07. Kenyataan

1437 Words
Yang kuat tak selamanya menang, karena kadang. Yang terlihat lemah justru lebih berbahaya! *** Mumet dan sebal itulah yang di rasakan Qiana saat ini, bagaimana tidak si Erlangga mahluk menyebalkan itu menyuruhnya membuka baju cowok itu dan sekaligus mengelap bagian dadanya yang terkena cendol yang Qiana tumpahkan, oleh tisu basah. Sebagai perempuan normal, tentu saja itu adalah godaan yang luar biasa mungkin bisa di sebut 'godaan terindah! '  yang pernah di alaminya. Tapi Qiana tetaplah Qiana ia sama sekali tidak tertarik pada roti sobek yang di miliki cowok itu. Meski ughh... Itu membuat kinerja jantungnya berdetak menggila dan perutnya jadi mules tak karuan. Mau gimana lagi sebenci apapun Qiana pada cowok itu, tetap Erlangga adalah mahluk terindah dengan pahatan sempurna semua yang ada pada dirinya. Hmmm... So! Qiana sampai saat ini masih tak bisa menghapus bayangan cowok keren itu, ketika t*******g d**a di depannya tadi. Siall... Sialll... Jadi kotor nih mata gue... Qiana menggeleng gelengkan kepalanya. Gadis itu kini beguling-guling kesana-kemari di atas kasur empuknya. Sekarang gadis itu memang sedang berada di dalam kamarnya. Tok... Tok... Tok... "Sayang... Ada tamu di luar" ujar Eva yaitu mamanya Qiana. "Iya mah" lalu Qiana beranjak dari atas kasurnya. "Siapa ya mah " tanya Qiana ketika ia di depan mamanya. "Namanya Zio sayang! " Qiana mengerutkan keningnya, ada apa cowok itu datang ke rumahnya. Lalu ia menghampiri cowok itu ke ruang tamu, dan di lihatnya Zio sedang duduk dengan ponsel di tangannya. "Ngapain lo kerumah gue" Tanya Qiana tanpa basa-basi. Zio senyum tipis dan cukup menawan. "Gue mau jemput lo " jawab Zio santai. "Jemput gue mau kemana? " "Ada kafe baru, jalan yu dan di sana ada Lulu Kinanti. Gue tahu lo suka artis cantik itu, kan? " Qiana terdiam. Ia memang sangat menyukai Lulu Kinanti. Dia adalah artis sekaligus penyanyi cantik yang lagi terkenal dan Tahun ini. "Ayolah ganti baju sana? " "Lo di suruh si cucunguk ya, kan? " ujar Qiana kesal. Dan itu sukses membuat Jio terkekeh bagaimana tidak, baru kali ini ada seorang gadis yang mengatai bosnya dengan sebutan hewan jelek itu. Biasanya kan mereka para gadis menyebutnya  arjuna,si tampan, si perfect,most wanted atau sebutan memuja lainnya. "Enggak lah, gue emang mau ngajak lo. Yaudah cepet sana ganti baju! " Qiana sejenak menatap cowok tampan itu. "Awas aja lo kalo sampe si brengsekk itu yang nyuruh lo! " ancam Qiana lalu memutat tubuhnya menuju kamarnya. Dan lagi-lagi Jio terkekeh menertawakan bosnya yang di panggil dengan kata-kata yang manis luar biasa oleh gadis itu. "Dengarkan boss... Seneng gak tuh cewek manggilnya manis banget,  hahaha! " Zio berbicara dengan Erlangga melewati alat penyadap yang terpasang di kerah bajunya. Setelah gadis itu pergi ke kamarnya. Dan di tempat yang berbeda seorang cowok tampan menggelengkan kepalanya, kesal juga mendengar dirinya di samakan dengan hewan jelek itu. Awas kamu Qiana... Gemingnya. "Lo bawa tuh cewek ke kafe kita liat,  siapa yang kuat di sini" ujar Erlangga dengan seringaian di sudut bibirnya. " siap boss! " ujar Jio yang saat ini masih di rumah Qiana. *** Kafe 'cinta' adalah kafe yang bernuansa romantis dengan perpaduan antara warna pink dan putih sebagai tanda bahwa cinta memang mempunya hubungan dengan kedua warna tersebut. Perpaduan antara pink dan putih katanya bisa mengartikan kesucian cinta. Di kafe baru ini ternyata banyak sekali para pasangan yang hadir di sana, terutama anak muda yang seumuran Qiana dan Zio. Mereka yang hadir di sana mungkin dengan banyak tujuan. Ada yang dating, cari angin, nongkrong saja atau sekedar menghilangkan kepenatan saja. Qiana duduk berhadapan dengan Jio, sesekali mereka saling melempar senyuman tipis. Meski Qiana tak tahu apa arti senyuman tipis yang di sunggingkan cowok tampan di depannya itu.  Maaf Qiana... Mungkin ini akan terasa sakit...  Geming bathin Jio, ia jujur tak tega melihat gadis cantik yang akan hancur dalam beberapa menit kedepan.  Tapi ini harus terjadi, haruss... realita harus di perlihatkan!  Dari kejauhan terlihat sepasang muda mudi bergandengan tangan amat sangat romantis, dia cowok yang sangat tampan bersama perempuan yang sangat cantik dan anggun.  Mereka memilih tempat duduk yang terhalang tiga meja dari tempat duduknya Qiana dan Jio.  Qiana mengerjap-kerjapkan kedua matanya seakan tak percaya dengan pemandangan di depan matanya.  Dia... Ray kesayangannya, Rey yang selalu menatapnya penuh cinta. Tapi kenapa malam ini cowok tampan itu ada di sini bersama gadis lain dan menatap penuh cinta pada gadis tersebut.  Dan Qiana tau gadis itu adalah Sekretaris OSIS bernama Sinta.  Perlahan tapi pasti matanya mulai terasa panas dan ada ribuan belati yang menusuk secara kasat Mata di hatinya.  sakit...  Itulah yang di rasakannya.  Tatapan itu bukan hanya untuk dirinya, genggaman hangat tangan  itu juga bukan hanya untuk tangan nya saja? Karena dia kini telah membaginya,  sesak...  Qiana menarik napas dalam-dalam agar air matanya tidak tumpah dalam detik ini juga.  Jio menatap getir gadis di depannya, entahlah ia merasa sakit saat wajah gadis cantik itu berubah pucat.  Maaf Qiana...  Lalu tiba-tiba Qiana bangun dan berjalan menghampiri ke meja Rey dan sinta.  "Kak Rey di sini juga! " ucap Qiana lembut, dan masih berusaha menahan sesak di dadanya.  Rey terlonjak kaget begitu juga sinta.  Qiana senyum kecil di bibir manisnya.  "Enggak usah kaget kak, aku udah lihat dari tadi ko! " Rey membeku tak bisa berkata apapun.  "Na... Aku..." Qiana mengangkat sebelah tangannya memberi tanda agar Rey tak perlu menjelaskan apapun padanya.  Cukup! Qiana lelah. Dengan melihatnya saja Qiana sudah merasa sakit. Apalagi dengan mendengar penjelasannya Qiana tidak akan sanggup. "Tidak apa-apa kak, Santai saja, cukup akhiri saja..." Qiana menarik napas dalam mencoba mengumpulkan kekuatannya. Meski kedua bibirnya gemetar menahan tangis yang ingin meledak. "Kita putus! " ucap Qiana serak, lalu tanpa menunggu jawaban dari Rey, ia memutar dirinya dan berlari keluar kafe dengan air mata yang sudah sedari tadi ia tahan, jatuh begitu saja membasahi kedua pipi cantiknya.  Sehingga menghalangi pandangannya membuatnya menabrak siapa saja yang saat ini berlalu lalang di kafe.  Zio mengejarnya, ia tidak tega melihatnya menangis seperti itu, kalau saja ini bukan kafenya Zio sudah pasti Reynan ia hajar. Karena tidak mungkin seorang pemilik kafe menghajar pelanggannya bukan? Rencana Erlangga ini memang sangat menarik. Meski gadis itu harus terluka seperti ini, yang penting gadis itu sudah tahu. Siapa Reynan sebenarnya!  Sepulangnya mengantar Qiana tadi. Zio langsung meluncur menuju rumahnya Erlangga dan sekarang mereka berlima sedang berkumpul disana.  "Kita ubah permainan! " Erlangga memulai pembicaraan.  "Gue enggak mau kalo permainan itu bikin tuh cewek nangis lagi " sahut Jio tegas.  "Gue juga " sahut Sean.  Sementara Dion dan Aldo hanya saling tatap.  "Kenapa? Lo berdua ada rasa sama tuh cewek? " Erlangga menatap keduanya.  Sean senyum kecil membalas tatapan Erlangga.  "Lalu lo sendiri gimana? gue enggak percaya kalo lo enggak ada rasa? " Erlangga membuang tatapannya ke arah lain.  Kenapa juga Sean harus bertanya seperti itu padanya.  "Ngaku aja Lang, kalo lo udah ada rasa sama tuh cewek. Kenapa meski bohong sih" Zio menimbrung. Erlangga mendengus kasar, kenapa semua sahabtnya itu malah menyerang dirinya.  "Iya sih ribet amat" celetuk Dion, membuat Erlangga menatapnya horor. Teman-temannya menjadikan dirinya seperti seorang tersangka yang sudah tertangkap basah.  "Kalian pada mabok ya, gue enggak ada rasa sama sekali sama tuh cewek. Jadi stop kalian natap gue aneh kaya gini" cetus Erlangga. "Lah, bohong lo. Mana ada maling ngaku. Terus, kalo lo enggak ada rasa, ngapain coba lo bikin rencana ribet kaya gini. Lo pake ribet jual mobil lo segala buat bayar Lulu Kinanti. Apa lo pikir  kita enggak peka. Lulu yang mahal aja lo jabanin, apaan tuh kalo itu bukan yang namanya suka" cecar Dion. Membuat sahabatnya yang lain mengangguk setuju.  Hal itu memang benar, Erlangga menjual mobil hasil balapannya untuk membayar Lulu Kinanti ke kafenya Zio. Entah apa yang sedang di pikirkan oleh cowok itu. Sampai ia melakukannya demi bisa memperlihatkan siapa sesosok Reynan sebenarnya. "Lo semua bisa diem enggak! " merasa di sudutkan. Erlangga membentak semua sahabatnya itu. Demi melindungi harga dirinya dari tatapan yang menyudutkan dirinya, tanpa henti. "Gue enggak ada rasa dan enggak suka sama tuh cewek! ". Sean hanya senyum kecil saja menanggapinya.  "Kita ubah permainan, lo berempat kejar tuh cewek dan buat jatuh dia jatuh cinta, buat dia lupain tuh si Rey s****n. Kalo salah satu di antara kalian menang. Mobil gue ambil dan pacarin Qiana. Tapi kalo gue yang menang. Gue enggak minta apa-apa, kalian cuma harus jauhi Qiana, ngerti lo semua, rapat bubar! ". tegas Erlangga lalu ia masuk ke kamarnya, entahlah melihat Qiana menangis di parkiran tadi. Ia merasa perih, ia merasa menyesal dengan semua rencananya itu. Ya kelimanya memang berada di sekitar kafe. Setelah selesai mereka balapan mereka menyusul Zio dan Qiana ke sana. Meski tidak mendekati mereka berdua secara langsung. Karena Erlangga enggak akan mau tinggal satu ruangan,di mana ada Reynan di dalamnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD