Leonard

1063 Words
Kelima pemuda itu terus saja mendekat hingga kini salah satu dari mereka mulai menemukan keberadaan Lyora. Jantung Lyora semakin berdebar kencang juga tak tahu harus melakukan apa. Sebab jumlah mereka jauh lebih banhak juga sedang dalam keadaan yang mabuk berat. "Nah ini dia ceweknya, cantik banget kan," ucap lelaki itu. "Wah iya nih, neng ayo neng ikut sama kita, kita senang-senang sama-sama neng, pasti neng bakalan happy dah ama abang Hahaha..." ucap lelaki yang lain. Dan sungguh terdengar begitu menjijikan ditelingan Lyora. "Siapa kalian! Pergi!! Jangan pernah coba-coba mendekat dengan saya!!!" bentak Lyora dengan nada tinggi. Tak satu pun dari mereka ada yang mengindahkan pertanyaan juga permintaannya. Bahkan mereka semua hanya tergelak dan mulai semakin mendekat kearah Lyora. HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA Tangis Lyora semakin menjadi-jadi disaat mendengar tawa yang sungguh menjijikan dari mereka. Dan kini salah satu dari mereka semakin mendekat kearah Lyora juga menyeretnya keluar dari persembunyiannya. Dan ada salah satu dari mereka yang dengan lancang membelai wajahnya. "Lepaaaaaas.. Lepaskan sayaaaaaa.. saya mohon lepaskan sayaaaa.. hiks..hiks.." pekik Lyora berkali-kali namun tak ada salah satu pun dari mereka yang mengindahkannya. Hingga kini tangis Lyora semakin menjadi-jadi juga kedua lengannya terasa begitu sakit sebab Lyora yang terus saja berupaya untuk memberontak, sedangkan genggaman tangan mereka begitu kuat. Bahkan ada seorang lelaki yang berkuku tajam, mengores lengan Lyora hingga terluka cukup dalam dan mengalirkan darah segar cukup banyak. "Aaargh.. sakiiiiiit... hiks..hiks.. Saya mohon lepaskan sayaaaa... Saya mohon lepaskan saya saat ini jugaaaa.. hiks..hiks.. tooloooooooong.. tolooooooong.." pekik Lyora lagi dengan lantangnya. Hingga tenggorokannya mulai terasa sakit. Bug.. bug.. bug.. bug.. Terdengar suara tinjuan yang cukup keras mendarat pada wajah mereka satu persatu secara bergantian. Membuat kelimanya tersungkur begitu saja sebab memang mereka yang mabuk berat sehingga tak mampu banyak melawan. Ada salah satu dari mereka yang mencoba untuk melawan, namun dengan sigap lelaki itu kembali meninjunya dan mulai menarik lengan Lyora untuk kembali ke toko bunga. Seorang lelaki yang begitu tampan dengan rahang yang tegas, hidung bangir, juga alis yang tebal. Tak lupa dengan tubuhnya yang atletis, berkulit kuning langsat juga tinggi yang menjulang. Sehingga membuat Lyora seketika terpesona kepadanya. "Kamu gak apa-apa?" tanya lelaki itu dengan cemas dan sorot mata yang tajam. Lyora hanya menggeleng dan masih terus terisak dan memandangi lukanya yang masih saja terus berdarah. Hingga lelaki itu yang mulai mengetahuinya pun mulai berusaha untuk melihat seperti apa lukanya. Dan ternyata, goresan kuku pemuda tadi cukup dalam. "Lukanya cukup dalam, sepertinya harus segera diobati," ucap lelaki itu dengan sinis namun Lyora tak menjawabnya dan masih saja terisak juga merasa Trauma. "Apa kamu bekerja di toko ini? Bisa kamu buka lagi pintunya? Tolong ijinkan saya untuk bisa mengobati luka kamu didalam. Karena membahayakan jika luka ini dibiarkan terus menganga. Kamu bisa infeksi," pinta lelaki itu lagi. Yang kini mulai merasa kesal karena Lyora tak sedikit pun membuka suara. Lyora masih saja diam seribu bahasa seraya mulai mencari kunci toko bunganya. Setelah ia temukan dengan segera Lyora membuka toko itu seraya mulai menduduki kursi yang ada didalam seraya membenamkan wajahnya diatas meja dan berpangku dengan kedua lengannya. Hal itu membuat lelaki itu merasa bingung. Juga tak mengerti harus melakukan apa. Hingga kini lelaki itu mulai menggeledah toko hingga ia temukan sebuah kotak obat disana. "Tolong berikan lengan kamu sekarang, saya ingin mengobati luka kamu yang tadi," pintanya dengan sinis dan dengan segera Lyora mengangkat kepalanya seraya mulai memberikan satu lengannya kepada lelaki itu. Sebab memang rasa perih itu semakin terasa dan ia ingin segera melenyapkan rasa takut itu juga saat ini. Sssh aaaaaw.. Erangg Lyora cukup lantang. Saat betadine itu masuk mengenai lukanya, membuat Lyora merasakan perih yang teramat-amat namun Lyora berusaha untuk diam dan menetralkan hati juga pkirannya agar ia tak lagi memekik dengan lantang. Sehingga ia hanya kembali terisak. "Sedari tadi kamu saya tanya kenap sama sekali gak menjawab. Ada apa? Atau kamu memang seorang perempuan yang bisu?" tanya lelaki itu bertubi-tubi. Hingga kini Lyora mulai angkat bicara. Meski Lyora masih begitu Trauma juga terlihat begitu gugup juga takut saat ini. "Ss saya sudah gak apa-apa. Ssedari tadi saya gak bbicara karena saya begitu takut dan trauma dengan mmereka semua. Terimakasih karena Mas telah bersedia mmenolong saya," jelas Lyora yang cukup terbata. "Okkay your wellcome. I'm Leonard. You can call me Leon. And you, whats your name?" tanya Leonard pongah seraya menjulurkan tangannya. "Ssaya, Lyora" jawab Lyora seraya menjabat jemari Leonard. Leonard Hadinata namanya. Seorang anak yang hidup dengan bergelimangan harta. Namun tak pernah merasakan kasih sayang dalam hidupnya. Mengapa ia begitu dibenci? sebab duapuluh enam tahun silan, disaat Leon berusia tiga tahun, sebuah kecelakaan hampir saja menimpanya. Sebuah mobil berkecepatan tinggi hampir mebaraknya namun sang Papa lebih dulu menyelamatkannya hingga hari itu juga Papa dari Leonard meninggal dunia. Mamanya tak dapat terima dan terus menyalahkan jika suami tercintanya itu meninggal dunia hanya karena kecerobohan Leonard. Sejak saat itu Leonard dibesarkan tanpa kasih sayang juga cinta. Dan hanya sebuah kebencian, cacian, juga makian yang ia dapatkan. Hingga ia tumbuh menjadi seorang lelaki yang dingin juga tak pernah mengenal apa arti cinta. Bagaimana cara mengungkapkan rasa cinta, juga bagaimana cara ia agar bisa mencintai seseorang. "Mamaaaa Leon takut Maaaa," pekik Leonard kecil seraya menggandeng lengan sang Mama, saat prosesi penguburan sang Papa baru saja diselesaikan. Dengan Kasar Mama Leonard menepisnya seraya mendorong Leonard hingga tersungkur ke Tanah merah. Juga membuat sekujur tubuhnya kotor. "Dasar anak sialan! Gara-gara kamu nyawa seseorang yang begitu saya cintai lenyap dari muka bumi! Lihat saja ya kamu Leon! sampai kapan pun Mama akan selalu memastikan juga tak akan membiarkan. Kamu hidup tenang dan bahagia Aaaargh!" maki Mama seraya berlalu meninggalkan Leon begitu saja. Leon kecil pun mulai berusaha berlarian dengan kencang untuk mengejar langkah kaki sang Mama yang lebar. Tangis Leon pun semakin menjadi-jadi. Terlebih saat ini Leon berlari semakin kencang hingga terjembab ditanah yang basah. Berkali-kali Leon kembali memekik memanggil sang Mama. Namun tak sekali pun Mamanya mengindahkannya dan tetap berlalu pergi meninggalkannya. Leonard juga terancam akan kehilangan semua aset yang telah ia miliki dan akan gagal mendapatkan sebuah rumah mewah yang telah diwariskan kepadanya jika ia belum juga menikah saat tepat usianya tigapuluh tahun. Sebab sang Mama yang ingin dengan segera menyingkirkan anak lelakinya itu dari rumahnya, sesuai dengan sebuah surat wasiat dari sang Papa yang mengijinkan anak lelakinya untuk dilepaskan jika Leonard sudah benar-benar berkeluarga. Dan menemukan cintanya. *** To be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD