Tersakiti

1040 Words
"Dari mana saja kamu Leon? Sudah cukup lama Mama tunggu kedatangan kamu disini tapi kamu malah bersikap acuh seperti ini ke Mama! Berani sekali kamu Leon!" bentak Mama dengan nada tinggi. Yang membuat hati Leonard semakin panas bagai tengah terbakar bara api. Ingin rasanya dengan segera Leonard hampiri sang Mama dan membentaknya begitu lantang seperti yang Lyora lakukan kepadanya sebelum ia berlalu dari hadapan Leonard. Namun disaat ia teringat jika sesosok Ibunya yang tengah ia hadapi saat ini. Leonard mulai mengurungkan niatnya seraya kembali membalikan badannya dan segera memasuki kamarnya. Namun ia banting pintu kamarnya dengan cukup keras. Sehingga membuat Mamanya terjingkat saat ini. "Benar-benar gak ada sopan santunnya ya dia sekarang sama saya! Sudah beruntung saya masih memberi kamu hidup dengan layak juga berhelimangan harta Leonard! Jika saya tahu kalau kamu akan tumbuh menjadi seorang anak yang pembangkang juga keras kepala! Lebih baik saya biarkan kamu mati sejak dulu saja!" desis Mama dengan penuh penekanan disetiap katanya dengan airmata yang mulai mengalir dari kedua pelupuk matanya. *** Lyora kembali kedinginan dibawah derasnya hujan. Sebab saat ini ia sedang berada diatas motor. Jalanan yang cukup macet menuju kampusnya membuat ojek online langganannya begitu lama menjemputnya. Air hujan yang deras menyamarkan isakan juga airmata Lyora yang juga tengah mengalir deras menganak sungai dikedua pipinya. Hingga hanya kedua bola matanya yang memerah itu yang menjadi bukti jika saat ini ia tengah begitu terluka. 'Ya Allah. Kenapa rasanya selalu saja begitu menyedihkan juga begitu pahit. Walau sudah berulang kali aku tersakiti dengan berbagai jenis luka yang menyayat hati ini," keluh Lyora dalam hati. Dalam hatinya yang kembali terluka sebab direndahkan hingga sebegitu rendahnya oleh laki-laki yang ia anggap satu-satunya seorang lelaki yang peduli dengan tulus kepadanya. Kini Lyora baru saja tiba didepan rumahnya. Tukang ojek online yang mengantarnya cukup aneh melihat kedua bola mata Lyora yang begitu memerah saat ini. "Mbak matanya tadi kelilipan ya Mbak? Maaf ya Mbak gara-gara kaca helmnya gak ada mata Mbak jadi merah sekali begitu," ucap tukang ojek yang merasa tak enak hati. "Ehehe gak apa-apa kok Pak. Ini cuma karena kena air hujan ajak kok. Oh iya Pak, ini ongkosnya makasih ya Pak," jawab Lyora yang berusaha untuk menyembunyikan kesedihannya. "Oh iya Mbak, terimakasih banyak ya Mbak," "Iya Pak sama-sama. Hati-hati Pak," Lyora kembali berjalan gontai memembuka pagar rumahnya yang ternyata kini terkunci. Beruntungnya ia tak pernah melupakan untuk membawa kunci di ranselnya. Ia lanjutkan langkahnya dan kembali membuka kunci pintu utama rumah Oma. Yang ternyata dibalik pintunya sudah ada Oma yang menunggu kedatangannya. "Oma. Assalamu'alaikum, Oma," salam Lyora seraya hendak menyalami punggung tangannya takzim. Namun Oma sudah lebih dulu menepisnya dengan kasar. "Wa'alaiakumussalam. Dari mana saja kamu jam segini baru pulang? Mau alasan karena hujan lagi, iya? Baru sembuh sengaja udah main hujan-hujanan. Kepengin sakit lagi kan kamu karena sudah capek kerja? Pengin dikasihani banyak orang?" maki Oma dengan tatapan yang tajam. "Mmh mmaaf Oma. Tadi Lyora ada sedikit insiden dijalan jadi pulang telat. Oma tenang aja ya, Lyora sudah minum obat dan antibiotiknya kok tadi. Jadi ya insyaallah Yora gak kenapa-kenapa Oma," jelas Lyora yang tetap bersikap sopan juga tersenyum manis. "Okkay. Karena Oma sudah bosan direpotkan sama kamu. Dan menurut Oma lebih baik kamu segera menikah dan angkat kaki dari rumah ini. Karena Oma makin muak dengan setiap prilaku konyol kamu yamg selalu saja menjatuhkam harga diri Oma!" jawab Oma sarkas. Hingga hati Lyora kembali tertusuk hingga jantungnya. "Iya Oma maafkan Lyora. Tapi kalau untuk menikah, Lyora belum bisa memenuhi keinginan Oma. Karena hingga saat ini Lyora gak pernah punya teman dekat atau pun kekasih. Tapi Lyora janji kemarin untuk yang terakhir kalinya Lyora menyusahkan dan membuat Oma malu. Lyora janji Oma," ucap Lyora dengan yakin. Seraya menahan airmatanya. "Karena memang gak akan ada lelaki yang bersedia menikahi seorang perempuan pembawa sial macam kamu Lyora! Okkay untuk janji itu akan Oma pegang. Meski pun Oma gak akan pernah yakin jika kamu benar-benar mampu menjadi seorang wanita yang hidup normal dan gak menyusahkan banyak orang, terutama saya!" ucap Oma yang lagi-lagi sarkas juga menyayat hati Lyora hingga lukanya semakin mendalam. Dikala Lyora semakin merasakan kehancuran itu, kini Oma berlalu begitu saja meninggalkan beribu luka yang kembali ia sayatkan dihati Lyora. Bahkan sebelum ia benar-benar pergi, terlihat senyuman penuh kepuasan dari bibir Oma ketika melihat wajah Lyora yang begitu merasa terhina. 'Ya Allah, hamba mohon kuatkan hamba. Lapangkanlah d**a ini seluas samudraMu agar hamba mampu menjalani hidup yang penuh dengan kepahitan ini.' Doa Lyora dalam hati dengan sebuah rasa sakit yang tak terhingga. Kembali Lyora berjalan gontai memasuki kamarnya. Ia hempaskan tubuhnya yang melemah diatas ranjangnya dengan airmata yang kembali mengalir dari kedua sudut matanya. "Gue harus gimana kalau memang flashdisk itu sudah gak berfungsi lagi? Bagaimana bisa cita-cita gue untuk membanggakan Mama dan Papa bisa tercapai. “No Yora no! Ke positive thinking please. And make sure if you can do it. Jangan pedulikan setiap orang yang selalu aja jelekin dan nilai lo sesuka hatinya. Keep fighting Yora. Keep strong! Bismillah," monolog Lyora dan kini ia segera bangkit dari posisi tidurnya untuk segera membersihkan dirinya. *** Prang..prang..prang.. Sedangkan Leonard, kini ia tengah mengacak seisi kamarnya sebab ia merasa jika ia tak lagi memiliki jalan keluar saat ini. Lyora, satu-satunya wanita yang ia andalkan untuk segera diperistri olehnya, kini tengah membencinya setengah mati karena sebuah insiden yang sebenarnya terjadi karena sebuah ketidak sengajaan. "Hancur..hancur..hacur!!!! Aaaaaaaaargh! Hancur semua rencana gue! Dasar Leon bodoh! Gak seharusnya lo sekasar itu sama perempuan macam Lyora! Harusnya tadi itu gue lebih bisa meredam amarah gue!!!" Prang..prang..prang.. Mendengar kekacauan dikamar Leonard, dengan segera Mama meminta bantuan dari Andy untuk segera memeriksa kamar Leonard dan memastikan apa yang sebenarnya telah terjadi. Sebab melihat seperti apa ekspressi Leonard kepadanya tadi, membuatnya takut untuk kembali bertemu. Tak lama kemudian Andy datang dan segera menuju kamar Leonard. Tok..tok..tok..tok.. "Pak Leon apa Pak Leon ada didalam.." panggil Andy namun Leonard tak mengindahkannya. Dan kini Andy hanya mendengar isakan frustrasi dari Leonard yang terdengar jelas olehnya. Tok..tok..tok..tok.. "Pak tolong dibuka Pak, ada apa Pak Leon? Mungkin saya bisa membantu Bapak," ucap Andy lagi dan masih tak ada satu pun jawaban dari Leonard. *** To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD