Leonard benar-benar tak menyangka jika Lyora bisa bersikap sekasar ini kepadanya. Bahkan hatinya terasa jauh lebih remuk dimaki oleh Lyora ketimbang dimaki Oleh Mamanya sendiri. Sebab ia semakin merasa tak punya harga diri, juga semakin meyakini jika setiap sikap seorang wanita adalah sama.
"Kenapa Bapak gak jawab saya?! Saya mau Bapak tanggung jawab atas semua permasalahan yang telah Bapak Buat! Ayo tanggung jawab Pak! Pak Leon!.. tolong jangan buat saya semakin..."
"Cukup!!! Diam kamu!!" bentak Leonard yang menghentikan ucapan Lyora yang kini terjingkat oleh karenanya. Dan kini keduanya sedang menatap tajam dengan penuh amarah yang ada pada diri mereka masing-masing.
"Jangan pernah kamu berani untuk bentak saya lagi!" bentak Leonard yang kini mulai mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku kemejanya dan melemparkannya kedepan wajah Lyora.
"Saya rasa uang itu sudah lebih dari cukup untuk mengganti flashdisk kamu yang terlindas oleh saya. So, please gak usah drama atau berani memaki saya lagi!"
Kembali Lyora tatap dengan tajam wajah Leonard yang terlihat begitu menyebalkan saat ini. Lyora punguti semua uang itu dengan cepat seraya ia genggam dengan begitu erat penuh amarah. Bahkam saat ini, ingain rasanya dengan segera Lyora cakari wajah Leonard yang sungguh memuakan baginya.
Lyora mulai bangkit dari posisi jongkoknya. Ia mulai tersenyum pahit seraya berjalan menghampiri Leonard hingga kini mereka saling berhadapan."Bapak Leonard yang terhomat. Saya mohon maaf sekali ya Pak. Saya gak butuh uang dari Bapak sepeser pun. Mungkin flashdisk ini bagi Bapak gak ada artinya sama sekali. Tapi ini berisi masa depan saya Pak. Dan Pak Leon sudah menghancurkan masa depan saya sekarang! So, saya kembalikan harta Bapak yang berharga ini ya Pak!" ungkap Lyora dengan penuh penekanan disetiap katanya seraya melemparkan balik semua uang itu tepat didepan wajah Leonard. Dan tanpa basa-basi kini Lyora berlalu begitu saja.
Entah mengapa Leonard tak merasa semakin marah justru kini ia merasa bersalah dengan setiap perbuatan kasarnya kepada Lyora. Dan ia juga menganggap jika apa yang telah ia lakukan memang sudah keterlaluan. Padahal sebelumnya, hanya keegoisanlah yang menguasai dirinya. Tanpa adanya rasa bersalah juga iba kepada siapa pun itu, terutama kwpada seorang wanita. Meski ia menyadari jika memang ia yang tengah bersalah.
"Leon cammon! What are you doing! Kenapa juga lo harus kasihan dan nganggap kalau memang dia yang tersakiti dan lo yang bersalah disini! Aduuuuh otak lo ini lagi kenapa sih sebenernya! Ngapain juga lo mikirin perempuan yang jelas-jelas udah nginjek-nginjek harga diri lo tadi!" umpat Leon yang terlihat begitu frustrasi saat ini.
Sebelum memasuki mobilnya, Leon temukan sehelai kertas yang terjatuh dari ransel Lyora. Ia pun mulai mengambilnya dan dengan segera Leon mulai memasuki mobilnya seraya membanting pintunya dengan amat keras. Dengan kasar ia mulai menginjak pedal gasnya dan mengemudikannya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Walau kini jalanan sedang licin sebab Jakarta baru saja diguyur hujan yang cukup deras.
Sedangkan Lyora, kini ia masih saja berjalan menyusuri jalanan didekat mampusnya seraya terisak memandangi flashdisk yang kini berada digenggamannya.
"Ya Allah. Semoga aja flashdisk ini gak rusak. Dan semoga datanya gak ada yang ilang. Hiks..hiks.." isak Lyora yang masih berjalan gontai tanpa ia pandangi keadaan disekitarnya.
Byur..
Aaaaaaaaaaaaaaaa..
Pekik Lyora cukup lantang setelah ia terkena cipratan air genangan hujan dari mobil Leonard yang melaju begitu kencang tepat disampingnya. Walau sebenarnya Leonard melakukannya secara tidak sengaja sebab ia tak mengetahui keberadaan Lyora disana.
"Aaaaaargh! Dasar laki-laki sombong, angkuh, kejam, keras kepala! Dasar lo gak punya hati!!" maki Lyora dengan cukup lantang. Meski ia pun menyadari jika saat ini Leonard tak akan mungkin mendengar setiap makian yang keluar dari mulutnya.
Kini tubuh Lyora sudah dikotori dengan air bercampur tanah hingga kewajahnya. Isaknya yang cukup kencang pun memecah kesunyian malam sebab jalanan disekitar kampus yang mulai sepi. Hari ini adalah hari yang paling kacau dalam hidupnya. Ia benar-benar merasa sial juga seketika sangat-sangat membenci sosok Leonard yang sebelumnya ia kira adalah seorang lelaki yang tegas, bijaksana juga penyayang. Namun ternyata apa yang Vanya, Bu Kinan, juga Andy tuduhkan itu benar adanya. Sebab Leonard adalah seorang lelaki yang angkuh, sinis, kejam juga keras kepala. Tanpa memiliki belas kasihan juga hati kepada siapa pun itu.
"Hiks..hiks.. jahhhaaaaat.. jahat banget sih tu laki-laki! Ternyata anggapan gue selama ini tu salah! Jijik banget beberapa hari kemarin gue kagumi seorang laki-laki yang ternyata gak lebih dari lelaki jahat yang gak pernah bisa menghargai wanita! Apa coba salah gue sama dia sampai dia tega ngelakuin semuanya ke gue hiks..hiks..
“Liat saja anda Pak Leon! Kalau sampai flashdisk saya rusak dan semua data saya hilang. Saya gak akan segan-segan menuntut anda biar nama perusahaan anda jelek sekalian! Aaaaaaaaaaarg!" Lyora terus saja mengumpat seraya meluapkan semua rasa sesak didadanya dengan terus berteriak. Beruntungnya kondisi jalanan saat ini sedang cukup sepi. Sehingga tak banyak orang yang mengiranya adalah seorang wanita gila.
Hujan kembali turun cukup deras. Dan Kini Lyora putuskan untuk berteduh disebuah halte yang tak jauh dari kampusnya untuk menunggu ojek online pesanannya yang tak kunjung datang. Lyora yang baru saja sembuh dari sakitnya kembali merasakan pusing dikepalanya. Buru-buru ia cari obat-obatan di tasnya seraya meminumnya. Beruntung Lyora masih memiliki sebungkus roti pemberian Bu Kinan yang belum sempat ia makan. Sehingga dapat mengganjal rasa lapar diperutnya kini.
Digigitan ketiga Lyora memakan rotinya, mulai ia hentikan. Dan kini ia kembali terisak dengan perasaan yang tak karuan. "Hiks..hiks.. Mama, Papa, kenapa Lyora harus bernasib seperti ini! Kenapa selalu saja Lyora rasakan kepahitan dalam hidup Lyora tanpa adanya sebuah kebahagiaan seperti yang banyak orang rasakan dalam hidup mereka! Hiks..hiks.."
***
Leonard baru saja tiba dirumah. Terlihat sang Mama yang kembali menunggunya dimeja makan dengan tatapan yang sinis. Dan sudah pasti sudah sangat ingin kembali membahas soal pernikahan juga jodoh untuk Leonard. Dan kini Leonard memilih untuk berpura-pura tak mengetahui keberadaannya seraya terus saja berlarian menaiki tangga menuju kamarnya.
"Leonard tunggu Mama ingin bicara hal penting dengan kamu.. Leoooon.." pekik Mama namun tak sedikit pun Leonard hentikan langkahnya yang lebar.
"Leon berhenti atau Mama akan mempercepat masa kamu dapat tetap tinggal dirumah ini!" pekik Mamanya lagi seraya mengamcam.
Dan hal itu akhirnya membuat Leonard mulai menghentikan langkahnya secara spontan. Kini matanya kembali menatap tajam kearah sang Mama bagai seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sebab saat ini memang ia sedang benar-benar haus untuk dapat melampiaskan amarahnya karena sebuah kejadian yang sungguh memalukan yang baru saja terjadi kepadanya.
***
To be continue