27.

813 Words
Vienza sedang di rawat dirumah sakit karena demam yang cukup tinggi dan juga penyakit magh nya kambuh. Itu yang menyebabkan Vienza sesak nafas, dan panas badannya yang terlalu tinggi membuatnya mimisan. Akhtar langsung kembali ke istana setelah dokter memberi tahu kondisi Vienza. Hanya mahira yang sekarang menemani Vienza. Vienza menolak untuk memberitahukan kepada kedua orang tuanya karena ini hanya sakit biasa. Sudah satu hari dia dirawat dan Akhtar tidak datang untuk melihatnya. Vienza merasakan ada sesuatu yang berbeda didalam dirinya. Tapi entah apa, atau mungkin hanya perasaan nya saja. "Ratu, anda sudah bisa kembali ke istana siang ini." Mahira datang dan membawa kabar bahagia bagi Vienza. "Aku sangat lega mendengarnya Putri. Terimakasih sudah menemaniku." Mahira tersenyum hangat dan menelpon seseorang. Ada apa Mahira. Aku sedang sibuk, "Istrimu akan pulang siang ini juga. Apa kau akan menjemputnya?" Aku sibuk, aku akan menyuruh Thomas menyiapkan penjemputannya. Mahira kesal dengan tingkah Akhtar. Dia benar-benar tidak habis pikir kakaknya itu akan seperti ini. Apa dia tidak mengkhawatirkan keadaan Vienza. Meskipun mereka sedang tidak baikan setidaknya Akhtar masih bisa memperhatikan Vienza. "Tidak apa-apa Putri, aku sudah tahu kalau dia sedang sibuk." Mahira mendekat dan memeluk Vienza. "Maafkan kakakku, kuharap kau bisa mengerti." "Tenang saja. Aku cukup mengerti." Vienza berdiri perlahan dan Siti membawakan kursi roda untuk Vienza. Vienza didorong oleh Siti dan diikuti Mahira juga pelayan Mahira. Saat hampir tiba di pintu lobby rumah sakit. Thomas datang terburu-buru, Dia yang mendorong kursi roda Vienza hingga Vienza sampai kedalam mobil. Disepanjang perjalanan menuju istana Vienza hanya diam menahan nyeri diperut nya. Badannya juga masih terasa tidak enak. Mobil mereka sampai diistana dan ibu mertuanya sudah menunggu digerbang istana dengan pengawal juga pelayan. "Ibunda, tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku baik-baik saja, lagi pula ada Putri Mahira yang selalu menemaniku." "Sudah tidak apa-apa, mari Ibunda antar ke istanamu. Mulai hari ini kamarmu sudah pindah ke istana baru, semoga kau menjadi lebih segar berada dikamar barumu sayang." Vienza menangguk dengan sedikit senyuman. Dalam hatinya kenapa dia dipindahkan ke istana lain didalam kerajaan ini, dia mulai berprasangka tidak enak. Tapi dia masih tetap diam sambil berjalan dengan perlahan. Saat diperjalanan menuju kearah selatan tempat dimana istana milik Vienza mereka berpapasan dengan Akhtar yang juga berjalan bersama beberapa dewan tinggi kerajaan. Akhtar berhenti untuk menyapa Ibundanya dan lalu pergi lagi tanpa menyapa atau sekedar menganggap Vienza ada. Sesampainya di istana barunya Vienza merasa istana barunya lebih besar dan juga lebih mewah. Istana didalam sebuah istana, jika di Fortania istana yang dia tempati ini akan disebut dengan paviliun utama. Yang berarti kastil utama dikerajaan. Tapi istana Vienza berbeda dengan Paviliun ibundanya yang juga mendapatkan gelar seorang Ratu. Istana Vienza lebih mewah dan lebih besar, dan lengkap dengan penjagaan yang ketat juga pelayan yang lebih banyak. "Akhtar sendiri yang membuat desain istana ini. Awalnya istana ini hanya dijadikan ruang pertemuan, tapi kata Akhtar dia ingin istana ini menjadi istana untuk permaisurinya. Dan dia minta istana ini selesai direnovasi saat kalian sudah pulang dari bulan madu." Vienza merasa terharu karena ternyata Akhtar menyiapkan ini untuknya. Tapi dia tahu Akhtar menyiapkan ini saat semuanya masih baik-baik saja. "Ayo ibunda antarkan kekamarmu." Vienza ikut berjalan dibelakang bersama dengan mahira yang menatapnya sambil tersenyum. ******** Yang mulia Omar berteriak emosi dihadapan Akhtar anaknya. "Jangan membuat kesalahan seperti aku anakku." Setelah amarahnya keluar yang mulia Omar memelankan suaranya. Berharap Akhtar mengerti dan merubah keputusan. "Aku sudah memikirkan ini baik-baik ayahanda. Dan kuharap ayah merestui keputusanku." Akhtar masih berdiri dengan tegak, tidak terlihat ada keraguan dari dirinya. Yang Mulia Omar menutup matanya. Dia pikir semuanya akan sempurna, tapi ternyata semuanya tidak sebaik yang dia prediksikan. "Aku hanya bisa berdoa semoga kau tidak menyesal anakku. Pikirkanlah baik-baik sebelum kau melakukannya. Ayah minta pikirkan sekali lagi." Akhtar mencium tangan ayahnya dan tersenyum. "Tenang saja ayah, semuanya sudah kupikirkan. Besok aku akan menyiapkan semua persiapannya, kuharap ayah bisa membicarakan ini baik-baik dengan Ibunda." Akhtar pergi dari kamar ayahnya dengan semua beban yang ada dihati. Semalam dia bertemu dengan Fasya dan dia memutuskan hal ini. Meski Fasya sudah mengatainya tidak berotak dan egois, Akhtar tetap pada pendiriannya. Dia sempat khawatir saat Vienza dirawat kemarin. Dia berpikir apakah Vienza hamil, tapi Vienza mimisan dan pasti bukan karena hamil. Dan pemikirannya terbukti saat dia bertanya kepada dokter apakah istrinya sedang hamil atau tidak, jawabannya adalah tidak. Vienza tidak sedang mengandung, dia hanya demam tinggi dan penyakit magh nya yang kembali kambuh. Sangat bohong besar jika dia tidak perduli dengan Vienza, dia sangat takut jika sesuatu yang buruk terjadi dengan Vienza. Hanya saja dia tidak bisa kembali seperti dulu, Vienza sudah menyakitinya dengan sengaja menutupi tentang dirinya dan Ghafur. Semuanya tidak akan pernah sama lagi, apalagi Ghafur ternyata adalah adik kandung yang selama ini dia cari. Akhtar berharap semua ini hanya mimpi. Tapi saat dia terbangun dipagi hari dikamar dia akan menyadari bahwa ini adalah kenyataan. Dan dia akan baik-baik saja setelah semua ini berhasil dia lewati. TBC...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD