kau harus tahu
Aku tidak pernah membencimu Viza, aku berdoa semoga kau bahagia bersama sahabatku. Aku tahu Akhtar sudah mulai jatuh cinta padamu, meski dia menolak mengakui perasaannya.
Berbahagialah...
Aku selalu mencintaimu...... Vizaku.
Akhtar meremas ponsel Vienza dan meletakkannya begitu saja diatas meja didekatnya berdiri mengamati Vienza. Dia pergi begitu saja dari sana.
Semuanya hancur begitu cepat, tanpa harus butuh waktu lama saat dia mencoba membuka hatinya untuk Vienza.
TBC......