6 MENYERAHLAH!

1151 Words
Di perjalanan Rea berusaha menutup mulutnya tidak bersuara, tapi sepertinya Keland benar-benar memancing perkelahian, Rea melirik Keland yang sepertinya sangat sengaja menyalakan besar volume audio mobilnya itu. Karena terlalu enggan berbicara pada manusia seperti Kelandreu pun tetap memilih acuh, ia kemudian meraba tas miliknya mengambil sepasang earphone di dalam sana lalu menyumpal telinganya dengan musik di ponselnya sendiri seraya melipat kedua tangannya mencibir kelakuan Keland. Melihat ketenangan Rea dan tidak terganggu dengan musiknya Keland malah menjadi pusing sendiri, gadis itu terlihat sangat menikmati perjalanannya menatapi jendela dengan tenang sekali, membuat Kelandru kesal dan menjadi tidak fokus berkendara dan segera mematikan audio itu. "Licik! Kau fikir aku supirmu!" "Cerdik." Balas Rea mendengar kekesalan itu memajukan bibir mencibir dengan menyombongkan diri. Sesampainya di tempat tujuan dimana acara pernikahan mereka akan di berlangsunkan itu, Rea selalu saja berusaha menghindari Kelandru tapi selalu saja ada hal yang membuat mereka dipertemukan karena memang mereka adalah pasangannya. Mereka di ajari bagaimana nanti cara mempelai berjalan saat masuk ke dalam hall, lalu apa saja prosesi yang akan mereka jalani selama proses akad hingga resepsi. Sedari tadi Kelandru di minta terus menggandeng Reana sungguh rasanya tangannya panas dan ingin sekali mendorong pria yang merasa dirinya paling tampan sedunia ini. Jika bukan karena orang tuanya akan menanggu malu jika membuat kekacauan Reana mungkin sudah lari dari sana tunggu! tapi sebelumnya memukul wajah sialan Kelandru dulu, bathinnya. "Jangan senyum-senyum! kau fikir kau imut?" "Tutup mulutmu atau aku akan membuat kekacau--" "Lakukan jika kau tidak takut sengsara!" "Dasar iblis!" "Calon istrinya iblis." "Argggggg!" Kesal Reana yang tidak bisa melakukan perlawanan karena dia memikirkan Sania juga kedua orang tuanya. *** Dua hari kemudian. Pesta pernikahan Kelandru dan Rea yang di usung begitu meriah akhirnya selesai, meskipun dengan persiapan yang mendadak pernikahan itu cukup sukses, ribuan tamu yang datang, kado-kado yang melimpah dan pesta yang tidak berhenti hingga Tiga hari dua malam. Pesta yang di awali dengan banyaknya acara-acara kecil sebelumnya, benar-benar membuat Rea merasa sangat kelelahan. Tamu keluarga konglomerat ini sangatlah banyak dan berasal dari berbagai macam kalangan. Dari sebelum acara hingga hari H, Sania terus menemani Rea, sungguh dia merasa jika ini adalah pernikahan dia dan Kelan pasti dia akan sangat bahagia. Sania menemani Sania melakukan setiap ritual adat hingga modern di pernikahan yang tidak diinginkannya ini. Mulai dari siraman, acara keagaaman hingga ada pesta lajang semuanya di buat begitu rapi oleh kakak-kakak Kelandru. Rea benar-benar diperlakukan bak ratu oleh keluarga Albasman Hilantadiga, semua fasilitas terbaik dan kemewahan di berikan untuk Rea sebagai anggota keluarga baru di keluarga itu. Namun Rea tidak merasa bahagia atas semua ini, berdiri bergandengan di saksikan semua orang mendampingi putra satu-satunya Albasman, sebab ini semua hanya kebohongan saja dan akan selesai setelah acara megah ini terjadi. Ya mungkin sebentar lagi, fikir Reana. "Aku butuh tidur." Keluh Rea, saat melihat pesta sudah lumayan sepi gadis itu ingin melarikan diri ke kamar pengantin mereka. "Kau fikir aku tidak." kata Kelan. "Kau dan Sania benar-benar sudah merepotkan aku, kalian berdua membuang waktuku." "Tapi di satu sisi membahagiakan kedua orang tuamu, lihat mereka tampak bahagia sedari tadi." Lirik Kelandru kedua orang tua Rea yang tampak berbunga-bunga dengan pernikahan putri tunggalnya itu. "Otakmu tidak lagi di rongga kepalamu? Kau fikir ibuku manusia materialist macam apa? Mereka harus apa di acara pernikahan anaknya selain memperlihatkan senyuman. Apa kau tahu mereka masih mendiamiku setelah perkataan sampahmu mengatakan kau sering tidur bersamaku." Bruk. Rea memijak kesal kaki Keland, "Pria terkutuk!" gadis itu berlalu dari sana mengangkat susah payah gaunnya. Hahaha "Psikopat! aku memakai sepatu kau tidak bisa menyakitiku." Bruk. Seketika Rea berbalik badan dan menyikut perut Kelan dengan kuat dan kini lelaki itu mengaduh kesakitan. "Auhhhh! Sakit!! Psikopat kurang gizi sialan!" Dan Sania kemudian datang menghampiri Keland, menatap heran pada kekasihnya yang tampak sangat itu, "Kenapa sayang?" "Temanmu sakit jiwamu memukul perutku." "Hemm, Rea memang seperti itu. Kau harus mengerti dia pasti lelah sekali dari kemarin sampai hari ini belum ada istirahat sedikitpun. Pastikan setelah acara kalian akan segera berbulan madu. Kasihan dia jika harus berada di keluargamu lagi entah harus berakting apa lagi." Keduanya melirik pada Rea disana ia tampak sedang bertegur sapa dengan Sagara sepupu Keland. "Lihatlah Rea, dia pasti kesal gara-gara kita hubungannya dengan Sagara pasti akan semakin menjauh, mereka pernah dekat namun aku tidak tahu setelah itu." Keland merespon acuh seakan tidak peduli akan itu, "Temanku di sana memanggil, aku kesana sebentar." "Temanmu yang mana lagi? Semua tamu sudah pulang. Kau tahu aku rindu! Ayolah segera pergi dari sini. Sejak kau kembali kita tidak punya waktu berduaan. Aku sudah pesan tiket ke Bali kita berangkat setelah ini." Sania memegangi tangan Kelan tapi seketika Kelan menepis itu. "Kak Marinka di sana, dia bisa melihat kita, menjauhlah!" "Baby i want you...bye.. sampai jumpa nanti. " Dengan terpaksa Sania menjauhkan dirinya dari Kelandru guna mengamankan keadaan tidak membuat kecurigaan. Kelandru merasa jijik dengan sentuhan tangan Sania dia cepat menyapu tangannya ke paha. Perselingkuhan Sania benar-benar membuat Kelandru sudah melihat Sania bukan hanya perempuan murahan namun juga sampah paling menjijikkan, seperti itulah rasa ilfeel Kelandru saat ini. *** Seperti yang Reana katakan Kedua orang tuanya masih mendiami dia, kedua orang tua Rea memutuskan kembali, mereka sama sekali tidak menegur Rea jika bukan hanya sekedar basa-basi saja menyapa sekilas agar tidak membuat pihak keluarga Kelandru merasa terganggu, kedua orang tua itu masih begitu kecewa kepada Rea anaknya. Sementara saat ini seluruh keluarga Kelan sedang berkumpul dan bercengkrema di sebuah kamar kamar hotel type president suit yang di jadikan kamar pengantin Rea dan Keland itu. "Mily island?" Keland terkesiap, kedua kakaknya sudah menyiapkan paket bulan madu untuk Rea dan Kelan di sebuah pulau pribadi di daerah timur Indonesia, sebuah pulau pribadi milik swasta yang memiliki sebuah resort mewah di tengah laut dan jika kesana mereka harus menggunakan helikopter. Saniaaaa! Rea menggeram, bagaimana pun caranya Kelandru harus punya cara agar membuat Sania ikut, ini tidak bisa dibiarkan mau apa Rea jika hanya berdua dengan si pria sialan terkutuk ini selama tujuh hari tujuh malam disana. Rea segera menginformasikan kepada Sania agar sahabatnya itu bisa memikirkan semuanya dan mencari cara. Tanpa mereka sadari Reana terus mengirimkan pesan pada sahabatnya itu. "Nanti kita akan berasa di tengah laut. Jika kau banyak tingkah aku akan menendangmu langsung ke laut dan kau segera ditelan Paus jadi pengganjal giginya gadis kurang gizi." Bisik Kelandru yang duduk disebelah Rea itu. Reana meletakkan ponselnya seraya menghembuskan nafasnya lelah. "Sebelum kau menendangku ke laut. Aku pastikan kau akan terjatuh dari helikopter dan langsung di makan Paus itu seperti lalapan. Berhentilah omong kosong, paastikan Sania ikut. Jika tidak aku akan kacaukan semuanya." "Kacaukan saja, kau bisa apa sekarang Nyonya. Kelandru." Rea menggeram kesal benar-benar jijik mendengar nama itu. "Apa maksudmu!" "Jangan bertingkah jika kau ingin perceraian dipermudah." "Kau menjebakku sialan!" Geram Rea mengepal kedua tangannya siap menghajar pria ini "Menurutlah, nasibmu ditanganku." Keland menyeringai penuh kemenangan menjatuhkan dirinya di ranjang tidak peduli para keluarga yang masih berbincang disana ia begitu puas melihat kekesalan Reana
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD