"Eh eh eh... mau dibawa ke mana itu makanannya?"Teriak Niken saat dia sadar dari keterbengongannya.
"Itu juga tukang dekor kenapa malah lari?" kata ibu Windarti yang tentu saja sangat panik melihat apa yang terjadi.
"Suci...! Kenapa mereka malah pergi setelah kamu membayar semuanya?" Tanya Ikhsan yang tak mengetahui jika dekornya dibatalkan oleh Suci.
Lagi-lagi Ihsan lupa memanggil dengan sebutan Dek melainkan hanya nama saja, dan Suci pun sudah terbiasa dengan hal itu, meskipun ada rasa sakit tapi tak sesakit pengkhianatan sang suami.
"Dekornya kan aku batalkan, kalian tidak ada yang membayar kan? Sooo?" jawab Suci enteng dan tanpa rasa bersalah.
"Tapi jika kamu membatalkannya, kamu kan bayar penalti 60%? Rugilah kita...! berapa banyak coba yang kamu bayarkan ke mereka? sedangkan dekor yang dipesan oleh Mama adalah dekor yang mahal...!"protes Ihsan yang merasa sayang dengan uang pinalti yang diberikan kepada petugas dekor.
"Kita yang rugi? Aku aja kali yang rugi...! gara-gara Mama, uangku terbang begitu saja untuk membayar penaltinya...!" Jawab Suci mengejek.
Suci sengaja tidak meminta ganti rugi atas apa yang dibayarkan untuk tukang dekor tadi, karena ia yakin semua itu akan percuma dan sia-sia saja.
Ihsan terdiam dengan apa yang diucapkan oleh Suci, tapi keterdiaman Ihsan justru membuat Ibu Windarti geram lalu menyerang suci dengan kata-kata dan juga pukulan kepada perempuan tersebut.
"Dasar perempuan mandul sialan, bisa-bisanya membuang uang sebanyak itu, kamu sadar tidak uang kamu itu juga uang suami? Ada haknya Ihsan di sana...! dasar wanita tak tahu diri, sudah untung anakku tidak membuangmu dan tidak menceraikanmu...!" kata ibu Windarti dengan sangat kejamnya dengan memukul-mukul tubuh menantunya tersebut.
Suci yang memang tidak siap pun hanya bisa pasrah menerima pukulan demi pukulan ke tubuh dan wajahnya, wajah yang tadi tak sempat dilindunginya pun kini mencetak cap 5 jari dari ibu mertuanya. sangking brutalnya Ibu Windarti memukulnya sampai Suci hampir tak sadarkan diri.
"Rasain tuh...! main-main sama kami, babak belur kan?"ucap Niken lirih dengan nada sinis.
Ihsan yang menyaksikan istrinya dihajar habis-habisan oleh ibunya sendiri pun hanya menyaksikan saja tanpa ada niat menolong ataupun menghentikan aksi sang ibu.
Sementara Endang yang mendengar keributan di depan rumah langsung berlari menuju ke sumber suara, alangkah terkejutnya dia saat mengetahui wanita yang menggajinya telah dihajar oleh mertuanya.
Dengan segera, Endang langsung mendorong dengan kuat tubuh mertua dari majikannya tersebut, alhasil tubuh wanita sepuh tersebut langsung ambruk ke lantai, dan itu berhasil membuatnya terpekik kuat.
"Awww....!"teriak Ibu Windarti.
Endang tidak memperdulikan keadaan dari ibu Windarti, fokusnya kini kepada Suci sang majikan, ia segera memapah tubuh majikannya itu untuk masuk ke dalam rumah.
Saat mereka berdua sudah melewati pintu, Suci memerintahkan art-nya tersebut meskipun dengan nada lirik tapi terdengar jelas di telinganya Endang.
"Tutup pintunya dan kunci, jangan biarkan mereka semua masuk ke dalam rumahku...!"kata Suci memberikan perintah.
Tak ingin diperintah untuk yang kedua kalinya, Endang pun langsung melaksanakan apa yang diperintahkan oleh bosnya tersebut.
Sementara Ihsan Ibu Windarti dan juga Niken yang masih sibuk dengan keadaan ibu Windarti pun tak menyadari jika mereka dikunci di luar dan tak diizinkan untuk masuk.
"Memang gila art itu, dasar babu sialan, berani-beraninya dia mendorong seperti ini...! sakit pantatku ini karenanya...!" ibu Windati mengomel.
"Sudahlah Ma nggak perlu dipikirkan tentang itu, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana kalau nanti para tamu undangan kita datang? Tak ada dekor dan juga tak ada makanan catering yang kita pesan? Malunya itu bisa sekebon Ma?"kata Niken yang lebih cemas dengan acara 7 bulanannya yang kacau.
"Nggak majikan nggak pembantu sama-sama kurang ajarnya, ayo kita masuk ke rumah dulu...! kita harus paksa suci untuk mengganti rugi semua kekacauan yang dibuatnya...!"kata ibu Windarti yang tak sadar jika semua yang terjadi adalah karena ulahnya sendiri.
Dengan langkah tertatih dan juga di papah oleh Ihsan, mereka berjalan beriringan menuju pintu bermaksud hendak masuk ke dalam rumah.
Tapi alangkah terkejutnya mereka saat mendapati pintu sudah dikunci dari dalam, melihat itu pun Ibu Windarti kembali naik pitam.
"Hei Suci...! apa maksudmu mengunci kami di luar rumah? Buka pintunya, kami mau masuk...!"dengan menggedor-gedor pintu Ibu Windarti berteriak memanggil nama sang menantu.
Merasa ada yang tak beres Ikhsan mencoba untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh ibunya.
"Dek...! ayolah buka pintunya Dek...! jangan kayak anak kecil seperti ini, ayo Dek buka pintunya...!"kata Ihsan lebih lembut.
Saat tak ada respon dari dalam rumah Ihsan mencoba untuk menghubungi istrinya lewat panggilan telepon, namun sayangnya HP miliknya pun tertinggal di dalam rumah, yang itu tandanya dia tidak bisa menghubungi sang istri.
"Siallll...!"umpat IKhsan.
Setelah cukup lama membiarkan suami madu serta Ibu mertuanya berada di luar rumah, kini Suci menyuruh Endang untuk keluar rumah dan menjelaskan apa keinginannya.
Saat melihat pintu rumah tersebut terbuka, ketiganya pun langsung mendekat dan hendak menerobos masuk ke dalam, namun sayangnya Endang lebih gesit dan langsung mengunci pintu tersebut kembali, kemudian melemparkannya ke dalam rumah lewat ventilasi jendela.
"Dasar babu songong, apa maksudmu melakukan itu? kami ini mau masuk, malah dikunci pula...!"kata Niken yang hendak menoyor kepala Endang. dengan sigap Endang menepis tangan tersebut sehingga tak sampai mendarat di kepalanya.
"Jangan kurang ajar ya pelakor...! kalau aku tidak melihatmu sedang hamil, mungkin aku sudah mematahkan tanganmu itu...!"kata Endang dengan mata melotot ke arah Niken.
Melihat tatapan Endang yang sangat tajam membuat Niken pun menjadi keder dan mengurungkan niatnya untuk menyakiti art tersebut.
"Dengarkan semuanya, saya ke sini hanya hendak menyampaikan pesan dari ibu Suci...!"Endang menjeda kalimatnya dan menatap satu persatu tiga orang yang ada di hadapannya tersebut.
"Anda tuan Ikhsan, Anda nyonya Windarti, dan anda pelakor murahan, ibu Suci menawarkan dua pilihan untuk kalian...!"katanya dengan nada yang ditekankan di setiap kalimatnya membuat 3 orang yang ada di sana melotot tak percaya Karena seorang babu berani menggertak mereka.
"Pergi dari rumah ini secara sukarela, atau pak RT dan warga yang akan menyeret kalian pergi...!"kata Endang kemudian. saat melihat ibu Windarti hendak membalas perkataan dari Endang, Endang pun kembali angkat bicara dengan sangat cepat.
"Atau mau opsi yang ketiga? dijelaskan ke kantor polisi dengan pasal perzinahan dan juga penganiayaan?" mendengar itu kembali ketiganya dibuat kaget.
Bukan hal seperti ini yang mereka mau, pergi dari rumah tersebut tanpa membawa Apapun, sementara mereka tak ada perbekalan apapun.
"Tidak usah menggertak seperti itu, mana ada tindakan seperti itu saja bisa mengerahkan masa ataupun dilaporkan ke polisi?"kata Ihsan ragu-ragu dan diangguki oleh ibu Windarti dan juga Niken.
"Mau coba? dengan senang hati saya akan melakukannya...! tindakan nyonya Windarti sangat keterlaluan kepada ibu Suci...! oh ya tuan Ihsan yang terhormat, ibu Suci sudah tahu perselingkuhan anda dengan pelakor ini, beliau hanya pura-pura tidak tahu saja dan ingin tahu sejauh mana kalian membohonginya...!"kata Endang membuat mereka semua kembali kaget.
"Mana mungkin...?"ketiganya serentak berkata dengan spontan.
Tak berapa lama dari arah depan ada Pak RT beserta warga mendatangi rumah Suci, dan hal itu berhasil membuat mereka mengeluarkan keringat dingin karena ketakutan.
"A...apa?"