Teror Untuk Kembali

1269 Words
Indira sangat menikmati liburannya di Bali. Setiap hari dia akan pergi ke pantai yang berada di belakang tempat tinggalnya. Kehidupannya yang sempat menghilang kini sudah kembali lagi. Sikap bar-bar yang selama menikah di sembunyikannya mulai meresahkan orang disekitarnya. “Non Dira ada tamu yang ingin bertemu.” “Siapa, Bik?” “Namanya Wellem atau siapa ya Non, Bibik lupa.” “William?” “Nah itu, Non. Katanya sudah membuat janji kemarin.” “Suruh pulang saja, Bik. Bilang saja Dira lagi sibuk.” Bibik kembali ke depan setelah mendapatkan perintah dari Nona nya. Sementara Indira melanjutkan ritual berjemur menikmati hangatnya mentari pagi dengan memakai bikini. Kulit putih mulusnya mulai terlihat eksotis karena sering terpapar sinar matahari setiap pagi dan sore hari. Sudah hampir tiga bulan Indira berada di pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya, Bali. Membuatnya tidak berkeinginan untuk kembali ke Jakarta. “Non ...” “Iya, Bik. Apa William tidak mau pulang?” “Iya, Non. Wajahnya kelihatan marah Bibik jadi takut.” “Memangnya Bibik tadi bilang apa?” “Seperti yang Non Dira katakan.” “Pak Satpam ada diluar ‘kan, Bik?” “Iya, Non.” “Minta buat usir William. Aku sedang tidak mau bertemu dengan siapapun hari ini.” Bibik kembali ke dalam untuk melakukan perintah dari Nona nya lagi. Ketenangan Indira sejak kemarin sedikit terganggu dengan beberapa bule yang mulai mengejarnya. Kebanyakan dari mereka adalah anak teman Ayahnya. Perceraian Indira kini ramai diperbincangkan kembali saat mantan mertuanya mengatakan jika tidak mendapatkan sepeserpun saham Perusahaan R&M. Selama dua belas tahun menikah Indira membeli rumah yang dia tinggali bersama dengan suami dan ibu mertuanya. Kebutuhan sehari-hari dia memakai uang dari hasil klinik kecantikannya. Namun keluarga mantan suaminya berkoar-koar di media sosial jika Indira menumpang hidup dan selalu berfoya-foya dengan teman-temannya. “Ah, bodohnya diriku. Bisa sekali aku jatuh cinta dengan Pria seperti Mas Nizam.” Indira terkekeh sendiri saat mengingat kebodohannya di masa lalu. “Kayaknya benar aku telah di pelet sama mantan mertuaku.” Meskipun sudah tidak perduli dengan berita hoax yang di sebar oleh keluarga mantan suaminya. Dira tetap rajin memantau media sosial. Dia suka membaca komen-komen para netizen yang saling serang. Ada yang membelanya ada juga yang membela mantan suami dan ibu mertuanya. Gosip News (Picture) Lihat semua 3890 komentar Titania S.D : Ini nenek tua harusnya di bikin nge-flay gasssss jatuhkan ke jurang. Rani KH : Terlalu smooth. Harusnya di kasih saham biar nge-flay keenakan. Titania S.D : Ide bagus! Kaum rakus harta dikasih saham langsung serangan jantung. Inpo saham cuma-cuma gaes. Indira sejak tadi tertawa saat berbalas komentar di akun media sosial yang suka sekali menjelek-jelekkannya. Dia merasa jika pemilik akun iku sudah dibayar oleh keluarga mantan suaminya agar terus menyerangnya. “Dasar Titania. Rajin sekali komen di postingan yang tidak jelas.” Indira selalu membalas pesan jika ada akun milik Titania. Dia memakai second akunnya agar tidak ada yang mengenali. *** “Bisa tidak kamu memakai baju yang lebih pantas lagi, Indira?” “Namanya juga di pantai, Pak. Wajar kalau saya pakai bikini.” “Jika ada yang melihatnya bagaimana?” “Tidak akan. Saya sedang berjemur di belakang rumah tidak akan ada yang melihat.” “Apa jawabanmu? Ini sudah hampir tiga bulan.” “Memangnya Pak Ihsan berani bayar berapa? Saya ini mantan Jaksa Penuntut Umum senior.” “Kamu mau berapa? Tinggal sebutkan nominalnya aku akan meminta Sekretaris untuk membuat kontrak kerjanya.” “Lima puluh perbulan. Bagaimana?” “Deal!” Indira menganga saat Ihsan mematikan panggilannya begitu saja setelah mendapatkan jawaban darinya. Dia hanya bercanda meminta gaji lima puluh juta perbulan jika bergabung di Firma Hukum Dirgantara. Namun Ihsan langsung menanggapi serius. “Ahh ... bodoh banget sih! Aku harus membatalkannya sebelum Pak Ihsan benar-benar membuat kontrak kerja.” Indira berusaha menghubungi Ihsan lagi namun tak mendapatkan jawaban. Pesan yang dikirimkannya saja tak kunjung mendapatkan balasan . “Kemana sih orangnya? Giliran aku yang butuh di abaikan begitu saja. Coba kalau dia, pasti akan nguber terus kayak lagi ngejar maling.” Indira memutuskan menyudahi berjemurnya karena mood nya sudah berantakan. Ihsan Dirgantara adalah Pria paling menyebalkan menurutnya saat ini. Selain suka memaksa, dia juga sering membuat jantung Indira berdetak kencang hanya dengan senyuman tipisnya saat melakukan video call. “Tumben sudah berjemurnya.” “Lagi malas lama-lama, Bun.” “Tadi temanmu datang kenapa tidak mau menemuinya?” “Bukan teman Dira, Bun. Lagian aku malas sekali bertemu dengannya.” Wulan berada di Bali sejak minggu lalu. Karena Putrinya tidak mau kembali ke Jakarta jadinya dialah yang menyusul kerena rindu. “Kayaknya William suka sama kamu, Nak.” “Jelas saja, Bun. Siapa sih yang enggak suka sama Dira? Meskipun janda penampilan tidak kalah dengan para gadis-gadis muda.” Indira sudah kembali pada mode setelan pabrik sejak lahir. Selalu percaya diri dan banyak tingkah. “Oh, iya, Nak. Sebelum Bunda ke sini Titan sempat main ke rumah. Anak itu dari pagi sampai sore di rumah kita.” “Benarkah, Bun?” “Iya, Sayang. Ayah saja sampai melarangnya pulang. Jika tidak di jemput sama Pak Ihsan palingan dia akan menginap.” “Titan memang pintar membuat suasana ceria.” Wulan memberikan satu gelas jus jeruk untuk Putrinya. “Kamu tau apa yang dikatakannya sama Ayah dan Bunda?” “Apa, Bun?” “Dia mau melamar Tante Cantik untuk Papanya.” Indira tersedak jus jeruk yang tengah diminumnya saat mendengar ucapan Bundanya. “Uhuk ... uhuk ...” “Pelan-pelan, Sayang.” Wulan menepuk-nepuk punggung putrinya. “Bunda ngagetin, Dira.” “Memang itu yang dikatakan oleh Titan. Dia bahkan membawakan buku tabungannya sebagai bukti keseriusan melamar mu untuk Pak Ihsan.” “Buat apa buku tabungan?” “Untuk membuatkan pesta pernikahan mewah.” Indira benar-benar dibuat takjub dengan anak dari Ihsan Dirgantara. Titan tidak hanya menerornya agar segera kembali ke Jakarta tapi juga merayu kedua orang tuanya. “Memangnya ada berapa jumlah tabungannya, Bun?” Wulan tertawa sebelum menjawab pertanyaan Putrinya. “Untuk gadis seusianya sangat banyak jumlah tabungannya.” Indira semakin penasaran dengan jumlah tabungan yang dimiliki oleh Titan hingga berani melamarnya. “Seratus juta, Bun?” Wulan menggelengkan kepala. “Coba tebak sekali lagi.” “Apa tiga ratus juga?” “Delapan ratus juga lebih. Sepertinya hampir sembilan ratus juta.” “Wah, banyak sekali. Dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu?” Wulan menjelaskan kekayaan Titan berasal dari cafe milik mendiang Mamanya, jualan makanan di kantor, sisa uang saku dan hadiah ulang tahun. “Setiap ulang tahun dia tidak mau diberi kado berupa barang.” “Benar-benar anak ajaib, Bun.” “Iya, Bunda saja gemas sekali saat dia berkunjung ke rumah.” Setelah berbincang cukup lama dengan Bundanya, Indira kembali ke kamar untuk beristirahat. Dia juga berniat membuka laptop yang sudah lama tidak digunakannya. Sepertinya jika terus berada di Bali hidupnya akan biasa-biasa saja tidak akan ada hal menarik yang terjadi. Dia butuh challenge agar bisa keluar dari zona nyaman. Tukang Paksa “Aku sudah membuat kontraknya. Cek email!” Indira mendengkus kesal karena Ihsan lagi-lagi bertindak sesuka hatinya. Dia bahkan tak menghiraukan pesan yang dikirim Dira beberapa jam yang lalu. Tanpa berniat membalas pesan, Indira langsung membuka emailnya untuk membaca kontrak yang telah dibuat oleh Ihsan. “Apa-apaan ini? ‘Tidak boleh memakai hati saat bekerja’ Dia pikir aku ini wanita penggo"da. Seenaknya saja membuat aturan seperti ini!” Indira terus saja menggerutu saat membaca kontrak kerjanya. Ihsan benar-benar menggajinya lima puluh juta setiap bulannya namun dengan berbagai macam aturan yang tidak jelas. Tukang Paksa (E-Tiket) “Tiket pesawat sudah aku belikan. Jangan sampai telat masuk kerja dihari senin!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD