PUNYA KELAINAN

1136 Words
Tepat di depan lobi hotel sebuah Rolls-Royse siap membawa Kelandru dan Rea untuk pergi ke bandara, sebuah armada besi pribadi milik perusahaan keluarga sudah siap disana, mereka akan melakulan penerbangan kesebuah kota kecil lalu transit menggunakan ke sebuah pulau yang menjadi destinasi bulan madu mereka yang sudah dipersiapkan keluarga Kelandru. Sementara itu seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Sania tampak kebingungan di kamar pengantin itu, dia bingung akan bagaimana pergi menuju tempat yang akan menjadi tujuan Reana dan Kelandru itu. "Lalu aku gimana? Nggak mungkin kan pergi bersama kau dan Rea, kakak-kakakmu akan mencurigai kita, baby." "Gunakan penerbangan lain, ini mungkin butuh sedikit perjuangan demi bulan madu kita, kau dan aku Sania." Kelandru mengusap pipi Sania meyakinkan. Dia akan membuat Sania ikut dan yang pasti Sania akan dia buat bersusah payah untuk sampai sana sebab rute ke pulau itu hanya ada 1 kali 1 hari. Nikmatilah... "Tunggu! kenapa kita tidak bertukar baju saja Sania? Tidak akan ada yang tahu yang pergi bukan aku kan?" usul Reana si polos yang sebenarnya enggan sekali pergi berduaan dengan Kelandru. "Kau terlalu banyak menonton sinetron tidak masuk akal gadis kurang gizi, lalu kau fikir semudah itu mengelabui orang-orang Hilantadiga?" Civir Kelandru sembari menyiapkan barang-barang pribadinya ke dalam tasnya. "Mas Keland, Mba Rea...mobilnya sudah siap dibawah." kata seorang ajudan dari keluarga Hilantadiga itu. "Ya kami akan segera turun tunggulah diluar." Sania sejenak berfikir sampai akhirnya dia menyetujui. "Hemm baiklah aku berangkat besok pagi artinya, berikan aku ciuman baby." Rengek Sania kepada Kelandru lalu memeluk kekasihnya itu dan dia berusaha mencium Kelandru. "Ajudan Kak Miranda Sania!" Kelandru berusaha mengelak sungguh dia sangat tidak sudi bersentuhan dengan Sania si peselingkuh handal ini. "Kau menyebalkan, hati-hati baby! Reana jangan marahi Keland, jaga sikapmu!" Rea menggerutu tidak jelas dia sudah malas merespon Sania segera keluar dari kamar itu. "Menyusahkan, kebahagiaanku terenggut!" Ia membanting tasnya rasanya malas sekali untuk berangkat terlebih berdua bersama makhluk paling aneh yang selalu menghinanya ini. "I love you ..." Sania melambaikan tangan Kelandru yang akhirnya keluar dari kamar itu "Aku juga." Kelan segera menutup pintu itu. Rea merasa ingin muntah dengan interaksi keduanya benar-benar sebucin itukah pria ini kepada Sania. Aha! Rea mendapatkan sebuah ide tiba-tiba. "Tidak bisakah kau mengajak Sagara sepupumu ha?" "Kau fikir yang menikah dia atau aku?" "Pernikahan apa? Ini semua kepalsuan kau dan Sania sampai waktunya tiba kita akan berakhir. Kau dan kekasihmu akan berbulan madu. Jadi jika ada Sagara aku ada temannya siapa tahu bisa lebih jauh juga." Tok Kelan mengetuk dahi Rea sembari melangkah ke dalam lift, membuat Rea terkejut,"Sakit sialan!" "Kau ingin membuat semua semakin runyam dengan membawa Sagara lalu dia tahu pernikahan palsu ini?" "Arghh ini tidak adil! Akan berapa lama aku terjerat ini? Pastikan tidak lebih dari 2 bulan. Aku ingin di usiaku ke 23 sudah berfikir tentang masa depan, aku menikah lalu mempunyai kehidupan yang bahagia. Tapi jika nanti Sagara tidak bisa menerimaku aku akan kembali ke Semarang dan menjalani hidupku seperti bias." "Kau baru 23 tahun? Hahahha Aku fikir 32, kau menyukai Sagara? kurasa kau bukan type wanitanya." Rea mengusap wajahnya,"Apa maksudnya apa aku terlihat tua? Typenya atau bukan itu bukan urusanmu." "Kenapa kau menyukai Sagara. Apa yang kau lihat dari dia?" Rea tertawa disana, "Kau ingin tahu? Aku menyukai dia karena dia bukan kau. Hahah... Hemm sorry bercanda, aku juga tidak tahu. Aku menyukai dia sejak pertama melihatnya di perpus kampus dia seniorku. Dia ahh perfect!" "Jika kau ingin bersama dia patuhlah denganku. Aku akan menceraikanmu saat misiku selesai." Keduanya pun memberhentikan pembicaraan saat sudah tiba di lobby dan orang-orang suruhan dari keluarga itu menyambut mereka kemudian mempersilahkan segera masuk ke dalam mobil itu. "Terimakasih!" "Terimakasih Jose!" "Selamat berbulan madu bos!" Pintu pun tertutup dan mobil yang mereka naiki segera melaju pergi meningg hotel itu. Keduanya duduk bersebelahan namun Reana langsung menggeser diri dan membuat jarak. "Bersebelahan denganmu membuatku sesak nafas." "Kau fikir aku tidak?"Kelandru tertawa. " Terserah oh ya lanjutkan tentang pembicaraan tadi, mau sampai ini semua, aku mohon jangan lama-lama. ini hanya untuk menghindari kemarahan keluargamu saja bukan? Setelah reda artinya kita sudah bisa selesai." "Bukan." "Jadi apa?" Tatap Reana penuh harap. "Diam, ini mobil papa. Mungkin ada telinga disini." Perbincangan mereka terhenti karena supir yang mengantarkan mereka adalah orang kepercayaan ayahnya, keduanya pun saling diam dan tidak ada pembicaraan apapun. Hingga tidak terasa mereka sudah tiba di sebuah landasan udara, mobil mereka berhenti tepat di bawah armada besi pribadi itu. Pintu mobil dibuka lalu keduanya dipersilahkan naik ke armada besi untuk segera berangkat dimalam hari itu juga. "Jika kau butuh kantung plastik mintalah pada cabin crew jangan muntah disembarang tempat." Bisik Kelan saat mereka naik ke tangga. Demi apa Rea tadi memang berfikir seperti itu, bagaimana jika dia muntah. Ah tidak dia akan menahannya. Gengsi sekali dia jika itu benar terjadi pasti pria ini akan semakin mengolok-olok dia. Hay perut aku tahu kau sangat primitif tapi tolong kerja samanya jangan mempermalukan aku di depan si berengsek ini. "Kau fikir aku sekampungan apa?" Sanggah Reana. "Ohya?" Kelandru kembali terus mencibirnya. Langkah Rea berhenti di depan pintu cabin ia terpatri melihat kemegahan armada besi milik keluarga Hilantadiga ini. Sungguh dia tidak pernah berfikir akan berada ditempat ini menjadi menantu dari keluarga konglomerat. Dalam hidupnya Rea tidak pernah muluk-muluk, hanya bisa punya pasangan yang bisa menerima dia apa adanya juga kedua orang tuanya lalu mereka bisa memperjuangkan apapun itu bersama-sama dari bawah. Tapi lihatlah pernikahan yang tidak pernah dia inginkan ini malah membawa dia merasakan hal-hal menakjubkan yang tidak pernah dia rasakan atau mungkin impikan selama hidupnya. Segala dia dapatkan yang terbaik mulai dari keluarga itu menyambutnys menjadi calon menantu hingga saat ini, ini bahkan baru permulaan entah bagaimana nanti hari-hari selanjutnya. "Duduk. Ini bukan busway atau sebuah kereta api dimana penumpangnya bisa berdiri sampai tujuan." Rea memajukan bibirnya lagi-lagi di perolok seperti itu, ia pun segera duduk di cabin yang terdiri dari susunan sofa dan langsung terhidang beberapa botol anggu juga beberapa minuman lainnya disana. "Berapa jam perjalanannya?" "19jam." Jawab Kelan mulai memainkan tablet miliknya. "Apa! Serius?" "Menurutmu?" Pria itu mulai menyandar dan acuh. "Aku lebih mempercayai pencarian google-ku dari pada bibir sialanmu." Rea mulai melakukan pencarian disana memasukan kota tujuannya. Beberapa belas menit kemudian Rea mulai menyandarkan dirinya disofa, beberapa hari ini begitu melelahkan. Tubuhnya terasa begitu remuk sebab banyaknya acara yang dia harus jalani perihal pernikahan.Baru saja bersandar dengkuran pun sudah mengudara disana, Kelan yang sedang membaca sebuah portal berita di ipad miliknya tertawa. "Dia hibernasi lagi." Kelan semakin tertawa lalu kemudian mengambil susunan surat kabar dimeja itu dan mendekat pada Rea dia menutupi tubuh gadis itu beserta wajahnya. "Jangan ganggu dia, biarkan dia seperti ini." kata Kelandru kepada seorang cabin crew wanita yang berfikir Kelandru membutuhkan bantuannya. "Loh saya fikir mau diangkat kedepan agar tidurnya nyaman pak!" Ssst. "Istri saya punya sedikit kelainan, dia suka berselimut koran. Pergilah biarkan dia beristirahat."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD