Demam Tinggi

1053 Words
Byur..byur..byur.. Aaah..hah..hah.. Napas Lyora terengah-engah saat guyuran air mengenai wajahnya. Kepalanya pun semakin terasa pusing juga tubuhnya kembali menggigil. Awalnya Lyora bermimpi jika ia tercebur ke kolam renang. Hingga disaat ia membuka kedua bola matanya dan ia dapati wajah garang sang Oma yang tengah menatap tajam kearahnya. Sebab ia telat bangun karena setelah melaksanakan solat Subuh Lyora yang merasa tak enak badan kembali pergi tidur. "Omahh.." ucap Lyora yang masih terengah. "Dari mana saja kamu semalam? Kamu sudah belajar jadi seorang jalang seperti Mamamu itu? Bi Nila bilang semalam laki-laki yang mengantarkan kamu pulang dalam keadaan sama-sama basah. Siapa laki-laki itu?" omel Oma yang sungguh setiap katanya serasa menusuk hati Lyora. "Astaghfirullahhalladzim. Tentu saja hal itu tidak akan pernah terjadi Oma. Lelaki yang semalam itu orang yang sudah nolongin Yora. Semalam hujannya deras sampai larut malam dan Yora mengiup didepan toko karena lupa gak bawa payung. Tapi saat itu ada lima orang pemuda yang hampir saja melecehkan Yora. Untung saja ada Mas Leon yang tolong Yora. Hingga hal buruk itu tidak sampai terjadi kepada Yora," jelas Yora seraya tersenyum. "Hallah omong kosong! Kamu ini memang persis dengan Mamamu! Selalu jago cari alasan juga mengada-ngada! Oma gak akan percaya dengan setiap alasan yang kamu katakan kepada Oma! “Lebih baik sekarang kamu bangun dan cepat berangkat kerja! Ini sudah siang dan oma gak mau kalau kamu sampai dipecat!" bantah oma dengan nada tinggi. Yang lagi-lagi selalu saja merendahkan Mamanya. "Tapi oma Yora..." Brakk.. Belum sempat yora melanjutkan perkataannya kini Oma sudah lebih dulu membanting pintu kamarnya dengan begitu keras. Airmata Lyora mengalir begitu saja dari kedua pelupuk matanya. "Lyora demam Oma. Lyora kepengin hari ini Yora ijin dulu gak masuk kerja, hiks..hiks.." isak Lyora yang kembali merasa tersakiti. Cacian juga hinaan sang Oma kepadanya memang sudah berusaha untuk tak pernah ia hiraukan. Namun rasa sakit setiap perkataan itu sungguh sulit ia hindari juga selalu saja membekas luka dihatinya. Hingga kini pada akhirnya Lyora putuskan untuk segera pergi mandi dan berangkat kerja. Sebab mau seperti apa pun alasan yang akan Lyora katakan, tak akan sedikit pun dapat diterima oleh sang Oma. *** Seperti Biasa Lyora selalu saja tak pernah menyempatkan diri untuk sarapan sebelum ia berangkat kerja. Karena memang sang Oma yang tak mengijinkannya untuk sarapan dirumah. Walau tak jarang Bi Nila selalu saja berusaha menyiapkan bekal sarapan untuk Lyora secara diam-diam. Dikala Lyora berpamitan kepadanya. Bi Nila sudah tahu betul seperti apa rasa benci Oma kepada Lyora juga karena apa penyebabnya. Hingga rasa iba selalu saja Bi Nila rasakan dikala ia melihat Oma yang bersikap jahat kepada Lyora yang sebenarnya tidak bersalah. "Tapi Bi, Yora gak mau kalau nantinya Bibi jadi dimarahin lagi sama Oma hanya karena Yora," ucap Lyora dengan cemasnya. "Insyaallah gak apa-apa kok Non. Bibi akan hati-hati nanti. Non gak usah khawatirkan Bibi ya. Sekarang mending Non segera berangkat, karena nanti malah jadi ketahuan," jawab Bi Nila dengan yakinnya. Lyora pun mengangguk yakin dan kini menyalami punggung tangannya dengan takzim seraya tersenyum. Sedangkan Bi Nila tengah menahan tangisnya sebab ia baru saja mengetahui jika tubuh Lyora sedang demam tinggi saat ini. "Yasudah Bi, Yora berangkat ya. Assalamu'alaikum," "Wa'alaikumussalam Non Yora. Hati-hati ya Non," ucap Bi Nila. Dan Lyora hanya mengangguk seraya tersenyum. Seraya ia naiki ojek online yang telah ia pesan. "Masyaallah Non, badan Non panas sekali. Tapi Oma masih saja tega maki-maki dan nyuruh Non Yora tetap masuk kerja," monolog Bi Nila dengan airmata yang menganak sungai di kedua pipinya. *** Angin pagi yang menerpa cukup kencang ke tubuh Lyora, membuatnya semakin merasa kedinginan juga pusing dikepalanya. Terlebih tak ada sedikit pun makanan juga minuman yang mengisi perutnya. "Ya Allah aku mohon kuatkan aku hiks..hiks.. Ma, Pa, Yora sakit, Yora ingin Mama dan Papa ada didekat Yora," gumam Lyora dengan airmata yang mengalir dikedua pipi mulusnya. Kini baru saja Lyora tiba didepan toko bunga. Ia berjalan sedikit sempoyongan dikala ia hendak membuka pintu tokonya. Karena rasa pusing yang terus saja mendera juga suhu panas tubuhnya yang semakin meningkat. Kembali Lyora langkahkan kakinya menuju kursi kerjanya dan ia hempaskan tubuhnya disana. "Astaghfirullah, kenapa rasanya tubuhku lemas sekali. Ya Allah, aku mohon kuatkan aku Ya Allah, aku mohon beri aku kekuatan untuk dapat bekerja hari ini. Astaghfirullahhalladzim, kepalaku rasanya sakit sekali," monolog Lyora seraya membuka thermos kecil yang berisi s**u hangat buatan Bi Nila seraya menyesapnya. Juga dengan segera Lyora memakan nasi goreng yang telah Bi Nila buatkan untuk dapat menguatkan tubuhnya. Walau sebenarnya perutnya sedang terasa sangat mual saat ini. "Alhamdulillah rasa pusingnya berkurang. Tapi sekarang perutku rasanya kenapa mual begini ya. Astaghfirullah, Ya Allah aku mohon kuatkan aku," monolog Lyora seraya mengelus-elus perutnya. Tak lama kemudian, ada seorang pelanggan yang mulai membeli bunga disana. Dengan segera Lyora bangkit dari duduknya dan berusaha dengan baik untuk melayaninya. Cukup banyak bunga yang pelanggan pertamanya beli membuat Lyora semakin pusing juga sempat salah menberikan harga. Namun karena ketelitiannya Lyora dapat menanganinya dengan baik. "Mbak Lyora sedang sakit ya Mbak? Itu wajah Mbak pucat lho Mbak," ucap pelanggannya. "Oh cuma sedang flu saja Bu. Saya gak apa-apa kok," jelas Lyora seraya berusaha tersenyum. "Kalau sakit jangan dipaksakan Mbak Yora. Oh iya ini ada vitamin biar Mbak gak lemas," tawarnya. "Gak usah Bu gak apa-apa. Ini saya malah jadi merepotkan Ibu kalau begini," ucap Lyora. "Ya enggak dong Mbak. Jangan lupa diminum ya," jawabnya seraya hendak pergi. "Oh iya Bu. Alhamdulillah, makasih ya Bu hati-hati ya Bu," ucap Lyora dengan senyuman manisnya. "Iya Mbak Yora sama-sama." Jawabnya seraya berlalu. Ditengah-tengah kesulitan juga kesedihannya, selalu saja Lyora temukan orang-orang yang baik hati juga selalu saja membantunya saat ia sedang berada didalam kesulitan. Kini Lyora mulai kembali berdiri dan hendak mengambil air mineral untuk segera meminum vitamin itu. Namun sayang, rasa mual juga pusing dalam dirinya kembali mendera hingga ia nerasa tak sanggup lagi untuk menahannya. "Astagfirullahhalladzim kenapa jadi makin parah ya rasanya," monolog Lyora seraya mulai berlarian kekamar mandi. Hoek..hoek..hoek.. Lyora memuntahkan semua isi perutnya di washtafel kamar mandi. Kepalanya semakin pusing dan perutnya begitu perih saat ini. Dengan perlahan Lyora kembali berusaha berjalan menuju kursi kerjanya. Namun belum sampai ia tiba disana, Lyora sudah lebih dulu jatuh pingsan dan tepat jatuh kedalam dekapan Leonard yang ternyata tengah berada disana. *** To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD