Vienza melihat dari jendela kamarnya banyak orang berlalu lalang seperti sangat sibuk. Dia heran dengan apa yang terjadi, saat Vienza ingin bergerak melangkah kram diperutnya mulai dia rasakan lagi.
Akhir-akhir ini tubuhnya memang selalu aneh, dia berjalan perlahan untuk duduk ditempat tidur.
"Akhtar." Lirihnya saat kram diperutnya semakin menjadi.
Dia keringat dingin dan membaringkan tubuhnya ditempat tidur itu.
Akhtar sendiri sedang berada di dalam mobil menuju kesuatu tempat. Ibunda dan ayahnya menolak untuk hadir karena mereka tidak setuju dengan tindakan Akhtar. Mereka menilai Akhtar terlalu gegabah mengambil keputusan.
Tapi Akhtar tetap pada pendiriannya, meski semalam dia tidak tenang karena merindukan Vienza. Dia terus memikirkan apa yang sedang dilakukan Vienza, dan bagaimana keadaannya sekarang. Apakah dia benar-benar sudah pulih atau belum. Itulah yang terus dia pikirkan, dan tentu nya yang paling dia pikirkan adalah, bagaimana dia menjelaskan semua ini saat Ghafur tiba di istana, apa yang akan dia jelaskan.
Apakah seperti...maafkan aku adikku, aku menikahi kekasihmu.
Akhtar memicit pelipisnya dan tak terasa dia sudah tiba disebuah Masjid di kota Yamun.
Akhtar turun saat pintu mobil dibuka oleh pengawal yang berjaga disana.
Gubernur Kasim Hasan sudah menunggunya bersama istrinya Varida. Wajah mereka berdua tampak bahagia menyambut Raja baru di Wielburg yang akan menjadi menantu mereka.
Dari keluarga kerajaan hanya ada paman Akhtar yang mulia Basir bin Malik dan juga anaknya pangeran Fasya.
Fasya tidak ingin tersenyum sedikitpun kepada Akhtar, dia kecewa karena Akhtar tidak berpikir jernih.
Tamu kerabat dari keluarga Tania sudah menunggunya didalam Masjid.
Ya, Akhtar akan menikahi Tania. Dan karena ini adalah pernikahan seorang raja dan selir, acara ini tidak dibuat meriah. Karena begitulah aturan kerajaan di Wieldburg.
Vienza masih meringis ditempat tidur, dia merasakan sebuah cairan mengalir dipangkal pahanya.
Saat itu pula pelayan pribadinya masuk kekamarnya untuk meletakkan buah-buahan.
Siti terkejut karena melihat Vienza menutup matanya dengan wajah pucat. Dia langsung berlari dan melihat ada darah disprei tempat tidur.
Dengan sigap Siti keluar kamar dan menyuruh pelayan diluar meminta pertolongan dan memanggil Ibu Suri.
Tak lama Ibu Suri datang sambil berlari disusul dengan Putri Mahira dibelakangnya.
"Cepat bawa Ratu ke rumah sakit. Mahira kau hubungi Akhtar."
Ratu lalu berjalan dibelakang pengawal yang membawa tubuh Vienza.
Mahira merasa kesal karena sudah lebih dari sepuluh kali dirinya menelpon Akhtar tapi Akhtar tidak menjawabnya.
Kenapa Akhtar tidak menjawabnya, karena dia sedang mengucapkan ijab qabul di Masjid kota Yamun.
Akhirnya Mahira tidak lagi menghubungi Akhtar, dia berlari mengejar Ibundanya yang akan membawa Vienza kerumah sakit.
Tania mencium telapak tangan Akhtar saat ijab kabul sudah selesai diucapkan oleh Akhtar, dia meneteskan airmata karena Akhtar menikahinya.
Setelah bersalam-salaman kepada seluruh tamu yang ada dan juga kedua orangtua Tania, Akhtar langsung pamit untuk kembali ke Istana bersama Tania.
Tapi Tania menolak, dia meminta malam ini mereka menginap dirumah orangtua Tania. Dan Akhtar menyetujuinya, dia akan memberitahukan berita ini kepada ayahnya.
Sedangkan dirumah sakit, Vienza sedang berada diruang operasi.
Ada sebuah janin didalam perut Vienza yang sudah berumur satu bulan, dan Vienza tidak mengetahuinya.
Bahkan hingga saat ini dia menjalani operasi pengeluaran janinnya dia tidak tahu. Karena dia tidak sadarkan diri saat dibawa kerumah sakit.
Ibu Suri menangis dipelukan Yang Mulia Omar. Begitu juga Mahira, mereka bersedih karena kehilangan calon penerus kerajaan mereka.
Ibu suri tidak tahu bagaimana menyampaikan berita pahit ini nanti kepada Vienza. Dan Yang Mulia Omar berdoa semoga Vienza bisa menerima semua ini, dan juga bisa menerima pernikahan Akhtar.
Dokter keluar dari ruang operasi dan memberitahu kalau Vienza bisa dipindahkan keruang rawat.
Malam berganti pagi dan akhirnya Vienza sadar dari pengaruh obat biusnya.
Dia melihat sekeliling dan melihat Mahira dan juga kedua mertuanya disofa.
Mahira mendekati Vienza.
"Jangan terlalu bergerak dulu Ratu, kau harus istirahat saat ini." Vienza mengangguk setuju.
"Apa yang terjadi padaku?"
Vienza menatap penuh tanda tanya kepada Mahira. Mahira menunduk dan ternyata Ibu Suri lah yang bangkit dari duduknya untuk mendekat ke Vienza.
"Maafkan kami yang tidak bisa menjagamu Vienza."
Ibu mertua Vienza itu terlihat sangat sedih dan dia mencium kening Vienza.
"Ibunda ada apa sebenarnya?"
Desak Vienza, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengannya.
"Kau keguguran sayang."
Vienza tak bereaksi, hanya tatapan mata yang kosong. Mahira memeluknya, dan Yang Mulia Omar mendekatinya.
"Dimana Akhtar ayah? Apa dia tahu hal ini?"
Vienza mengeluarkan airmata tapi dia tidak terisak seperti halnya Ibu Suri yang sekarang sudah berlinang airmata.
Ayah mertuanya itu hanya diam dan menutup mulutnya saat Vienza menanyakan keberadaan Akhtar.
"Katakan padaku dimana Akhtar ayah? Aku tidak tahu kalau aku sedang hamil dan sekarang saat aku tahu bayiku sudah tidak ada. Aku ingin tahu apakah Akhtar tahu aku hamil atau tidak."
Vienza begitu terpukul kali ini, dia tidak tahu tentang kehamilannya. Dan sekarang saat dia tahu, bayinya sudah tidak ada lagi dirahimnya.
"Akhtar sedang di Yamun Vienza, dia sedang dirumah Tania."
Vienza mengernyit tidak mengerti kenapa Akhtar ada disana saat dia sedang ada dirumah sakit seperti sekarang. Apa sebegitu bencinya Akhtar kepadanya.
"Istirahatlah dulu Vienza, ayah akan membawa Ibundamu keluar sebentar. Kau butuh waktu untuk sendiri pasti."
Mahira dan kedua mertuanya keluar, Vienza memanggil Siti pelayan pribadinya yang muncul dari toilet ruangan itu.
"Siti, ambilkan ponsel ku."
Siti memberikan ponsel Vienza dan Vienza langsung menelpon Akhtar. Sudah dua kali tapi Akhtar belum mengangkat telponnya, pada panggilan ketiga Akhtar mengangkatnya.
Ehm... Hallo....
Suara serak Akhtar khas orang bangun tidur yang menyapa Vienza. Airmata Vienza terjatuh karena dia rindu suara itu terlebih dia butuh Akhtar saat ini.
"Kau tidak ingin melihatku? Apakah kau terlalu membenciku hingga kau tidak ingin ada bersamaku saat ini.?"
Akhtar tidak menjawabnya, dia tidak tahu dengan apa yang dialami Vienza. Karena dia belum membaca pesan dari ayahnya.
Sayang... Kau sudah bangun??
Suara itu jelas terdengar oleh Vienza, tangan Vienza gemetar dan dia menyesali perbuatannya menelpon Akhtar.
"Maaf aku mengganggumu."
Vienza mematikan telponnya dan dia menangis memikirkan hal yang dia pikirkan tentang Akhtar dan Tania. Tunggu tapi kenapa ayahnya tahu kalau Akhtar sedang berada dirumah Tania, apa ada yang tidak dia tahu saat ini.
"Siti apa kau tahu sesuatu? Maksudku apa ada pertemuan penting dirumah Gubernur Yamun?"
Siti bingung harus menjawab apa, dia pun juga takut menyampaikan berita ini.
"Ehm... Yang mulia Ratu saya... saya..."
"Cepat katakan Siti ! "
"Maaf Ratu, tapi dari yang saya dengar semalam baginda Raja Akhtar menikahi anak dari Gubernur Yamun."
"APA !?"
Vienza mengerti sekarang. Ya Tuhan lihat betapa buruk nasibnya. Saat dia keguguran dia mendapatkan selir baru Akhtar sebagai hadiah. Vienza merasa tidak ada tempat di Wieldburg untuknya.
Pintu tiba-tiba terbuka dan dia melihat sosok itu.
"Ghafur...." Airmata Vienza berlinang dan Ghafur langsung berlari memeluk tubuh Vienza.
"Aku tiba di Istana dan mereka mengatakan kalau kau ada dirumah sakit."
"Lepaskan aku Ghafur." Ghafur melepaskan pelukannya, dan menatap sedih ke Vienza.
"Aku tahu semuanya dari Shahid, Akhtar menikah kemarin bukan. Ah... Aku lupa kalau sekarang dia adalah kakakku."
"Aku tidak perduli dengan statusku sekarang Viza, maupun aku Pangeran atau bukan. Aku tetap mencintaimu dan masih akan selalu begitu, lebih baik kita pergi bersama Vienza."
Vienza terisak dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Semua ini begitu tiba-tiba dan bertubi-tubi datang kepadanya.
Tidakkah kebahagian berpihak kepadanya, kenapa hidupnya harus seperti ini.
TBC...