08. Bunga terindah

1337 Words
"Benar, cinta itu seperti permen nano-nano, pahit, manis, asin, asam. Semuanya aku rasakan..." *** Cinta! Adalah satu kata yang bisa merubah seseorang manjadi berbeda. Cinta bisa merubah warna putih menjadi hitam, tertawa menjadi airmata dan begitupun sebaliknya. Cinta bisa membutakan akal sehat tapi kadang juga bisa menyembuhkan yang tidak punya akal. Cinta itu berbahaya bagi yang tidak mengerti bagaimana cara memperlakukan cinta itu sendiri. Porsi yang tepat dan tidak berlebihan sangat di butuhkan saat menjalani cinta. Namun bagaimana jika cinta itu menguasai seseorang yang polos dan belum pernah merasakan cinta atau jatuh cinta sebelumnya? Tentu sangat berbahaya. Apalagi ketika seorang yang polos pertamakali mengenal cinta, dan pertama kali mengenal patah hati. Itulah yang dirasakan Qiana saat ini. Mengalami jatuh cinta untuk pertamakalinya. Sekaligus patah hati. Yang juga untuk pertama kalinya. Reynan adalah cinta pertama yang sangat di damba-nya, sesosok cowok idamannya. Bagaimana bisa cinta yang ia agung-agungkan itu menjadi duri dan kini menusuk hatinya. Hati yang terdalam, hingga tak memberinya sedikit kesempatan untuk menyelamatkan hatinya itu. Sakit! Jangan ditanya, bahkan semalaman ia tidak bisa tidur. Dan tadi pagi pun ia tidak bisa sarapan. Bayangan Reynan ketika memegang tangan Sinta di kafe itu amatlah menyiksanya. "Na..." sapa Wiwi ia cemas melihat sahabatnya itu. Yang hanya terdiam dengan tatapan kosong. Wiwi memang sedari tadi memanggilnya. Tapi sahabatnya itu tidak menyahut, lalu Qiana ngeloyor gitu aja keluar kelas mengabaikan Wiwi sahabatnya. Seperti mahluk tak kasat mata. Dan hal itu tidak lepas dari perhatian kelima cowok tampan yang diam- diam memperhatikan perubahan nya,  meski dari jauh. "Lo liatkan dia kaya robot, gimana kita mau deketin dia! "Seru Sean. Erlangga hanya mendengus pelan, menatap nanar dari kejauhan gadis itu. "Gue enggak yakin kalo tuh cewek bisa suka sama salah satu di antara kita" sahut Jio. "Gue nyoba " ujar Aldo lalu ia berdiri dari duduknya hendak menghampiri gadis itu. Tapi... Langkahnya terhenti ketika di lihatnya tiga cewek menghadang Qiana di koridor. "Duh kasian banget yang udah jadi ampas!" ujar salah satu cewek tersebut, menyindir penuh tekanan. "Habis manis sepah di buang! " sahut gadis lainnya dengan nada sinis. "Gini lah rasanya kalo udah jadi sepah tinggal di buang aja, iya enggak Girl's..! " "Kasian! " ujar yang lainnya. Qiana hanya terdiam entahlah mungkin benar yang di katakan ketiga cewek itu. Dia sudah jadi ampas dan kini tinggal di buang saja, yaa... Reynan sudah membuangnya. Pikir Qiana, gadis itu mengepal eratkan kedua tangannya. "Kenapa lo diem! " ujar gadis itu lagi, mendorong Qiana hingga terhuyung ke belakangnya. Hampir jatuh namun ada lengan kokoh yang meraihnya dan menahan tubuh mungil itu. "Kalian salah! Qiana bukan ampas. Tapi dia bunga terindah yang belum sempat gue datengin, dan kalian tau. Rey adalah kumbang tersial karena sudah meninggalkan bunga yang begitu cantik ini! " ujar Erlangga dengan tenang dan menawan, menatap manis pada gadis di dekatnya itu. Membuat para gadis menganga sempurna. Bagaimana bisa seorang Erlangga bersikap manis seperti itu. Arogan dan dingin saja, Erlangga sudah sangat di pujanya apalagi manis seperti itu, oh... Enggak bisa di bayangin bagaimana wajah mupeng para gadis saat ini. Dan Qiana hanya terdiam, entahlah ia seperti mati rasa. "Bahkan Qiana lebih indah dari pada sekedar bunga! " sahut Sean si casanova, ikut menyahut dan kini berada di samping kiri gadis itu, menatap manis pada Qiana yang sama sekali tak bergeming. Lagi-lagi ketiga gadis itu menganga sempurna, bagaimana bisa sang cassanova memuja gadis itu. "Dan bagi gue cuma Qiana yang tercantik di Mutiara ini! " timbrung Jio di ikuti Dion dan Aldo di belakangnya. Sungguh ketiga gadis itu, kikuk luar biasa bagaimana bisa kelima pangeran itu memuja ampas yang sudah jelas-jelas di buang oleh penghisapnya. Menurut mereka. Sangat menyebalkan pastinya, lalu dengan ketus dan tatapan membunuh untuk Qiana ketiga gadis itu pergi meninggalkan koridor. Dan para murid yang lainnya yang menyaksikan itupun bubar karena ciut oleh tatapan tajam dari kelima pangeran tampan itu. "Lepasin gue! " Qiana menghempaskan lengan Erlangga yang melingkar di bahunya. "kalo kalian mau ganggu gue, jangan sekarang gue lagi enggak mood! " ujar Qiana dingin lalu pergi gitu aja dengan tatapan kosong tanpa ekspresi sehebat itukah pengaruh Rey untuk Qiana?.  Dan kelima pangeran tampan itu hanya terdiam manatap punggung ramping yang semakin menjauhinya.  _Erlangga_ "Tunggu na! " Rey meraih tangan Qiana ketika istirahat, di kantin. Dan gadis itu berniat kabur ketika melihat keberadaan Reynan di sana. "Kita harus bicara? " ujar Rey menggenggam erat tangan gadis itu.  "Sayang... " lirih Rey, karena gadis itu hanya terdiam menunduk saja. "Na... " lirih Rey lagi mengangkat dagu gadis itu, dan betapa sakit hati Rey, ketika melihat kedua mata cantik itu membendung airmata. Dan itu karena nya. Entahlah mungkin Rey memang playboy. Tapi baru pertama kali ini ia merasa sakit ketika gadis yang di sakitinya menangis karenanya.  Apakah Rey benar-benar jatuh cinta pada gadis ini? "Maafkan aku" Rey ingin meraih gadis itu ke dalam pelukannya, tapi tiba-tiba saja.  PLAKKK!!  Tamparan yang sangat keras dan panas mendarat di wajah tampannya.  Yaa.. Gadis yang setahu Rey begitu manis dan lembut ini, kini menamparnya. Dengan air mata yang jatuh berlinang di kedua pipi mulusnya. Rey shock, amat sangat shock. Melihat amarah gadis itu padanya. Seburuk itukah ia menyakitinya?.  "Na... " lirih Rey lagi. Serasa tak percaya gadis cantik itu menamparnya.  Tanpa mereka sadari para murid menganga melihat adegan tamparan keras yang di lakukan seorang Qiana pada cowok tampan pujaannya, bagaimanapun juga Reynan adalah salah satu most wanted guy di Mutiara Bangsa. Sehingga apapun yang terjadi pada cowok itu, pasti menjadi sorotan utama bagi mereka para penggemarnya. mereka hampir keselek dengan makanan siangnya, menyaksikan adegan tersebut. Dan dari jarak lumayan jauh tapi masih jelas terlihat , kelima pangeran tampan hanya tersenyum melihat keberanian gadis itu.  "Ternyata bukan cuma lo aja yang di tampar, Rey juga kena tuh! " celetuk Dion dan ketiga pangeran lainnya tertawa, sementara Erlangga hanya terdiam menatap tajam dengan rahangnya yang mengeras. Mengabaikan celotehan sahabatnya itu. "Sean samperin, bawa Qiana pergi! " perintah Erlangga.  "Ko gue! " protes Sean.  "Mau gue hajar lo! " tegas  Erlangga.  "Ihsss lo nyebelin banget! " lalu Sean beranjak dari duduknya dan berjalan cepat menghampiri Rey dan Qiana.  "Cukup kak! Cukup! Hentikan semua ini, jangan pernah temui aku lagi! " histeris Qiana. Dengan tangisnya yang mulai terisak.  "Aku bisa jelasin Qiana, tolonglah! " lirih Rey mencoba kembali meraih tangan gadis itu.  "Lepas! " Qiana menghempaskan tangan Rey yang ingin meraihnya.  "Enggak ada yang perlu di jelasin!  Semuanya sudah berakhir! " "Tidak Qiana tolong dengerin dulu" Rey berhasil meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat dan membawanya pergi.  "Lepas..!" Qiana berusaha melepaskan tangannya.  Tapi Rey tidak melepasnya, ia membawa gadis itu dengan langkah lebarnya sehingga Qiana terpaksa mengikutinya.  Tapi hanya beberapa langkah saja karena Sean menghadangnya.  "Lepasin dia! " tegas Sean.  "Bukan urusan lo! " ujar Rey.  "Lepasin gue bilang! " tegas Sean lagi.  "Siapa lo! " Sean terdiam, ucapan Rey benar siapa dirinya?.  Aihh... Ini gara- gara si Erlangga s****n, Sean jadi malu.  Lalu Rey meneruskan langkahnya menabrak tubuh Sean dari samping.  Sean bodoh malah kalah sama Rey.  Tapi... "Lepasin dia! " kali ini Erlangga yang menghadangnya. Mereka kini berhadapan dan saling menatap tajam.  "Huh, ngapain lo ikut campur. Ini bukan urusan lo! " ketus Rey.  "Qiana urusan gue! " ujar Erlangga dengan gerak cepat ia menarik tangan gadis itu dari genggaman Rey, dan menariknya ke sampingnya.  Lalu di dorongnya lembut ke arah Sean seakan memberi kode kepada Sean dan ketiga cowok tampan di sampingnya untuk membawa gadis itu pergi.  Rey segera ingin meraih gadis itu kembali tapi Erlangga menghalanginya dan ke empat cowok tampan itu membawanya pergi. Padahal Rey ingin menjelaskannya. Ingin mengatakan semua rahasia itu. Rahasia tentang dirinya dan Sinta yang memang sudah di jodohkan oleh keluarganya. Tapi Rey sadar, Erlangga memang kuat. Ya Reynan mengakui ke kalahannya, karena Erlangga akhirnya berhasil menghancurkan dirinya. Seperti dulu ia menghancurkan Erlangga. "Lo lihat Rey. Kita...  satu- satu. Dan sekarang, kita impas" bisik Erlangga dan senyuman evil setelahnya. Cowok itu mendorong d**a Reynan lalu pergi. Reynan hanya menatapnya dengan tatapan tidak berdaya. Bahwa apapun, dan bagaimanapun Erlangga memperlakukan dirinya. Ia akan tetap diam dan sabar, sampai waktunya tiba. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD