23.

1033 Words
Vienza berjalan sendiri di trotoar, ponselnya berdering untuk kesekian kalinya. Tapi dia tetap tidak mahu mengangkat panggilan dari Akhtar itu. Vienza tidak marah, hanya saja dia sedikit kecewa karena Akhtar tidak mengelak saat putri dari moskow itu mencium nya. Tunggu apakah dia cemburu? Vienza menghentikan langkah kakinya. Oh tidak mungkin, pasti ini cuma kesal karena Akhtar tidak mengelak tadi. Vienza kembali melangkah, dari jauh dia dapat mendengar teriakan seseorang. Vienza memilih melihat siapa yang memanggilnya dari sebrang jalan. Ternyata Akhtar dan juga Zia yang memanggilnya. Vienza diam ditempatnya, deru nafas Akhtar dan Zia yang berlari menyebrang jalan terdengar olehnya. Dilihatnya Zia memasang wajah galak dan Akhtar terlihat lelah dan khawatir. "Kau kemana saja kak, kami sudah hampir dua jam mencarimu. Pangeran Akhtar bahkan tidak berhenti menelponmu." Akhtar yang disebut-sebut memilih menggenggam tangan Vienza. "Maafkan aku, aku tahu aku salah. Tapi bisakah jangan seperti ini, aku takut sesuatu terjadi kepadamu." Vienza menyesal sudah berbuat seperti ini, membuat adiknya dan Akhtar khawatir. Vienza berjalan masuk kedalam gedung hotel sambil menarik tangan Zia. Meninggalkan Akhtar yang kecewa karena berpikir Vienza masih marah. Didalam kamarnya Vienza sudah mandi dan mengganti pakaiannya. Zia memperhatikan kakaknya yang cantik itu sekarang semakin cantik. Mungkin karena Vienza sudah menikah dan Akhtar memperlakukan kakaknya dengan baik. Dia bersyukur Vienza tidak terpuruk karena cinta masa lalunya. "Aku lapar kak, kau harus bertanggung jawab. Karena mencarimu aku jadi telat makan." Vienza hanya tersenyum dan pergi membuka pintu kamarnya yang diketuk. Akhtar muncul dengan wajah bersalah, membuat Vienza lelah harus berpura-pura marah. "Masuklah, aku sudah tidak marah." Wajah Akhtar langsung ceria dan dia memeluk erat tubuh vienza. Mencium bibir Vienza dengan terburu-buru, melupakan kalau disana ada Zia yang melihat mereka. "Hellow... Jika kalian ingin berbuat m***m aku bisa kembali ke kamarku oke." Zia kesal karena melihat adegan dewasa didepannya. Tapi dibalik semua itu dia sangat bahagia karena melihat langsung bagaimana Akhtar takut kehilangan kakaknya. "Sorry... Sorry... Aku tidak tahu kalau kamu ada disini adik ipar." Akhtar ternyata punya selera humor yang baik pikir Zia. "Akhtar bisakah aku minta waktu berdua dengan Zia saat ini. Kau bisa menunggu kami direstoran hotel, apa kau setuju?" Vienza memohon kepada Akhtar. "Dengan berat hati aku meninggalkan istriku untuk mu adik ipar." Zia tersenyum melihat tingkah Akhtar. "Baiklah, aku akan memesan makanan untuk kita. Jika ada apa-apa hubungin aku oke." Akhtar mencium kening Vienza dan pergi keluar dari kamar. Vienza ikut duduk diatas tempat tidurnya bersama Zia yang sudah menunggu nya. "Sekarang katakan padaku apa yang membuatmu hari ini bersedih? " Vienza mengintrogasi Zia. "Tidak ada, hanya karena masalah sepele. Ayahanda tidak mengijinkanku untuk membantunya. Padahal aku sangat yakin jika aku mampu melakukannya kak." Vienza mengerti maksud perkataan Zia. Karena dia tahu masalah yang dihadapai Fortania saat ini. "Sudahlah, ayah dan ibunda tahu apa yang terbaik buat kita. Jangan lagi membangkang Zia, kau sudah berjanji bukan." Zia menarik nafasnya panjang dan menutup wajahnya dengan bantal, lalu membukanya lagi. "Oh ya, apa kau sudah melupakan masa lalu mu itu kak. Kulihat kau sangat menikmati ciuman kalian tadi." Vienza melempar bantal kepada Zia membuat zia tertawa. "Aku hanya mengikuti saranmu adikku yang cantik." Geram Vienza membuat Zia semakin tertawa. "Percayalah kak, Akhtar bukan hanya jatuh hati padamu. Tapi dia jatuh cinta, lagi pula apa bedanya antara jatuh hati dan jatuh cinta. Sama-sama indah dan menyebalkan bukan !?" Ucapan Zia membuat Vienza terdiam dan memikirkan itu semua. Benarkah Akhtar mencintainya. "Kapan kau kembali ke Fortania?" Zia tahu vienza mengalihkan topik pembicaraan mereka. "Besok aku kembali ke Fortania. Semua jadwal pemotretan dan lainnya sudah selesai, dan aku ingin berlibur sementara waktu." Zia melihat cincin yang dipakai Vienza. Dia berpikir kenapa hanya dia yang belum menemukan seseorang yang benar-benar diinginkannya. Zyan sudah mendapatkan wanita yang dia inginkan meski hanya tahap pendekatan. Vienza sudah menikah dengan seorang pangeran yang tampan. Dirinya?? Dia jadi merasa tidak seberuntung kedua saudaranya. "Jangan memikirkan yang bukan-bukan. Ayo sekarang kita makan. Kau sudah lapar kan?" Zia mengikuti Vienza yang keluar dari kamar. Saat menuju kerestoran hotel Ghafur menghentikan langkah mereka berdua. Vienza melihat kearah Zia dan Zia mengangguk mengerti untuk meninggalkan Vienza dan Ghafur. "Aku akan berkata kau sedang ditoilet." Zia masuk kedalam lift meninggalkan mereka berdua. "Ada apa?" Vienza tidak melihat mata Ghafur saat dia berbicara. "Apa kau mulai menyukai Akhtar. Apa kau sekarang benar-benar melemparkan jauh cinta kita?" Ghafur benar-benar masih menanyakan ini pikir Vienza. "Ghafur aku tidak mengerti kenapa kau terus menanyakan ini. Kau sudah jelas tahu jawabannya melihat aku dan Akhtar bersama bukan." "Ya aku mengerti, karena itu aku menanyakan hal ini sekali saja kepadamu. Aku ingin memastikan jika kau memang bahagia Viza." Vienza menatap mata Ghafur dan dia tahu Ghafur sangat terluka. "Maafkan aku Ghafur, sudah tidak ada kita lagi dipikiranku ataupun hatiku. Yang ada hanya Akhtar dan Aku." Ghafur memejamkan mata dan memegang kedua bahu Vienza, menatap dalam mata Vienza. "Aku menyerah Viza, aku tahu jika aku terus berusaha kau yang tidak akan bisa menanggung semuanya. Bukan karena aku takut kepada Akhtar atau siapapun." Vienza bergetar melihat airmata yang menumpuk disudut mata Ghafur. "Aku berharap kau bahagia. Tapi kau perlu tahu kalau aku akan tetap mencintaimu. Dan jangan melarangku untuk itu, aku tidak akan mengusik dirimu lagi." Ghafur pergi meninggalkan Vienza yang mengeluarkan airmatanya. Dia menyakiti Ghafur lagi, dan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Airmata itu jatuh semakin deras, saat semua janji yang dia ucapakan kepada Ghafur terulang diingatannya. Ya, aku lah pengantimu. Aku berjanji kalau aku akan menemanimu selamanya. Aku mencintaimu ghafur... Vienza berlari masuk kedalam kamarnya dan membanting begitu saja pintu kamar itu. Menelungkupkan tubuhnya dan merenung. Dia mencintai Ghafur hingga saat ini. Tapi dia juga mulai menyukai semua perlakuan suaminya untuknya. Hanya saja vienza lebih memilih tetap mempertahankan pernikahannya. Daripada kembali ke kekasih yang dicintainya. Suara pintu dibuka membuat Vienza sedikit takut, dan dia berpura-pura tertidur. Berharap Akhtar tidak melihat mata sembabnya. Akhtar mengunci pintu dan berjalan melihat Vienza. Akhtar membelai pipi Vienza dan mengambil selimut untuk Vienza. Dia berpikir mungkin Vienza kelelahan sehingga tertidur, tapi mata Akhtar melihat sesuatu yang basah dibantal Vienza. Dia menyentuh bantal dan tahu kalau Vienza pasti habis menangis. Apa mungkin Vienza hanya berpura-pura bahagia bersamanya selama ini. Tapi dia tidak merasakan Vienza hanya berpura-pura. Dia tahu Vienza menikmati kebersamaan mereka begitu pula dengannya. Dia harus mencari tahu secepatnya. Akhtar menyelimuti Vienza dan ikut berbaring disebelah istrinya itu setelah mengetikkan sesuatu diponselnya. TBC....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD