PART. 10 APA YANG HARUS AKU KATAKAN

1111 Words
Rani menaiki tangga menuju lantai atas, ia masuk ke dalam kamarnya tanpa menyadari kalau Raja mengikutinya. Begitu Rani masuk, Raja langsung mengunci pintunya. Mata Rani melotot gusar pada Raja. 'Mau apa?' Gerak bibirnya mengucapkan itu pada Raja. Wajahnya mendongak menantang tatapan Raja yang bersaput kemarahan. Raja menarik pinggangnya, membawa Rani membelakangi cermin yang ada di pintu lemari pakaiannya. Disibakannya kuncir kuda rambut Rani. "Siapa yang memberimu tanda merah ini haah!? Apa teman satu kelasmu itu!? Kamu ingin sekolah apa ingin menjual diri di sekolahmu?" Seru Raja tajam dan garang. Mata Rani mengerjap, ia tidak bisa melihat tanda merah yang ditunjukan Raja ada di tengkuknya. Tapi ia tahu kalau itu pasti perbuatan Robby yang tadi sudah mengecupi tengkuk dan lehernya. Rani menggelengkan kepalanya berulang kali, ia merasa sakit hati karena Raja menuduhnya menjual diri. Ingin sekali ia berteriak agar Raja meminta penjelasan darinya dulu, jangan asal main tuduh yang menyakiti perasaannya. Rani mendongakan wajahnya yang berlinang air mata, matanya menyiratkan permohonan agar Raja mau menerima penjelasannya. 'Penjelasan! Kalau aku mengatakan pada Raja tentang Robby, lalu bagaimana dengan ibuku? Jadi aku harus bagaimana, membiarkan Raja menuduhku menjual diri? Atau berterus terang dengan resiko ibuku akan tersakiti, ya Allah tolong aku, jangan berikan aku pilihan sesulit ini' batin Rani yang masih menatap Raja dengan permohonan agar Raja berhenti menuduhnya. Raja menundukan wajahnya. "Apa yang kamu cari dengan menjual diri Rani? Materi! Aku sudah memberimu cukup banyak bukan? Kamu bisa membeli apa yang kamu mau dengan kartu kredit dan kartu atm yang aku berikan bukan! Atau kamu mencari kepuasan, katakan kepuasan macam apa yang kamu inginkan!" Teriak Raja tepat di depan wajah Rani, kedua bahu Rani dicengkeram Raja dengan cukup kuat. "Kamu ingin dicium, aku akan menciummu, tunjukan kamu ingin aku mencium bagian tubuhmu yang mana!? Bibirmu? Lehermu? Katakan berapa kiss mark yang kamu inginkan, aku akan berikan sebanyak yang kamu mau! Katakan apa kamu ingin aku meremas dadamu, aku akan lakukan! Jika kamu perlu ciuman, perlu kecupan, perlu belaian, perlu remasan, katakan padaku, aku yang berhak memberikannya untukmu, bukan orang lain!" Seru Raja dengan penuh amarah, membuat Rani menutup kedua telinganya. Raja sudah melepaskan cengkeramamnya pada bahu Rani, ia berdiri dengan bertolak pinggang di depan Rani. Wajahnya merah, matanya merah, giginya bergemurutuk menahan ledakan amarah. Rani hanya bisa menangis tanpa suara sambil menggelengkan kepalanya. "Kenapa!? Apa kamu pikir aku tidak lihai melakukan itu? Apa kamu pikir aku tidak piawai berciuman? Kamu ingin bukti!? Baik, akan aku tunjukan padamu betapa piawainya aku memuaskan hasrat seorang wanita!" Raja menyeret Rani ke arah tempat tidur, di lemparkannya Rani hingga rebah telentang. Ditindihnya tubuh Rani dengan penuh amarah. Mulut Rani yang berkata tanpa suara dibungkamnya dengan ciuman yang kasar. Rani berusaha melepaskan diri dari kemarahan Raja, tapi tubuh Raja yang jauh lebih besar darinya membuatnya tidak bisa berkutik lagi. tidak bisa mencegah saat lidah Raja menerobos masuk ke dalam rongga mulutnya, menyusuri seluruh benda yang ada di sana. Mata Rani terpejam, ia merasa sakit karena Raja mengamggapnya menjual diri. Air matanya belum berhenti mengalir. 'Ya Allah Kenapa cobaan ini belum juga berakhir, masih sejauh mana jalan penuh duri ini harus aku lalui, tidak bisakah KAU berikan aku setetes kebahagiaan, tidak berhakkah aku merasakan bahagia, ya Allah ampuni aku jika terlalu banyak meminta' batin Rani Merasa Rani tidak merespon ciumannya sedikitpun, Raja melepaskan bibirnya dari bibir Rani. Diangkatnya kepalanya, ditatapnya wajah Rani dengan seksama, wajah yang banjir dengan air mata, terlihat jelas gurat kesedihan di sana. 'Apa aku sudah keterlaluan kepadanya? Apa tuduhanku sudah membuatnya terluka? Hhhhh aku bisa merasakan kalau tadi adalah ciuman pertamanya, aku bisa menilai dari rasa dan gerak bibirnya, tapi siapa yang sudah menodai tengkuknya dengan kiss mark menjijikan itu!?' Gumam Raja di dalam hatinya. Raja turun dari atas tubuh Rani, ia duduk di tepi ranjang sambil meremas rambutnya yang hitam dan tebal. Terdengar ia mendengus kesal, diambilnya beberapa lembar tissue dari atas meja. Dibersihkannya wajah Rani dari air mata. Rani baru berani membuka matanya. "Bangunlah!" Raja menarik punggung Rani untuk membantunya duduk. Raja membersihkan bibir Rani yang membengkak dari bekas ciumannya. Rani menatap Raja dengan perasaan bingung di dalam hatinya. 'Kadang dia baik, kadang dia cuek, kadang dia menakutkan, kadang dia menyebalkan, hhhh lebih banyak tidak baiknya dari pada baiknya' batin Rani, yang membiarkan Raja merapikan rambutnya yang berantakan dengan jemarinya. "Pertanyaanku, siapa yang sudah mengecup tengkukmu? Kenapa kamu membiarkan orang itu melakukan hal itu padamu? Apa lagi yang sudah dilakukan orang itu padamu? Apa kamu menyukai apa yang orang itu lakukan padamu? Tolong tulis jawabanmu di atas kertas, aku ingin jawaban yang jelas beserta alasannya, jangan coba-coba membohongi aku dengan menulis jawaban palsu, aku tunggu jawabanmu saat kita makan malam nanti, sekarang kamu mandilah, bersihkan dirimu, aku tidak suka ada bekas pria lain menempel di tubuhmu!" Kata Raja tegas dan tajam. Raja terdiam saat menyadari apa yang ia ucapkan diakhir kalimatnya barusan. 'Aku tidak suka ada bekas pria lain menempel di tubuhmu! what!? Kalimat macam apa itu? Tanda aku cemburu! Oh no..aku sama sekali tidak tertarik pada gadis katro ini, ini hanya karena aku merasa perlu menjaganya, karena dia adalah cucu dari orang yang sudah menanamkan investasi yang besar diperusahaanku, hanya itu saja! Ingat Raja, hanya itu saja!' Batin Raja. Raja yang perasaannya jadi tidak menentu segera ke luar dari kamar Rani, diikuti tatapan Rani yang juga tengah bimbang dengan perasaannya. 'Jawaban apa yang harus kutuliskan untuk Raja, aku bimbang ya Allah, tolong bantu aku' Rani menuju ke kamar mandi, ia benar-benar menggosok tubuhnya lebih keras dari biasanya, terutama bagian tengkuknya, sebagaimana permintaan Raja tadi. 'Aku tidak suka ada bekas pria lain menempel di tubuhmu, hhhh kenapa dia harus mengucapkan kalimat itu? Aku jadi berpikir kalau dia tengah cemburu! Haaah cemburu? Kalaupun ya itu bukan karena sayang apa lagi cinta, tapi karena dia merasa harga dirinya terhina, egonya terluka, dan dia sudah menyakiti perasaanku dengan menuduhku menjual diri! Dasar pria tidak punya perasaan! Tapi anehnya kenapa para wanita itu tetap saja banyak yang suka padanya, dia yang terlalu pintar menipu mereka dengan kemunafikannya, atau para wanita itu yang terlalu bodoh sehingga mudah tertipu, akhhh lupakan saja, sekarang pikirkan jawaban apa yang harus aku tulis...' Rani memilih untuk sholat maghrib dulu sebelum menulis jawaban atas pertanyaan Raja tadi. Ia memohon Allah memberinya petunjuk jawaban apa yang terbaik yang harus ia berikan pada Raja. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, akhirnya Rani memutuskan jawaban apa yang harus ia berikan untuk pertanyaan Raja. Rani sadar, apapun jawabannya pasti akan menimbulkan masalah, dan akan menimbulkan pertanyaan baru, dan Rani merasa harus siap dengan hal itu. 'Bismillah' Rani mulai menggerakan pulpen di atas notesnya, untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Raja padanya. Apapun akibatnya ia sudah siap menanggungnya. Dan Rani yakin Allah tidak akan membiarkan ia terus teraniaya. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD