JANGAN TAKUT

1009 Words
2 jam berlalu. Rea terjaga dari tidurnya netranya membelalak saat membuka mata kenapa dunia tampak abu-abu, dia menolak mati. Jangan bilang saat di tidur roh-nya tidak lagi kembali pada jasadnya. Akhir-akhir ini kehidupannya begitu aneh jangan bilang dia akhirnya mati setelah mendapatkan banyak hal yanga tidak terduga dalam hidupnya ini. "Ibuuu!" Segera dia bangkit saking paniknya, Rea terperangah dari atas kepala hingga kakinya di tutupi koran. Reana semakin terperangah saat melihat dia bukan lagu di dalam pesawat atau jangan-jangan pesawat itu jatuh lalu saat ini dia sudah menjadi mayat. Rea memegangi seluruh tubuhnya, dia tidak merasakan sakit apapun. Kemudian ia menyentuh wajahnya terasanya nyata. Rea mengedarkan pandangannya kesekitar dan paham kini dia berada disebuah mobil. Dimana si berengsek itu? "Ibu? ibuuuu? Reana dimana?" Atau jangan-jangan tadi aku berhenti bernafas lalu dia fikir sudah mati dan mereka segera menutup jasadku dengan koran? "Atau jangan-jangan memang aku sudah mati? Oh Tuhan, menyedihkan sekali akhir kisah hidupku, mati dibulan madu pernikahan palsu. Rasanya Reana kecewa sekali kepada takdir hidupnya yang begitu menyedihkan. Rea kembali menguap masih separuh sadar, sungguh ia masih bingung, menatap bodoh pada dirinya lalu kesekitar di hari yang tampak gelap diluar. Di luar sana Keland menekan asap tembakaunya pada sebuah asbak lalu dia bangkit dari tempat duduknya saat deru helikopter sudah terdengar sampai. "Helikopter sudah siap bos!" "Berangkat sekarang aku panggil istriku." Kelan kemudian berjalan ke mobil dan membuka pintu menuju ketempat dimana Rea berada. "A-aku masih hidup kan. Apa yang terjadi kenapa kau langsung menutup jasadku?" tanya Rea tiba-tiba. Kelan nenahan tawa sejenak dia diam. "... Rea kau hidup lagi? Rea, ini bukan lagi duniamu, matilah dengan tenang atau kau ada pesan-pesan yang belum tersampaikan? Aku mungkin bisa membantumu." Kelan berakting sedih ia tampak serius dan meyakinkan sekali namun sungguh dia tidak tahan lagi dengan wajah menyedihkan Rea itu. "Aku mati?" Rea benar percaya, maniknya siap menumpahkan air matanya. "Aku nggak mau mati! Aku belum di maafkan ayah ibu, aku belum punya aset dan kaya hikss dosaku juga masih begitu banyak. Aku tidak mati, lihat aku hidup dan bisa berbicara denganmu! Aku mati suri, Tuhan kasih kesempatan aku hidup lagi." Hanya tidur dua jam setelah 2 hari benar-benar membuat dia linglung saat ini. Kelan yang tidak tahan lagi akhirnya tertawa tepingkal-pingkal dia telah sukses membuat Rea panik dan ketakutan. Tangisan Rea tidak berhenti kini semakin lirih dan memeluk lututnya sendiri. "Hiks apa ini? kau mengerjaiku ya?" hikss... Kelan mendadak merasa bersalah dan menyadari sikapnya keterlaluan mengerjai orang yang tidur dan bingung. Ia menghembuskan nafas lalu mengulurkan tangannya."Helli-nya sudah datang. Ayo kita berangkat." Kelan memberikan punggungnya pada Rea memintanya naik, "Naik cepat kita sudah terlambat." perintahnya. Ini akan menjadi kali kedua Kelan menggendong Rea setelah tadi Rea yang tidur sangat nyenyak sekali di pesawat dan dia pindahkan ke mobil. "Jawab pertanyaanku. Apa yang terjadi kenapa menyelimutiku dengan koran?" Rea menyeka air matanya masih tidak bergerak di tempatnya "Tidak ada naiklah!" "Kau mengerjaiku kan?" Rea mengerucuti bibirnya ia mulai sadar dan bisa berfikir normal. "Tidak ada. Ayo cepat naik! Menurutlah selagi aku berbaik hati." Dengan malas Rea bangkit lalu naik ke punggung Kelandru, menyilang kedua tangannya dileher lelaki itu dan mereka berjalan menuju sebuah hellicopter disana. Nyaris memang tampak seperti pasangan normal lainnya sang suami yang memperlakukan istrinya sangat baik. Kelan membantu Rea naik memegangi tangannya lalu dia pun naik duduk disebelah Rea, "Pakai semuanya." Kata Kelandru. "A-aku takut."Belum lagi helli berangkat, Rea sudah meremasi lengan Kelan. Kelandru membantu memasangkan sabuk pengaman Rea, lalu membenarkan headphone di kepala Rea. "Aku takut." Rengek Rea lagi kini wajah menyebalkan dan sok beraninya hilang, Rea tampak ketakutan sekali. "Hanya 30 menit. Pak Lukman adalah pilot handal, kita akan aman sampai tempat tujuan, coba tarik nafas dan pejamkan mata yakini kita akan baik-baik saja." Deru baling-baling semakin kuat, benda berbentuk capung itu pun mulai bergerak. "Ibuu..." Rea meremasi paha Kelan kuat, lelaki itu kesakitan namun menahannya. "Oh my God! Ibu Rea terbang! Ibuu Rea diatas! Rea takut....takut jatuh! " Rea terus berteriak memanggil ibunya dan terus meracau karena ketakutannya Kepanikan Rea membuat Kelandru menjadi terbawa suasana dan takut juta, dimana angin malam itu bertiup sangat kencang dan sedikit gerimis membuat helikopter terasa terbang tidak stabil. Kelan lalu mengambil tangan Rea lalu ia genggam kuat berusaha mengahalau ketakutannya juga. "Bayangkan yang baik-baik maka yang baik pula akan terjadi." Pria itu membuat tubuh mereka saling berdekatan seakan saling memberi kekuatan. Jemari Kelandru menyelusup di antara jemari Reana, mereka saling menggenggam menciptakan energi positif bahwa ini akan baik-baik saja, ketakutan membuat Rea menepiskan keangkuhannya dan menjadikan Keland sesuatu yang memberinya rasa aman saat ini. Tidak terasa setengah jam berlalu keadaan yang mencengkam Rea rasakan tadi berlangsung menghilang, kini Hellicopter mulai terbang stabil dan mereka sudah melihat sebuah helipad dan siap mendarat disebuah helipad milik resort tujuan mereka. Pertengkaran mereka pun belum terjadi lagi sebab Reana masih belum tenang jika belum turun dari helikopter ini, sementara Kelandru juga memilih tenang tidak ingin membuat keributan sebab keadan tadi masih begitu membuat dia trauma. Namun bukan tempat ini tujuan mereka masih harus menggunakan speedboat ke seberang pulau, mengingat sudah larut malam mereka akan menginap di resort itu dulu. "Akhirnya turun!" kata Reana setelah bisa memijakan kakinya ke tanah. Rea berjalan meninggalkan Helicopter mengikuti Kelandru yang lebih dulu turun.. Beberapa orang menyambut mereka memberi Kelandru kalung bunga, lalu Reana fokus pada sebuah benda berbentuk cairan hand sanitaizer pada baki si pembawa bunga, gadis itu pun langsung menyemprotkan cairan itu ke tangannya berkali-kali. Kelan melihat itu langsung membola merasa tersindir apa yang di lakukan Reana. "Apa yang kau lakukan?" "Apa? Kau lihat sedang apa, sedang antisipasi saja, siapa yang tahu tadi aku memegang sumber bakteri atau sesuatu yang bervirus." Kelan mendengkus kesal, "Sial!Jika tadi aku ingat seperti apa isi kepalamu yang sebenarnya, mungkin aku sudah mendorongmu dari atas sana." Kelandru berjalan cepat meninggalkan Rea yang tertawa puas melihat kekesalannya. "1 sama kan kita?" Reana tertawa. Tapi sungguh dia masih belum bisa mencerna yang dilakukan Kelandru tadi dimana dia menutupi tubuhnya dengan koran. Benar-benar bercandaan diluar nalarnya bisa-bisanya dia melakukan hal itu dan sungguh Rea takut sekali berfikir dia mati mengenaskan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD