24

779 Words
Vienza bangun dari tidurnya pagi hari ini dengan pegal-pegal yang masih terasa ditubuhnya. Setelah melakukan perjalan yang cukup panjang akhirnya kemarin malam mereka sampai di istana Wieldburg. Akhtar langsung menyuruh Vienza beristirahat sedangkan Akhtar kembali keruang kerjanya dan kembali ke kamar Vienza saat tengah malam hanya sekedar mencium kening Vienza. Lalu kembali kekamar milik nya sendiri. Vienza tahu hal itu karena dia pura-pura tidur saat Akhtar mencium keningnya. Dia tidak suka Akhtar tidur dikamarnya sendiri dan dia dikamarnya sendiri,tapi apa boleh buat. Setidaknya Akhtar masih memperhatikannya, dari pada seperti dulu. Vienza berjalan masuk kedalam kamar mandi, berendam sambil seluruh tububnya dioleskan lulur oleh pelayan. Vienza memejamkan matanya untuk merilekskan tubuhnya. Vienza membuka matanya saat menyadari kalau pelayan yang mengoleskan lulur ditubuhnya berhenti. Pantas saja pelayan itu berhenti melakukan tugasnya, Akhtar menyuruh pelayan itu keluar dan dia menggantikan pelayan itu mengoleskan lulur dibahu Vienza. "Ada apa?" Vienza bertanya sambil tersenyum kepada Akhtar. "Aku harus pergi untuk beberapa waktu ke Dubai." Vienza mengerti arah pembicaraan Akhtar sekarang. "Aku tidak bisa membawamu bersama ku, karena jadwal mu untuk berpartisipasi dalam kegiatan amal yang diadakan PBB juga mengharuskan kehadiranmu." Akhtar masih mengoleskan lulur yang sekarang kebagian lengan Vienza. "Kapan kau akan berangkat?" "Lusa setelah acara penobatanku dan juga dirimu." Akhtar mengusap-usap pipi Vienza dan Vienza tersenyum malu karena tatapan mata Akhtar. "Pergilah, aku akan menunggumu disini." Akhtar mencium bibir  Vienza lama  hingga rasanya bibir Vienza sudah bengkak. Ciuman mereka berakhir saat Akhtar melepaskan ciuman mereka. "Aku akan pergi bersama ayah ke Fortien. Kita akan bertemu saat makan malam." Akhtar mencium kening Vienza dan pergi meninggalkan Vienza yang menghembuskan nafasnya. ******* Vienza sedang menikmati secangkir teh sore nya saat Ratu mendekati nya dan tersenyum hangat kepadanya. "Kau menikmati teh nya putri?" Vienza tersenyum lalu mencium tangan sang Ratu. "Jika boleh menebak, pasti hubunganmu dan Akhtar mulai membaik bukan?" Vienza hanya tersenyum malu. Wajahnya merona mengingat setiap moment kebersamaan dirinya dan Akhtar. "Ah.. Ibunda sudah bisa menebak dari rona diwajahmu Vienza." Mereka sama-sama hening dan menikmati udara sore yang sejuk. "Kau tahu Vienza, Akhtar adalah sosok anak yang selalu ku impikan. Dia sangat menyayangi kedua orang tuanya dan sangat menghormati ku, meski aku bukan ibu kandungnya." Vienza terkejut mendengar kalimat terakhir ibu mertuanya. Dia berpikir apa dia salah mendengar semua ini. "Maaf ibunda, maksud ibunda?" "Akhtar belum menceritakan masalah ini padamu?" Vienza menggelengkan kepalanya. "Akhtar bukan anak kandung ku Vienza, begitupun Mahira. Akhtar adalah anak dari Ratu Gricella, tapi aku menghancurkan keluarga mereka. Aku merasa sangat berdosa kepada Akhtar dan adiknya." Vienza rasanya ingin memeluk tubuh Akhtar saat ini. "Saat itu aku dinikahi oleh baginda Raja sebagai selir. Dan semua nya terjadi, Ratu Gricella tidak suka tersenyum lagi dan menjadi pendiam. Hingga Ratu Gricella pergi meninggalkan istana, membawa lari pangeran kecil wielburg." Mata Vienza terus menatap penuh pertanyaan kepada ibu mertuanya itu yang terlihat sedih. "Tapi Vienza, kau harus tahu kalau Akhtar adalah sosok yang sangat baik hati dan aku yakin dia mencintaimu." Vienza menatap sosok Akhtar yang datang mendekati tempat mereka berbicara. "Wah... Sepertinya serius sekali ngobrolnya." Akhtar mendekati Vienza dan mencium kening istrinya. "Aku merindukanmu." Vienza menatap kedua bola mata Akhtar dan tersenyum hangat. "Ehm... Ibunda tidak disapa." Akhtar tertawa dan mencium tangan ibundanya. "Akhtar, apakah kau sudah siap untuk dinobatkan besok?" "Sudah ibunda, terlebih lagi calon Ratuku sudah sangat membuatku percaya diri." Vienza tertawa melihat wajah lucu Akhtar yang menggodanya. Tapi tawa itu pudar saat dia melihat Ghafur mendekati mereka. "Maaf yang Mulia Ratu, Baginda Raja menunggu anda diruangan pribadinya." Setelah berpamitan sang Ratu meninggalkan Vienza dan Akhtar. Sementara Ghafur pergi bersama Ratu. Akhtar dan Vienza masuk kekamar mereka, Akhtar memilih mandi dan Vienza turun ke ruang makan. Dia menyiapkan makan malam mereka dengan bantuan pelayan istana. Akhtar datang bersamaan dengan Mahira keruang makan dan Vienza menyambutnya dengan senyuman. "Wah... Aku merasa sedang ada yang kasmaran disini." "Jika ya, apa kau akan pergi meninggalkan kami berdua disini adikku?" Mahira cemberut karena kesal. "Jika kalian ingin berduaan kalian bisa melakukannya dikamar kalian setelah kita makan malam." Baginda Raja masuk ke ruang makan bersama Ibu Ratu. Acara makan malam mereka malam itu tidak seperti biasanya. Akhtar dan ayahnya bercanda dan terkadang Akhtar menggoda adiknya, membuat Mahira kesal kadang juga dia tertawa karena mengejek Akhtar. Malam itu Vienza menyadari Akhtar berubah, dan dia pun berubah lebih memperdulikan Akhtar dari biasanya. Dia akan menuangkan air putih untuk Akhtar padahal ada pelayan yang bisa mengerjakannya. Tapi ntah kenapa Vienza ingin dirinya yang melakukan hal itu. Ayah dan ibu mertuanya bahagia melihat kemajuan hubungan Vienza dan Akhtar. Disaat terakhit makan malam berakhir Akhtar memberikan berita yang membuat ayahnya bahagia. "Ayah... Aku sudah mendapatkan alamat dimana ibunda dan adikku tinggal selama ini. Besok orang kepercayaan ku akan mengirimkan semua informasinya." TBC..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD